Meski sejumlah kekacauan terjadi di pesta pernikahan Gerald dan Rachel malam tadi, bahkan sampai beberapa tamu meninggalkan pesta, pesta terus berlanjut dan tidak ada sedikit pun media yang mengabarkan berita buruk tentang malam itu.
Sebaliknya, semua media mengatakan hal yang indah penuh dengan pujian. Seperti apa yang tertulis di majalah yang saat ini dibaca oleh Luna.
Alis wanita itu saling bertaut, tanpa menghitung lebih lama lagi ia melempar majalah itu ke bak sampah.
"Luar biasa," gerutunya sambil menarik napas. "Bahkan dengan kekacauan yang terjadi malam tadi bisa ditutup dengan uang. Seorang Gerald terlalu luar biasa."
Gerald yang dulu Luna kenal bukan Gerald yang dengan mudahnya menggunakan semua uangnya untuk hal seperti ini, tampaknya keberadaan Rachel sudah membuat semuanya berubah.
"Mana makanannya?"
Luna menoleh ke atas dan mendapati Aodan melongok dari jendela, di antara tirai yang masih menutupi jendela.
Saat ini Luna sedang mengumpulkan sampah untuk diangkut ke petugas yang akan datang, semenjak Aodan bersarang di rumahnya, ia tidak hanya rajin menggunakan dapur, tapi juga rajin mengumpulkan sampah.
Semuanya ia lakukan demi menepati janjinya pada Aodan, andai saja saat itu ia tidak berjanji yang aneh-aneh, mungkin ia tidak akan mengalami hal sesulit ini.
Rasanya sekarang dirinya tidak ada ubahnya seperti seorang ... babu dari seekor kadal.
"Demi Tuhan … kau baru saja makan satu jam lalu." Luna menunjuk Aodan dengan geram.
"Itu hanya kentang, aku ingin daging."
Aodan memutar bola matanya dengan malas, lalu melirik Bibi Hanah dari kejauhan melirik mereka berdua, ia menjulurkan lidahnya.
Terdengar benda jatuh dari kejauhan, Luna menoleh dan melihat Bibi Hanah menjatuhkan nampan rotinya, kembali melihat Aodan lagi dan berdecak pelan.
Laki-laki dewasa yang tidak memakai baju melongok di jendelanya saat ini dan tengah menjulurkan lidahnya, siapa yang akan tahan melihat pemandangan konyol seperti itu?
Serius, jika dia bukan kadal mungkin Luna akan mengira Aodan adalah salah satu orang keterbelakangan mental.
Aodan tersenyum lebar, lalu melirik Bibi Hanah yang masih melongo menatapnya, laki-laki itu bertopang dagu.
"Kenapa dia melihatku seperti itu? Apa aku sangat tampan sampai seorang Betina keriput tidak bisa mengalihkan pandangan padaku?"
"Terserah, aku akan pergi membeli sesuatu!" Luna menarik sampah yang sudah ia bungkus dengan acuh, meninggalkan sosok Aodan yang masih ada di jendela dengan lidah terjulur.
Bibi Hanah mengerutkan keningnya, masuk ke dalam rumah tanpa menoleh lagi.
Aodan ikut masuk kembali ke dalam rumah, berubah menjadi seekor kadal dan melingkar nyaman di atas bantal, tepat di depan televisi yang sedang menyala. Di kanan-kirinya penuh dengan sampah bekas makanan.
Saat ini ia ada di surga, apa pun yang ingin ia makan akan Luna siapkan. Wanita itu memang akan mengomel padanya, tapi setelah itu ia tidak akan mengabulkan keinginannya.
Aodan menyeringai, kalau tahu seperti ini, dari dulu ia akan memecahkan lampu apa pun yang dimiliki Gerald. Laki-laki itu akan jadi sasaran empuk dirinya berikutnya, Aodan akan mengingatnya baik-baik di masa depan nanti.
Kadal hitam itu bergerak lagi, berputar beberapa kali di atas bantal sebelum suara deringan dari ponsel Luna di atas meja menarik perhatiannya.
Aodan mendesis, menengok ke arah pintu selama beberapa saat. Luna bukan seorang yang sangat kecanduan dengan ponsel, tapi ada kalanya ia mempelototi benda ini berjam-jam sebelum tidur. Kadal hitam itu merayap dengan cepat ke atas meja.
Aodan mengerti beberapa hal mengenai benda ajaib ini, ia sudah melihatnya di televisi, tapi nama yang terpampang di layar membuatnya kesal seketika.
Gerald.
