"Grrrrrrr"
"Ayo kemari berengsek!"
"Waaaaaa"
Serigala itu menerkamnya, ia mengincar leher laki-laki itu.
Laki-laki itu tidak tinggal diam, ia mengangkat tangan kirinya untuk menangkis serangannya dengan cara memukul daerah di sekitar telinga serigala itu. Ia kaget ketika melihat wajah serigala itu seperti menertawai kebodohannya, pukulannya pun meleset, malah ia merasakan rasa sakit pada tangannya itu. Ternyata serigala itu sudah merencanakannya dari awal, sebenarnya ia mengincar tangan laki-laki itu.
"Aaaaaaah"
Inikah akhir hidupku... Saat rasa putus asanya memuncak sesosok manusia tiba-tiba melompat dari atas tebing. Sosok itu memegang sebuah tombak panjang dengan kedua tangannya.
"Jleb! Ngik~
Sosok itu menusuk punggung serigala yang sedang menggigit tangannya, gigitannya pun lepas. Dengan sebuah tombak menancap di punggungnya, serigala itu mencoba untuk lari. Tapi sosok itu tidak membiarkannya, ia melompat, mengeluarkan sebilah pisau lalu melempar bungkusan yang ada di punggungnya ke arah tombak yang sedang menancap di punggung serigala itu. Serigala itu pun kesakitan, ia menggunakan kesempatan itu untuk menusukkan pisaunya ke arah leher lalu menyayatnya. Serigala itu meringik, ia mencoba lari sambil sempoyongan, beberapa langkah kemudian ia terjatuh dan tidak bergerak lagi. Sosok manusia tersebut adalah Jack.
"Terima kasih anak muda" Sambil terengah-engah dan menahan sakit laki-laki itu berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Jack.
"Namaku Joral, Joran Winkinston. Sekali lagi terima kasih" sambil terengah-engah dan menahan sakit ia memperkenalkan dirinya.
Jack menyadari kalau kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki itu bukan bahasa yang ia kenal, tapi anehnya ia mengerti apa yang ia katakan, secara spontan ia pun menjabat tangannya dan menjawab.
"Namaku Jack, tidak masalah Tn. Joral", Jack sedikit terkejut saat mengatakannya, ia menggunakan bahasa yang tidak ia kenal dan logat yang sepertinya bukan miliknya. Apa ini logat asli pemilik tubuh ini?.
"Tidak usah memanggil tuan, cukup Joral saja"
"Untung saja kau datang tepat waktu, kalau telat beberapa detik saja mungkin hantuku yang akan menyapamu, hahaha"
Orang yang menarik, di saat seperti ini sempat-sempatnya ia bercanda. "Hahaha, kebetulan aku sedang lewat di dekat sini, saat sedang mencari makanan aku seperti mendengar suara seseorang, jadi aku cepat-cepat mencarinya. Untung saja masih sempat" Jack berkata sambil tersenyum.
"Sedang apa kau di sini Jack?" Joral bertanya ingin tahu.
Jack berpikir untuk beberapa saat, apakah ia harus berbohong atau mengatakan yang sebenarnya. "Hahaha, sebenarnya aku juga tidak tahu. Saat dalam perjalanan rombongan kami diserang oleh gerombolan serigala yang mirip dengan yang tadi, situasinya sangat kacau dan aku harus lari menyelamatkan diri. Tidak terasa aku sampai di sini. Hahaha". Jack memutuskan untuk mencampurkan beberapa kebohongan ke dalam ceritanya. Aku tidak mungkin mengatakan kalau aku seorang transmigrator kan? di novel yang ku baca, orang seperti itu tidak akan berakhir bahagia.
"Rombonganmu diserang gerombolan serigala fenris? Aneh, biasanya mereka tidak berburu secara berkelompok. Mereka juga tidak seharusnya berada di sini, sepertinya ada yang tidak beres dengan Hutan Kegelapan". Kata Joral sambil memegang dagunya.
Dahi Jack sedikit berkeringat, takut kebohongannya terbongkar. Eh, jadi mereka memang tidak berkelompok dan ternyata nama hutan itu Hutan Kegelapan, pantas masih gelap walaupun siang hari.
