"Haha! Tentu saja tidak."
Karim mengeluarkan aura kematian dan menatap lurus kemata Dhrizh seperti ingin melahapnya. Status Dhrizh saat ini tidak bisa melawannya, ia pun terjatuh kaku ketanah.
'Sialan! Apa apaan ini!'
"Aku tidak akan melepaskanmu begitu mudah, lagipula dirimu seorang Book Holder. Aku meninggalkan mainan ini disini untuk mu..."
Karim berkata dengan tongkatnya yang memutar mutar disekitar. Kemudian golem golem yang dipanggilnya tadi menjerit, hancur, dan bersatu menjadi golem setinggi 9 meter. Dhrizh tidak bisa melihat golem itu, pandangannya masih menghadap lantai.
"Sebagai ujianmu dari ku Sang Chaos Warlock, salah satu pemegang besar dosa 'Sloth'."
Karim menghilang bersama singgasananya membuat tempat itu seperti tidak ada sama sekali, kecuali cahaya biru yang membuat merinding, golem dan mayat Guild Yggdrasil.
Dhrizh, Harmit, Helena dan Heilin menarik napas dengan kasar. Spirit mereka telah lama kembali ke tubuh semenjak merasakan aura dari tongkat Karim.
Heilin lari mendatangi Helena dan menjauhkannya dari Dhrizh. Dhrizh tidak merasa terganggu, pandangannya fokus kearah mainan yang ditinggalkan Karim.
Golem berukuran sangat besar, sekitar 9 meter. Batu batu itu yang berwarna hitam juga memancarkan aura kematian. Matanya mengeluarkan cahaya merah yang tajam.
"Sebuah ujian? Pemegang dosa? Apa apaan pengaturan ini... Developer gaje!"
Dhrizh menggerutu bersama Harmit yang mengangguk sangat keras. Dia masih merasa tidak terbiasa akan perasaan aura mencengkam.
Sedangkan Helena mencoba menjelaskan kepada Heilin situasi terbaik untuk mereka saat ini.
"Heilin, jangan salahkan Dhrizh. Dia mencoba pilihan yang lebih menguntungkan baginya."
"Apa untungnya!? Dia menyuruh si brengsek itu membunuh mereka! Lagipula aku belum sempat berbicara dengan Karim!"
"Untungnya? Orang orang kotor itu berhasil dibereskan terlebih dahulu... Mungkin?" Jawab Helena, wajahnya yang terlihat bertanya bodoh membuat Heilin tidak bisa marah lagi. Helena tau bagaimana keras kepalanya Heilin, jadi dia bertingkah agak bodoh didepannya.
"Sudah cukup bicaranya nona nona... Apakah tidak ada yang punya Skill penilaian? Coba periksa batu bodoh disana itu."
Kata Dhrizh kepada mereka, ia sudah mencoba menggunakan Monster Identification. Itu tidak bereaksi sama sekali terhadapnya. Bisa dianggap itu berada di Rank yang lebih tinggi dari High.
'Bocah sialan! Padahal lebih lemah dariku!' Heilin mengeluh didalam hati, niat membunuhnya keluar diarahkan ke Dhrizh. Dhrizh sudah lebih terbiasa dengan aura membunuh kecil seperti ini.
"Sudah sudah Heilin, lebih baik kita ikuti sarannya." Helena mencoba menenangkan Heilin yang ingin mengacungkan tombaknya.
"Cepat! Batu itu mulai bergerak!" Jerit Harmit sambil melantunkan mantra untuk memanggil Iruna.
Heilin masih merasa enggan, tapi tetap mengikuti perintah. Dia masih belum paham siapa kedua pria ini terutama Dhrizh.
Iris mata Heilin samar samar dilapisi cahaya emas jika diperhatikan dengan seksama. Dia mulai memperhatikan informasi dan membeku ditempat, bergumam keras.
"Ini tidak mungkin!"
Dhrizh merasa tidak nyaman dengan gumaman Heilin, ia mulai mendesak memberitahu apa yang dilihatnya.
