webnovel

#11 Faith

Pagi pertama mereka, anggota Recon Corps yang berada di kastil tua, tidak setenang yg mereka Kira. Moblit yang memang terbiasa terus bekerja ekstra di bawah pimpinan Hanji, kini sudah berlarian di sepanjang koridor menuju ruang makan dimana Hanji Dan Eren, dengan kantung mata hitam dan wajah kelelahan, masih berbincang soal Titan yang Hanji tangkap saat penyerangan Distrik Trost pekan lalu. Moblit membuka pintu tanpa ketukan bersama selembar surat di tangannya. Wajahnya terlihat pucat dan panik. Setelah Moblit memberikan laporan yang baru saja ia dapatkan pada Hanji, wajah Hanji berubah sama pucatnya dengan Moblit. Kelihatannya Titan yg Recon Corps tangkap telah di bunuh malam tadi. Tanpa pikir panjang Hanji segera pergi ke TKP, sementara Eren memberikan laporan pada Levi. Levi segera memberitahu Erwin Dan Squadnya Dan mereka pergi menyusul Hanji setelahnya.

Suasana TKP masih ramai dengan anggota Recon Corps yang tidak tinggal di kastil sementara mayat kedua Titan itu menguap menyatu dengan udara. Di sisi lain Hanji hanya dapat melihat nya, menangis histeris, lebih histeris di banding yang lain. Kelihatannya ia sudah memiliki ikatan dengan dua Titan tersebut.

Petra memperhatikan Hanji dari jauh. Menurutnya, reaksi Hanji lebih menarik perhatian orang-orang di banding mayat Titan itu. Petra terlalu berfokus pada Susana ditempat itu ketika tiba-tiba ia merasa tepukan sepasang tangan yang besar di bahunya Dan suara Erwin menyusul setelahnya. Lebih seperti berbisik di banding berbicara.

"Apa kau melihatnya?" Ucap Erwin hati-hati "menurutmu siapa musuh Kita?"

"Eh?" Petra terlalu bingung dengan Pertanyaan tiba-tiba dari komandannya. Terlepas seberapa jarang mereka bicara.

Melihat rekasi Petra yang kebingungan, Erwin melepas genggamannya dari bahu Petra "maaf. Lupakan." Dan dia pergi.

Petra masih tercengang di tempat, memandang Erwin menjauh darinya bersamaan dengan Oluo yang menggantikan posisi Erwin sebelumnya. "Ada apa dengannya? Dia berkeliling Dan berbisik pada orang-orang"

"Komandan menghampirimu juga?" Tanya Petra penasaran.

"Uh, tidak. Aku hanya melihatnya menghampiri beberapa orang. Selain itu, coba lihat Hanji. She's really fucked up"

Petra spontan menyikutnya atas ucapan tidak sopannya. Meski perkataan Erwin sedikit mengganggunya, namun ia tidak membiarkan dirinya berlarut begitu ia menangkap sosok Nanaba di kerumunan.

Petra meninggalkan Oluo yg masih gemetar menahan sakit di uluhatinya Dan menghampiri Nanaba.

"Kau datang?"

"Oh, hei anggota Elite. Rasanya lama sekali aku tidak melihatmu." Nanaba terkekeh meski ia tahu Petra baru pergi kemarin. "Bagaimana dengan Squad mu? Kudengar bocah Titan dalam pengawasan Squad mu."

"Membaik. Dan yeah, dia disini. Kupikir ini akan menjadi misi sulit tapi dia anak yg baik."

"Syukurlah. Tetap waspada. Kau tidak tahu kapan ia akan menjadi Titan."

"Kuharap tidak." Petra terhenti sejenak, mengingat sesuatu sebelum melanjutkan. "Nanaba, bagaimana hubungan mu dengan Kaptenmu?"

"Dengan Miche?" Nanaba menatap Petra heran.

"Kau memanggilnya dengan nama?"

"Well, kami berada di angkatan yang sama jadi aku terbiasa memanggil namanya. Terlebih ia lebih suka aku melepaskan formalitas padanya."

