Beberapa hari berlalu dengan cepat dan tibalah waktu pemberian berkah oleh sang Putri.
Sejak pagi buta, lonceng yang ada di menara berdentang tanpa henti, seolah memberitahukan pada semua orang kalau hari ini adalah hari yang sangat penting.
Di sebuah kamar yang berwarna putih, Aluna, sang Putri suci yang akhir-akhir ini dibicarakan oleh semua orang, duduk di depan cermin. Di depannya meja rias hanya berisi sisir perak dan pita untuk mengikat rambut, tidak ada bedak, lipstik atau sesuatu yang lain.
Seorang pelayan datang, menyisir rambut sang Putri dengan gerakan yang amat pelan, ia tidak mengucapkan sepatah katapun, hanya diam.
Mungkin karena perintah Raja dan Ratu, atau mungkin juga karena ia terlalu takut dengan kekuatan yang dimiliki sang Putri sehingga tidak berani sama sekali untuk menyinggungnya.
Lonceng terus berdentang, membuat telinga siapa pun yang mendengarnya terasa sakit, Aluna memejamkan matanya dan membiarkan pelayan memasang beberapa hal di tubuhnya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com