"Apa itu! Cepat!"
"Ini Dark Chaos Golem! Golem yang muncul saat Ragnarok terakhir!" Heilin mengeluarkan ketegangan dan kegugupan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Bahkan jika Heibert melihat reaksi Heilin saat ini, ia akan sangat terkejut.
"Berapa levelnya! Peringkatnya!" Desak Helena, kata Ragnarok selalu muncul dalam perang antar dewa. Jadi dia sedikit tau tentang hal itu, jika golem ini memang berasal dari era itu. Maka tidak ada harapan hidup bagi mereka.
Dhrizh juga mengetahui hal ini, dalam game seperti Neswald. Dia yakin 97% akan ada waktunya Ragnarok. Peperangan antara Seluruh Ras melawan Iblis, Raksasa, dan Dewa! Itu pasti menjadi puncak cerita dalam permainan! Siapa yang akan membayangkan muncul satu pasukan disini.
Golem itu mulai bergerak. Tangannya mengibas menghasilkan batu hitam yang menghujani mereka.
"Berpencar!"
Dhrizh menghindar menarik kerah Harmit. Helena yang fokus didalam kecepatan bisa mengimbangi sedikit. Heilin jangan ditanya, dengan level dan pengalaman yang tinggi, hal ini masih bisa dihadapi.
"Walikota! Jelaskan cepat!" Dhrizh berteriak tidak sabar, waktu sudah sempit dengan dimulainya pertempuran.
Golem itu tidak berhenti disitu, ia memiliki banyak serangan AoE yang berdampak sangat kuat dalam area luas. Tangannya memukul lantai, menghasilkan paku paku bumi bermunculan dibawah kaki mereka. Serangannya mencakup 20 meter sebagai Dhrizh titik tengahnya.
"Golem itu level 310! Dan termasuk kedalam tingkat Demon saat ini! Ketika kesehatannya turun hingga 10% serangannya setara dengan Archdemon!"
Jawab Helena, saat dia melompat lompat menghindari paku bumi dari bawah.
"Kelemahannya!"
"Dia kebal semua serangan fisik dan sihir! Kecuali Matanya! Itu Mana Corenya! Tapi harus dihancurkan bersamaan!"
Dhrizh mengangguk dan berbicara dengan Harmit setelah meninggalkannya disudut ruangan.
"Harmit, jangan gunakan Sphere tetap fokus membuat Runes Lightning Shock dan Ice Spike... Suruh Iruna menyiapkan Ice Spring. Kami akan menahannya 2 menit."
Harmit mengangguk dan mengeluarkan lagi sisa batu dan daun yang mengandung Magic Circle, memulai Runesnya. Dhrizh memberi perintah langsung kepada Heilin dan Helena.
"Kita tahan mereka 2 menit! Helena kelilingi dia, Walikota sebisa mungkin jangan sampai terserang!"
Helena mengangguk, semenjak bergabung dengan mereka. Rasanya seperti arahan Dhrizh tidak akan pernah meleset. Heilin tidak memperdulikan perintah Dhrizh, hanya berusaha mengelak dan menyerang sebisa mungkin.
"Jangan serang! Cukup menghindar selama 2 menit! Alihkan perhatiannya dari Harmit!"
Alis Helena berkedut, tangannya gatal, perasaan ingin melempar tombak ke Dhrizh sangat tinggi.
"Goarghhh!!!"
Golem itu meraung kesal, tidak ada satupun serangannya yang berhasil mengenai mereka. Dia kemudian mulai membabi buta lagi melemparkan batu hitam.
"Sialan! Dimana waktu pendinginannya!"
Dhrizh menggerutu, serangan golem itu terlihat seperti Skill baginya. Dia tidak bisa berpikir, serangan itu hanya serangan dasarnya.
Mereka berlari liar layaknya lalat yang berusaha menghindari serangan. Paku dan batu terbang kemana mana, membuat bolongan didinding sekitar. Ruangan ini terlihat seakan ingin runtuh dengan satu sentuhan.