"B-begitu.." diluar pengetahuan Petra, ternyata mereka berdua sudah lama dekat. "Seperti apa hubungan kalian?"

Semakin Petra bertanya, semakin aneh Nanaba menatapnya.

"Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu denganmu Dan Kapten Levi?" Nanaba tersenyum menggoda.

"T-tidak. Aku hanya khawatir jika aku terlalu berlebihan mendekati nya."

"Kenapa? Bukankah semakin dekat semakin bagus?"

"Bagaimana jika dia tidak nyaman?"

"Dia akan menolakmu dan kau akan tahu batasanmu."

"Bagaimana jika ia tidak pernah menolak?"

"Bukankah itu artinya ia senang kau mendekatinya?"

"Begitu.."Petra mencoba memproses informasi yg ia dapat ketika tiba-tiba mereka menyadari sesuatu.

"*Ghaps!"

"*Ghaps!"

Mereka memandang Satu sama lain. Kelihatannya mereka memikirkan Hal yg sama, namun mencoba mentertawakan nya. Berpikir itu hanya pikiran bodoh mereka. Bahkan mereka sendiri sulit membayangkan Levi menyukai seseorang.

"Kau membuatku kaget" Petra tertawa paksa.

"Surprisingly, me too" Nanaba membalas tawanya. "Sebaiknya kau tidak perlu berlebihan memikirkan. Lakukan saja apa yg menurutmu baik."

"Yeah, aku akan melakukannya. Tapi Nanaba, aku ingin tahu seperti apa hubunganmu dengan Kaptenmu?"

"Ugh.. normal. Tidak Ada yang aneh."

"Apa kalian pernah menghabiskan waktu luang bersama? Seperti membahas masalah pribadi?"

"Tentu saja. Kau tidak berpikir orang-orang akan berada dalam mode kerja selama nya bukan?"

Petra tidak tahu bagaimana harus menjawab nya karna Levi terlihat selalu dalam mode kerja. Sangat sulit melihat Levi menurunkan pengawasannya. Meski beberapa Kali mereka membicarakan hal biasa selain pekerjaan, kelihatannya itu adalah hal wajar, Berdasarkan apa yang Nanaba katakan.

"Yah, kurasa kau benar. Itu memang Hal yg wajar."

"Huh? Apa kau mengatakan Kapten Levi membicarakan hal pribadi denganmu?" Nanaba lebih terkejut dari Petra terlepas dari apa yg baru saja ia katakan.

Petra hendak menjawabnya ketika ia mendengar suara Eren memanggilnya dari kejauhan. Kelihatannya Recon Corps akan kembali ke kastil tua itu.

"Pergilah. Kita Akan bertemu saat ekspedisi nanti" Nanaba dan Squadnya tetap tinggal di base bersama beberapa anggota Recon Corps lain yang tidak memiliki tanggung jawab atas Eren. Terlebih Miche, Kapten Squad Nanaba adalah orang yg ikut bersama Erwin untuk merencanakan ekspedisi yang akan datang.

Dengan lambaian kecil, Petra pergi meninggalkan Nanaba.

***

Squad Hanji kini meninggalkan Kastil lama untuk melakukan penyelidikan bersama Polisi Militer. Beberapa saksi mengatakan bahwa si pembunuh Titan lari menggunakan 3dm yang bukan lain adalah seorang Prajurit. Entah apa yang di inginkan pembunuh itu. Kedua titan itu di tangkap atas jerih payah Recon Corps dengan mengorbankan beberapa nyawa prajuritnya. Titan itu sangat penting untuk pengetahuan manusia terhadap Titan.

Kepala Petra masih menerawang mesti tangannya bergerak memotong sayuran yang Ada di hadapannya. Petra mendapat tugas memasak makan siang hari ini. Tidak banyak prajurit yang tinggal di kastil ini, terlebih sebagian besarnya kembali ke Base utama untuk penyelidikan.

