Tidak seperti yang dibayangkan Robi, kafe The Canary terlihat seperti coffee shop biasa, sama sekali tidak seperti kafe remang-remang tempat terjadinya transaksi prostitusi. Dari luar, tempat itu seperti direnovasi dari sebuah rumah tua bergaya Eropa—mungkin termasuk bangunan cagar budaya.
Robi memasuki kafe itu, melewati lampu-lampu berpendar kekuningan yang dibungkus dengan frame menyerupai kandang burung mungil. Alunan musik jazz instrumental terdengar pelan di latar belakang. Ia membayangkan, andai ia berada dalam situasi yang berbeda, ia mungkin akan dengan senang hati mengajak Alma kencan di tempat ini. Namun rasa canggungnya segera mengusir khayalan itu. Penampilannya sangat kontras dengan nuansa vintage di dalam kafe: jaket hoody dekil yang lembab dan basah, rambut acak-acakan, dan sepasang sneakers yang meninggalkan jejak ke manapun ia melangkah. Untunglah tempat itu relatif sepi. Dari yang bisa ia lihat, kira-kira hanya ada lima orang pengunjung di tempat itu.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com