"Aku biasa mencari penghidupan di hutan ini, apa saja. Dari mencari kayu sampai berburu hewan dan madu hutan, semuanya pernah kulakukan, hahaha. Ngomong-ngomong apa kau lapar? kau tadi bilang sedang mencari makanan, ayo datang ke rumahku. Masakan istriku sangat enak lho, apalagi sup dagingnya. Daging serigala itu akan ia ubah menjadi hidangan yang spektakuler, hahaha"
Jack sudah lama tidak makan makanan 'normal', karenanya ia sangat tertarik dengan ajakan itu. "Boleh. Apa tanganmu tidak apa-apa? sepertinya lukanya cukup serius" Ia merasa tangannya ikut sakit saat melihat luka itu.
"Hahaha, jangan pedulikan ini, aku pernah melihat yang lebih parah, sebentar lagi juga sembuh. Bagaimana kalau kita segera mengurus tubuh serigala itu. Kulit, daging, batu mana dan taringnya bisa kau jual, akan kubantu memisahkannya. Ah, aku lupa kalau pisauku terjatuh entah di mana, apa aku boleh meminjam pisau kecilmu itu?". Joran berkata dengan serius, ia terlihat seperti terbiasa mengurus hewan buruan.
"Baiklah kalau begitu" Jack meminjamkan pisau kecilnya. Ia melihat dan memperhatikan bagaimana cara Joran menguliti dan mengambil bagian tubuh serigala itu dengan seksama. Sepertinya ia sangat terlatih melakukannya, gerakannya tidak banyak tapi efektif.
Setelah kurang lebih lima belas menit ia pun selesai. Mereka berdua membawa hasil buruan mereka dan berjalan menuju ke hilir sungai. Di jalan, Jack bertanya mengenai hal-hal umum dan lokasi dimana ia sedang berada di sekarang. Ia sendiri mengaku datang dari timur dan pergi ke daerah ini karena sedang mencari pengalaman hidup.
...
Di sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang rapat, empat orang laki-laki terlihat sedang mendiskusikan sesuatu di sebuah meja panjang yang dikelilingi oleh dua belas kursi. Pira kekar dengan rambut pendek berwarna cokelat keputihan yang duduk di ujung meja panjang itu sedang menyangga kepalanya dengan tangan kanannya yang mengepal. "Bagaimana hasil penyelidikan kalian, apa yang terjadi di Hutan Kegelapan seminggu yang lalu benar-benar ulah mereka?" kata Pria itu dengan suara yang sedikit serak.
Pria tampan berambut pirang menjawab, "Menurut pengamatan kami sepertinya begitu. Dari hasil penyelidikan kami selama beberapa hari ini, sepertinya mereka telah memajukan jadwal rencana besar mereka. Karena itu kami belum sempat mengambil tindakan pencegahan untuk menggagalkannya. Aku takut kalau mereka mendapat informasi dari orang dalam kalau kita sudah mengetahui tentang rencana besar mereka".
Pria kurus yang sedang duduk di depannya dan memakai pakaian serba hitam di sekujur tubuhnya itu menambahkan, "Kita harus lebih berhati-hati dengan informasi yang kita dapat tentang mereka, lebih sedikit yang tahu lebih baik".
"Siapa yang masih di Toria?" Pria kekar yang duduk di ujung meja itu bertanya.
"Kyle, Guild Master" jawab pria berambut pendek bermata cokleat yang duduk di sebelah kanan pria tampan tadi.
"Kalau begitu aku sendiri yang akan pergi ke sana, Pascal, kau tetap di sini, yang lainnya kembali ke Hutan Kegelapan, selidiki alasan kenapa mereka memajukan rencana besar mereka. Kita tidak boleh mengambil kesimpulan bahwa ada pengkhianat di antara kita sebelum ada cukup bukti".
Guld Maser itu memberi perintah, kemudian ketiga orang di depannya mengangguk, berdiri lalu pergi keluar dari ruangan itu.
...