Tanpa ia sadari, ia sudah tidak menemukan sayuran yang harus ia potong lagi. Petra mencari panci dan alat masak lain ketika perhatiannya teralih pada langkah kaki kuda yang mendekat kearahnya dari luar. Petra mengintip dari jendela dan menemukan Moblit baru sampai dan mengikat kudanya.

"Bagaimana keadaan di base?" Petra menyapa Moblit. Menyadari keberadaan Petra, Moblit berjalan menghampirinya.

"Kau tidak akan ingin melihat Hanji." Jawabnya dengan wajah suram. Wajah nya memang terlihat selalu kelelahan, tapi Kali ini terlihat lebih seperti depresi.

"Terdengar sangat buruk.".

"Aku tidak percaya dia menangis seperti dia baru saja kehilangan kekasihnya"

"Kau terdengar cemburu."

"Kau serius?"

"Sorry. Kau terlihat sama terpukulnya dengan Hanji."

"Karna aku menduga ia akan melakukan hal gila lainnya nanti."

"Sorry to hear that"

"Thanks" Moblit mendesah putus asa.

Petra menatap Moblit sejenak. Ia terlihat sama depresinya dengan Hanji, membuat Petra merasa hangat entah dimana. Tanpa ia sadari, ia tersenyum. "Kau benar-benar mengkhawatirkan nya hm?"

"Kurasa kau akan merasakan hal yang sama jika Kapten Levi seperti itu."

"Maaf, aku tidak bisa membayangkanya."

"Kau benar. Aku juga."

"Tapi kurasa aku sedikit mengerti apa yang kau katakan." Petra tertawa canggung hanya sekedar membayangkan Levi seperti itu. Meski Levi tidak mungkin menangis sehisteris itu, namun ia akan sama khawatirkan jika Levi betindak tidak seperti dirinya.

Petra tenggelam dalam pikirannya hingga ia lupa Moblit masih di hadapannya, memperhatikannya.

"Oh maaf, aku melamun."

"Kelihatannya hubungan kalian baik" Moblit tersenyum hangat.

"Hm?"

"Kau Dan kapten Levi."

"Tentu. Bukankah itu Hal yang wajar untuk bawahan?"

"Yeah. Tapi bahkan aku akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengenal kapten Levi."

"Begitu Pula aku. Tapi mendekati kapten Levi tidak seperti yang kau pikirkan. Kau hanya perlu menahan takutmu setiap kali ia menatap kearahmu." Petra tertawa mengingat bagaimana Ia dan teman-temannya dulu setiap Levi memanggil nama mereka.

"Kau sudah mengenalnya dengan baik. Tidak heran Kapten Levi selalu bergantung padamu."

"Eh? Itu tidak mungkin."

"Sebenernya kau terlihat seperti ibunya setiap kali kau di sampingnya."

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu."

"Anyway, aku harus mengatar Surat Hanji untuk Kapten Levi." Moblit melambaikan sepucuk Surat di tangannya.

"Kelihatannya penting. Kapten Ada di ruang makan bersama yang lain."

Dan dengan itu Moblit pergi menuju pintu utama untuk mencari Levi. Sedikit memikirkan percakapannya dengan Petra. Dia selalu tahu jika Petra memang pandai mencairkan suasana dan membuat orang lain nyaman berada di dekatnya. Kelihatannya Levi bukan pengecualian. Tapi ia melihat hal lain di mata Petra setiap kali nama Levi di sebut. Mungkin itu bukan sesuatu yang hanya ia yang lihat, itu terlalu jelas nampak seolah tertulis jelas di wajahnya. Ini pertama kalinya ia mendengar seseorang menceritakan Levi dengan wajah seperti itu. Meski ia dapat melihat bagaimana Squad Levi sangat menghormati Levi, ia bertaruh bahwa Petra yang membuat teman-temannya seperti itu.

"Mungkin bukan ibunya." Moblit bergumam selagi menysuri koridor menuju ruang makan. "Lebih seperti istrinya."