Harmit telah selesai menyusun Lightning Shock Runes. Setengah langkah menyelesaikan susunan Ice Spike Runes. Helena mulai kelelahan setelah menghindari begitu banyak serangan. Dhrizh memperhatikannya, melihat serangan berikut yang akan menghantam Helena.
"Awas!" Dhrizh berusaha melindungi Helena, serangan itu tidak hanya satu tapi dua. Membuat mereka berdua terbang kedinding dan menghancurkan 2 lapis dinding berikutnya.
[ Anda terkena serangan kuat. Beberapa tulang patah dan pendarahan terjadi dikepala. Anda akan tidak sadar selama beberapa saat. ]
Pusing menghantam kepala Dhrizh dan Helena. Tubuh mereka tidak dapat digerakkan dengan semestinya.
'Sial! Dampak serangannya kuat!'
Dalam keadaan seperti itu, Helena memuntahkan sekantung darah dan langsung pingsan. Dhrizh secara Instan mengambil Gunta Meat peringkat tertinggi ditasnya.
Saat ingin memasukkan daging itu kemulut Helena. Dhrizh merasakan secara nyata dampak tulang patah dengan efek 30% Pain Absorption, itu masih terasa seakan akan seluruh tulangnya retak. Itu membuat ngilu seluruh tubuhnya. Dia masih melawan dan menyuapi Helena dengan sedikit lembut.
Setelah merasakan patah tulang dalam dunia ini. Dhrizh tau apa yang tidak seharusnya dirasakan seorang wanita seperti Helena.
'Semangat Dirn! Jangan sampai Harmit sendirian!'
Penglihatan Dhrizh samar samar mulai kabur, berusaha untuk memakan segigit, tapi kesadarannya mulai menghilang.
Helena secara perlahan membuka matanya, perasaan nyeri telah menghilang. Dia melihat tangan Dhrizh yang terkulai didadanya.
"Dasar bajingan mesum!"
Helena ingin menamparnya, hanya saja ada perasaan janggal dalam situasi saat ini. Dia melihat sepotong daging ditangan Dhrizh dam beberapa rasa daging yang tertinggal dimulutnya. Dia kemudian tersadar apa yang sebenarnya terjadi, wajahnya mulai memerah karena malu.
'Ugh, sungguh memalukan ada pria melihat kondisiku seperti ini! Aku berhutang padamu...'
Helena menatap Heilin yang masih bersusah payah berjuang sendirian didepan. Dia buru buru menyuapi daging kemulut Dhrizh. Dhrizh tidak bisa menggigit ataupun mengkonsumsi.
"Bang Dhrizh! 10 detik lagi Runes selesai!" Harmit memanggil dengan keras didekat pinggir dinding. Dia tidak sadar akan situasi didepan. Pandangannya tetap terfokus dengan Runes.
'10 detik!'
Helena mulai gelisah, pengatur serangan adalah Dhrizh. Dia tidak tau bagaimana rencana sebenarnya, yang bisa dia lakukan hanya mencoba membantu Dhrizh cepat sadar!
Dia mengingat beberapa cara pemberian obat, jika seseorang tidak bisa mengkonsumsi yang keras. Orang itu perlu mengunyah obat itu dan menyuapi dari mulutnya ke mulut yang membutuhkan obat. Kepala Helena mulai panas memikirkan adegan itu, kali ini Heilin yang berteriak.
"Bocah sialan! Cepat! Aku tidak bisa menahan sendirian!"
Helena tidak bisa berpikir jelas lagi, dia langsung mengambil daging dan mulai mengunyah agar gampang dikonsumsi Dhrizh. Menahan rasa malunya, dia mencium ( memberi ) bibir ( mulut ) Dhrizh dan membiarkannya memakan secara perlahan.
Dhrizh dalam kondisi tidak sadar, dia sedikit membuka mata dan terkejut dengan perilaku Helena!
Helena langsung meletakkan Dhrizh secara kasar, dan berlari kearah Heilin dengan wajah memerah.
'Ini sungguh memalukan! Ciuman pertamaku diambil dirinya!'