Jack dan Joran akhirnya sampai di sebuah desa setelah berjalan selama lebih dari satu jam. "Ini desa Toria di mana aku tinggal. Sisi paling selatan dari wilayah Kerajaan Alvanheim. Karena berbatasan dengan Hutan Kegelapan, Kerajaan mendirikan pos penjagaan di desa ini. Ada sekitar dua ratus lima puluh prajurit yang berada di sini, mereka juga sering mengirimkan anggota baru mereka untuk berlatih di Hutan Kegelapan, setiap sebulan sekali mereka mengirimkan ekspedisi untuk berpatroli sambil berlatih di hutan itu. Ayo, rumahku ada di sebelah sana".
Mereka berdua berjalan ke arah timur, menyusuri jalan desa Toria yang masih asri sambil mengobrol. Di kiri jalan terlihat rumah-rumah warga yang masih sangat sederhana, sebagian besar dibuat dengan kayu. Di tengah-tengah perumahan itu ada sebuah bangunan besar, Joran mengatakan kalau itu adalah bangunan milik Kerajaan Alvanheim dimana para penjaga perbatasan tinggal. Jack melihat beberapa perempuan dan anak kecil yang sedang duduk di depan rumah mereka, tapi tidak ada seorang laki-laki pun selain prajurit Kerajaan yang sedang berpatroli. Di sebelah kanan ada sebuah hutan yang merupakan bagian dari Hutan Kegalapan, tapi wilayah Hutan Kegelapan yang sebenarnya masih sekitar seribu lima ratus meter dari tempat itu.
Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kayu dengan atap rubia yang sangat sederhana. Di depan rumah ada seorang perempuan berambut hitam panjang dengan pakaian petani yang sedang menjemur jagung.
"Ya Tuhan! kenapa tanganmu pak?" Wanita itu kaget setelah melihat luka di tangan suaminya.
"Tidak apa-apa bu, cuma sedikit terluka saja, hahaha. Untung saja ada Jack yang menolongku, jadi aku mengundangnya ke sini untuk makan malam. Perkenalkan Jack, ini istriku Joana". Joran berkata sambil tersenyum.
"Namaku Jack, senang berkenalan dengan anda" kata Jack sambil sedikit membungkuk.
"Sopannya anak muda ini, terima kasih sudah menolong suamiku", jawab Joana sambil menundukkan kepalanya untuk menjawab salam Jack.
"Masuklah, akan kubuatkan makanan spesial untukmu. Astaga! ini daging serigala fenris, apa ini yang membuat luka di tanganmu pak? Kau pasti pergi ke Hutan Kegelapan, iya kan?" Joana berkata sambil melotot.
"Tidak, tidak, tidak. Aku cuma mencari kayu di tempat biasa kok bu, taku tidak tahu kenapa serigala itu bisa sampai ke sana" Joran mundur sambil mengangkat kedua tangannya terlihat takut dengan istrinya.
"Huh, ya sudah lah, cepat obati lukanya. Aku akan mulai memasak daging itu. Jack, kau juga sepertinya terluka, lengan bajumu terlihat sobek". kata Joana sambil mengambil daging yang suaminya bawa.
"Aku akan mengantar hasil buruan kita dulu Jack, tunggulah di depan. Aku akan segera kembali" Joran dan Joana masuk dengan membawa hasil buruan mereka.
Jack duduk di sebuah dipan yang ada di teras rumah itu. Dipan itu terbuat dari kayu keras yang bagian atasnya dilapisi dengan bambu, tidak ada perabotan lain seperti kursi atau meja di sana. Sambil menunggu Joran ia melihat kondisi rumah itu dan lingkungan sekitarnya. Setelah beberapa waktu Joran akhirnya keluar dengan membawa sebuah botol kaca berbentuk kotak yang isinya terlihat seperti jus sayuran berwarna hijau tua.