***

Sudah beberapa Hari sejak Squad Hanji kembali ke Base utama. Mereka sibuk mencari pelaku pembunuhan Titan sementara di sisi lain Squad Levi hanya menunggu mereka kembali dan pengumuman dari Erwin mengenai ekspedisi selanjutnya. Keseharian mereka hanya berbincang, bersih-bersih lalu tidur. Seperti itu seterusnya hingga mereka mungkin lupa rasanya bertarung. Bahkan 3dm mereka telah beralih fungsi menjadi alat untuk membersihkan bagian luar jendela.

"Petra" Eren memanggil namanya, membuatnya kembali ke dunia nyata setelah entah berapa lama ia pergi. "Kau Terus mengelap bagian itu selama 10 menit."

"Oh, maaf." Petra berhenti mengelap jendela itu Dan mengambil ember lap nya untuk mengelap bagian jendela yang lain.

"Apa Ada masalah?" Tanya Eren khawatir.

"Tidak Ada. Aku hanya terlalu bosan." Petra tertawa canggung. Sebenarnya belakangan ini ia tidak bisa berhenti memikirkan Levi. Sejak ia mengakui perasaannya pada dirinya sendiri, otaknya jadi lebih leluasa untuk berkhayal. Terlebih tidak Ada pekerjaan yang dapat mengalihkan pikirannya. Meski ia mengatakan pada dirinya bahwa ia cukup bahagia hanya dengan bersama Levi, namun tidak bisa di pungkiri bahwa ia menginginkannya lebih. Hal yang wajar namun jelas tidak dapat terwujud. Ia mendesah putus asa.

"Kuharap kau tidak melamun sekarang. Itu akan sedikit berbahaya" Eren memperingatkan melihat saat ini mereka berada sekitar lebih dari 10m dari atas tanah.

"Yeah, kau benar." Ucapnya selagi menembakan kail 3dm nya ke jendela di sampingnya. "Kau juga hati-hati Er.." ia tersentak kaget ketika ia menemukan wajah Tak asing tepat di sebrang jendela yang akan ia bersihkan. Levi terlihat sedang membersihkan bagian dalam jendela tersebut. Wajahnya datar, seolah ia tau akan ada orang yang datang di hadapannya, namun tidak untuk Petra. Dari semua orang, kenapa harus Levi yang ia lihat saat ini. Di saat ia sedang memikirkannya.

Terlalu kaget, tangannya sedikit terpeleset sehinnga satu kailnya tidak tertancap sempurna dan akhirnya terlepas. Wajah datar Levi berubah ketika Petra bergerak turun dengan kecepatan tidak wajar. Ia sadar bahwa itu adalah kecelakaan. Bukan sepenuhnya kesalahanya, namun ia merasa bersalah. Ia ingin menyelamatkannya namun sialnya itu bukanlah jendela yang bisa di buka. Beruntung Eren saat itu memang sedang memperhatikan Petra jadi ia cukup cepat menyusul Petra ke bawah untuk menangkapnya.

Jantung Petra terasa berhenti, namun refleksnya menyelamatkannya. Ia berhasil menahan kail yang sudah tertancap sebelumnya Dan akhirnya menggantung di bawahnya sebelum Eren berhasil menangkapnya. Petra menancapkan kail yang terlepas sebelumnya ke tembok yang lebih rendah Dan akhirnya mendarat dengan selamat.

Sejenak ia berpikir Akan mati konyol. Untunglah tubuhnya tidak lupa bagaimana menggunakan 3dm.

"Petra, kau tidak apa-apa?" Eren menghampirinya kebawah. "Sudah kubilang itu berbahaya."

"Maaf, aku lengah." Meski lututnya masih terasa lemas karna gemetar, namun ia bisa menahan tubuhnya.

"Apa yang membuatmu jatuh?" Tanya Eren, namun ia berhenti bertanya ketika ia menemukan Levi di jendela tempat di Mana Petra terjatuh tadi. Kelihatannya ia sudah mendapat jawabannya.

Levi menatap tajam kearah mereka, membuat Eren merinding. Namun di sisi lain Petra tersenyum kearah Levi Dan menunjukan tanda isyarat 'ok' padanya. Tanpa menunggu lebih lama, Levi menghilang dari pandangan mereka.

