"Semoga kematian menyertaimu, oh para jiwa yang malang."
Segala sesuatu yang terlihat di depan mataku tak dapat kukatakan... atau kujelaskan karena terlalu mengerikan. Daging busuk... isi perut... dan tulang belulang adalah hal yang dapat kugambarkan mengenai semuanya. Selain perasaan ngeri, tertekan, serta panik melanda sekujur tubuh.
"Menghindarlah !"
Kak Venicia menubrukku yang tengah terdiam, menggunakan tongkatnya ia mengeluarkan sebuah perisai sihir untuk menghalau kilatan putih yang dilancarkan oleh musuh. Dia kemudian menghadap kepadaku, menampar pipiku sekuat yang ia bisa hingga diriku tertegun.
"Bukalah matamu ! Jangan biarkan dia mengambil jiwamu sepenuhnya ! Bertarunglah untuk hidupmu atau kau benar-benar mati !"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com