"Ini adalah ramuan obat yang digunakan turun temurun di keluarga kami, sangat manjur untuk luka luar. Cepat oleskan di lukamu" Joran berkata sambil menaruh botol itu di atas dipan. Mereka pun mengoles luka mereka masing-masing dengan obat itu sambil mengobrol. Jack tidak terkejut saat mendengar orang tua itu bercerita tanpa henti, bahkan ia merasa berterima kasih karena ia bisa mendapat informasi secara gratis darinya. Mereka terus mengobrol sampai langit mulai memerah dan matahari tak lagi terlihat.
...
Bau harum masakan keluar dari dalam rumah sederhana itu, seperti suara lembut seorang wanita muda yang sedang memanggilnya. Perut Jack pun mulai bersuara, seakan menjawab panggilan itu.
"Hahaha, perutmu jujur sekali anak muda. Ayo kita ke dalam, sepertinya masakannya sudah matang" Joran tertawa sambil menepuk pundak Jack, ia berdiri dan mengajaknya masuk.
Saat masuk ke dalam rumah, ia melihat berbagai masakan sudah terhidang di atas meja. Ada sup daging, kentang rebus, jagung rebus dan roti gandum. Saat melihat dan mencium makanan itu air liur Jack keluar memenuhi mulutnya. Joran mempersilakannya untuk duduk saat Joana datang membawa satu piring tumis daging dan menaruhnya di atas meja.
"Kau pasti bosan dengan ocehan suamiku Jack, ia memang orangnya begitu, jadi jangan diambil hati ya. Silakan cicipi masakanku yang sederhana ini, maaf kalau kurang berkenan, cuma ini yang bisa disuguhkan oleh orang desa seperti kami". Joana berkata sambil memberikan piring, mangkuk dan sendok kayu kepada Jack.
"Ini juga sudah lebih dari cukup untukku". Jack tidak berkata banyak karena ingin segera mencicipinya.
Mereka pun mulai makan. Jack mengamati bagaimana kedua orang itu makan karena ia tidak tahu kebiasaan makan di sana. Mereka mengambil roti gandum terlebih dahulu lalu menaruhnya di dalam piring, memenuhi mangkuknya dengan sup kemudian menyobek roti itu lalu mencelupkannya ke dalam kuah supnya sambil sesekali memakan daging dan sayur di dalam sup itu.
Joran melihat ke arahnya lalu berkata, "Ayo makanlah Jack". Ia pun mulai mengambil sup panas yang berada di dalam periuk yang terbuat dari tanah liat itu lalu memasukkannya ke dalam mangkuk dengan bahan yang sama. Ia mengambil sendok kayu di sebelahnya untuk mencicipi kuah sup itu, rasa segar sayuran dan daging yang berpadu dengan sempurna memenuhi mulutnya. Tak sabar ia pun menyobek roti lalu mencelupkannya ke dalam kuah sup itu, dan mulai memakan sayur serta dagingnya. sayurnya terasa manis seperti baru saja dipetik, sedangkan dagingnya sangat lembut tapi masih terasa sedikit serat saat menggigitnya, menimbulkan sensasi mengunyah daging sangat menggugah selera.
Setelah menghabiskan sup itu, ia mengambil kentang rebus yang masih mengeluarkan uap panas dan mengupasnya lalu menaruhnya di atas piring. Harum khas kentang membuat perutnya merasa lapar lagi, ia pun menambahkan tumis daging di piringnya dan memakannya bersama-sama seperti kedua orang yang ada di depannya. Ia tidak menyangka makanan yang sangat sederhana itu terasa begitu nikmat.
Setelah menghabiskannya mereka pun mulai memakan jagung rebus sambil membicarakan keseharian mereka, terutama Joran yang sangat suka bercerta.
Bulan biru yang sudah tidak buat seutuhnya itu mulai meninggi, Joran membiarkanku menginap di rumahnya malam itu, ia mempersilakan aku untuk beristirahat di kamar tidur anak laki-lakinya yang sudah tidak tinggal di sana lagi. Menurut ceritanya, anak laki-lakinya pergi ke kota untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Adventurer dan melihat dunia. Setelah berterima kasih dan berpamitan Jack pun pergi ke kamarnya. Sambil melihat cahaya bulan biru di luar jendela ia merenungkan tentang keluarganya di bumi, transmigrasinya dan rencananya selanjutnya.