"Apa ia mengatakan sesuatu?" Tanya Eren kebingungan melihat Petra yang berbicara dengan Levi barusan.

"Apa kau tidak lihat wajahnya? Aku hanya tidak ingin dia khawatir."

"Aku hanya melihat tatapan yang mencoba membunuhku."

"Eren, kau tahu Kapten tidak mungkin melakukannya"

"Okay. Kau sudah mengatakan itu ratusan Kali."

"Itu karna kau tidak mau percaya. Meski aku tidak bisa menyalahkan mu juga."

"Aku percaya bahwa Kapten Levi bukan orang jahat. Aku hanya belum menemukan sisi lembut yang kau bicarakan."

"Kau akan melihatnya jika kau terus memperhatikannya."

Dan dengan saran Petra, Eren terus memperhatikan setiap pergerakan Levi hingga ia berpikir mungkin suatu saat ia bisa menjadi seperti Oluo.

Seperti saat Eren dan anggota squad Levi yang lain sedang mengobrol di ruang makan, Levi tiba-tiba datang membawa lembaran kertas di tangannya. Kelihatan seperti sebuah dokumen yang harus ia kerjakan karna ia datang dengan wajah lebih suram dari biasanya.

Levi tidak biasanya menangani dokumen namun dari apa yang Petra katakan, Levi berusaha mendekatkan diri pada anggotanya. Meski sulit melihatnya, tapi kenyataan bahwa ia selalu menghabiskan waktu bersama anggota nya, terlepas dari apapun yang ia kerjakan, merupakan bukti terkuat yang bisa Eren temukan.

"Tsk! Si kacamata sialan itu memaksaku melakukan tugasnya." Gerutu Levi selagi menempatkannya dirinya di kursi yang sama setiap kali ia datang ke ruangan itu. Dan anggota yang lain selalu sengaja mengosongkan Satu kursi di ujung meja, khusus untuk Levi. Petra Bergerak kebelakang Levi dan membantunya melepas jaketnya sebelum menempatkan dirinya di kursi yang sudah tersedia. Setelah menggantung jaket Milik Levi, Petra kembali ke kursinya.

"Ada yang bisa kami Bantu, Kapten?" Eld bertanya, melihat alis Levi yang menegang.

"Jangan hiraukan aku." Setiap perkataan Levi merupakan perintah, jadi mereka melanjutkan apa yang mereka tinggalkan.

Mereka tidak terlalu berubah meski Levi berada di ruangan yang sama. Mereka masih bicara seperti sebelumnya tanpa rasa canggung dan khawatir Kapten mereka menemukan kesalahan mereka. Meski Levi selalu bersama mereka, ia tetap tidak banyak bicara, namun telinganya tetap mendengarkan mereka.

Eren tidak tahu apa ia harus memperhatikan Levi atau kembali ke perbincangannya dengan anggota yang lain ketika ia melihat Petra yang tidak dapat melepaskan pandangannya dari Levi. Seolah ia sedang merekam setiap gerakannya.

Ia memperhatikan bagaimana Levi meletakan dokumen di atas meja, menyusul tangannya. Bagaimana gerakan Levi terhenti sepersekian detik dan jarinya sedikit menggosok bagian atas meja dimana ia meletakan tangannya. Saat itu otak Petra bekerja, mengingat bahwa orang yang mendapat bagian membersihkan ruangan ini adalah Oluo.

Ketika alis Levi mengkerut, Petra tahu apa yang harus ia lakukan.

"Petra." Panggil Levi. Petra segera mengambil kain lap dan membersihkan bagian meja Levi.

"Maaf kapten, Oluo mendapat bagian hari ini." Ucap Petra mendapat teriakan dari Oluo di belakangnya. "Aku akan membersihkan sisanya jika mereka sudah pergi."

Levi hanya membahasnya dengan dengungan dan memulai pekerjaannya. Eren hanya melihatnya dengan takjub. Bagaimana Petra sudah menghafal setiap gerak gerik Levi dan tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Petra pergi dari ruangan dan kembali membawa cangkir teh milik Levi. Menaruhnya di tempat aman namun masih dalam jangkauan Levi. Levi mengambil cangkirnya, hendak meminumnya ketika Petra memotongnya.