Aodan menekan telapak kaki kadalnya dengan lincah, memblokir nama Gerald, tidak hanya itu, ia juga memblokir Rachel dan menghapusnya. Setelah itu, ia tersenyum puas.
Luna datang tidak lama kemudian, ia membawa makanan cepat saji di tangan kanannya.
"Apa yang kau lakukan dengan ponselku?"
Aodan mengibaskan ekornya dengan angkuh, ia tidak peduli dengan perkataan Luna, ia lebih peduli dengan apa yang dibawa Luna, baunya sangat harum, sepertinya ini adalah ayam goreng.
Luna mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu memasukkan apa yang ia bawa ke dalam toples.
"Katakan padaku apa yang kau lakukan pada ponselku?" ulangnya lagi.
Aodan merayap pelan, ingin naik ke atas toples, tapi Luna dengan cepat mengguncangnya hingga ia jatuh ke atas lantai dengan suara yang berdebam.
Aodan mendesis, lalu berputar beberapa kali sebelum ia berubah menjadi manusia.
"Kau sengaja, ya?"
"Aku ingin tahu apa yang kau lakukan pada ponselku." Luna mendengkus dengan pelan, duduk di sofa dengan sedikit jijik. Bungkus makanan bertebaran di mana-mana, terlebih lagi seperti permen, roti dan coklat.
Ini seperti bukan rumahnya sama sekali, melainkan taman bermain kanak-kanak. Padahal hanya seekor kadal di rumahnya, bukan sepuluh anak, tapi ia sepertinya harus membuang sampah lagi.
"Berikan padaku, kau sudah berjanji."
"Tidak sebelum kau mengatakan apa yang kau lakukan." Luna menyilangkan kakinya, memeluk erat toples di sampingnya.
Aodan duduk di depan Luna, ia mendengkus pelan dan kedua tangannya bertumpu di atas meja.
"Apa untungnya kau tahu? Itu hanya sebuah panggilan dari mantan suamimu."
"Apa?!" Luna mengerutkan keningnya. "Gerald menelponku?!"
Aodan berdecak, mengulurkan tangannya ingin meraih Luna, tapi wanita itu dengan mudah mundur dan mengangkat tangannya. "Untuk apa dia menelponku?"
"Ah, mana aku tahu." Aodan dengan malas menghempaskan tubuhnya di sofa, meraih permen karet yang bergelimpangan di atas meja. "Mungkin dia ingin memberi tahumu tentang malam pertamanya?"
BUK!
Sebuah kotak sereal melayang ke wajah Aodan dan tidak dihindarinya sama sekali.
"Apa … kenapa melempariku? Untuk apa seorang mantan mencarimu lagi? Itu hanya ada dua kemungkinan, pertama dia ingin kembali, kedua dia ingin pamer! Dan Gerald jelas ingin pamer! Kau adalah betina paling bodoh yang pernah aku temui seumur hidupku kalau kau mengangkat panggilannya!"
"Betina kepalamu!" Luna mendorong meja dengan kakinya hingga suara kaki meja bergesek lantai itu terdengar nyaring, mengenai kaki Aodan.
GREK ....
"Akh!" Aodan mengerang nyaring, mengusap kakinya. "Aku hanya mengatakan fakta yang ada!"
Luna menarik napas, sekarang Aodan sangat pandai membalas perkataannya, semua itu berkat televisi terkutuk yang tidak pernah mati di rumah ini, sepertinya Luna harus mencari cara bagaimana menyingkirkan benda laknat itu.
"Lagipula aku tidak akan membiarkanmu berbicara dengan Gerald." Aodan mengangkat dagunya dengan angkuh, ia bersedekap.
"Kenapa?" Luna menahan emosinya, ia sudah cukup kesal dengan perilaku Aodan. Lagipula ia juga tidak akan sudi berbicara dengan Gerald lagi, justru ia ingin menghapus kontak Gerald dari ponselnya.
"Sejak aku membantumu, kau sudah jadi babuku." Aodan dengan santai berucap, ia menumpukan kedua tangannya di atas meja dan menyeringai lebar ke arah Luna. "Kuulangi ya, kau sekarang adalah Babuku."
Luna mengerutkan keningnya dengan jengkel, sepertinya benar apa yang dikatakan oleh orang-orang. Di rumah kasta tertinggi terletak pada hewan peliharaan, dan sekarang kadal yang baru saja ia pungut telah menjelma jadi majikan.
Sialan.
Ada yang kangen dengan saya ... eh ... maksudnya ada yang kangen sama Aodan? (◍•ᴗ•◍)❤