"Kapten, itu masih terlalu panas."

Mendengar itu, Levi mengembalikan cangkirnya ke tempat sebelumnya. Petra sudah mengenal baik Kaptennya untuk mengetahui seleranya. Eren berpikir ia tidak akan bisa lebih takjub lagi. Namun Eren tidak mengerti kenapa hanya ia yang terlihat terpukau seolah itu adalah gambaran keseharian yang biasa bagi anggota yang lain.

Hari semakin larut dan Levi tidak nampak akan menyelesaikanya dalam waktu dekat ini, jadi Levi mempersilahkan yang lain untuk pergi jika mereka ingin. Petra memberesekan sisa cangkir dari anggota yang lain dan pergi untuk mencucinya ketika tiba-tiba Levi memanggilnya.

"Petra sedang kedapur, Kapten. Ada yang bisa kubantu?" Tanya Eren. Sedang anggota yang lain sedang bersiap-siap untuk pergi tanpa repot-repot bertanya pada levi. Karna mereka tahu jawabannya.

"Tidak. Kau bisa pergi." Balasnya singkat. Meski Eren sedikit kebingungan karna ia yakin bahwa Levi membutuhkan sesuatu karna itu Eren menemukan dirinya ragu untuk beranjak. Tidak lama Petra kembali dengan Kain lap dan sapu di tangannya, Levi segera memanggilnya. Melihat Petra sudah kembali, Eren akhirnya ikut pergi bersama dengan anggota yang lain.

"Kau tidak perlu repot-repot membantu Kapten jika dia sudah mengatakan untuk tidak memperdulikannya. Ingat, ucapan Kapten adalah hukum disini." Jelas Eld selagi mereka berjalan menyusul koridor.

"Tapi Petra selalu membantunya" Balas Eren.

"Karna Petra adalah asistennya. Kau akan terbiasa dengan pemandangan itu." Gubther menyusul.

"Lebih terlihat seperti istrinya" Oluo bergerutu.

"Abaikan Oluo. Ia hanya cemburu." Ucap eld bahkan tanpa perlu melihat wajah menyebalkan Oluo.

"Cih. Kenapa aku harus cemburu dengan perempuan jelek itu?"

"Kalian memang terlihat sudah sangat mengerti Kapten Levi. Pasti butuh waktu lama untuk kalian sampai pada tahap itu" lanjut Eren ikut mengabaikan Oluo.

"Tahap apa maksudmu?"

"Kalian bisa mengerti apa yang Kapten pikirkan tanpa ia mengatakan sesuatu."

"Kau membicarakan Petra?" Gunther terkekeh.

"Tidak Ada dari kami yang bisa mencapai tahap itu selain Petra." Lanjut Eld.

"Eh?" Eren menatap mereka bingung.

"Petra pasti mengatakan sesuatu tentang mempercayai kapten, dan memeperhatikannya agar kau lebih mengenal Kapten." Tebak Oluo.

"Yeah"

"Petra tidak salah. Aku mengerti ia ingin kau melihat Kapten yang sebenarnya agar kau tidak tumbuh membencinya karna sikapnya yang kasar." Jelas Eld.

"T-tidak mungkin aku membenci kapten. Meski ia menghajarku di pengadilan hingga gigiku copot."

"Huh?!" Ucap mereka serempak menatap Eren dengan mata yang hampir keluar.

"Aku mengerti jika itu ia lakukan agar memenangkan pengadilan."

"Y-yeah. Baguslah kalau kau mengerti." Balas Eld canggung. Meski dalam hati mereka sendiri tidak yakin akan sembuh dari trauma itu dalam waktu yang singkat jika mereka berada di posisi Eren.

Di sisi lain Eren mulai mengerti ikatan yang telah terjalin di squad ini. Meski tidak terlihat kuat dari luar, ia tahu betapa besar keyakinan anggotanya kepada Kaptennya.

TBC------>

Bab berikutnya