webnovel

Mana Spirit

Ditempat Rika dan yang lainnya terbunuh. Tim ekspedisi Riot, yang terdiri dari 20 pemain datang setengah hari setelah kejadian itu. Melihat pemandangan didepannya mereka merasa takut dan beberapa pemain bahkan terkena efek kabut beracun yang masih tersisa, kemudian mundur lebih jauh lagi.

Mereka dipimpin ketua guildnya Blue Star yang merupakan seorang kesatria dengan trait Stradum Knight dan mengenakan baju besi berwarna biru yang kontras dengan namanya.

"Apa apaan ini... Monster macam apa yang berada disini?" Blue Star tertegun melihat itu dan bertanya dengan pria didepannya yang sedang memeriksa situasi apa ini.

"Tidak tau, tapi dilihat dari kejadian ini. Tampaknya ada monster besar seperti cacing dengan kekuatan racun mematikan." Jawab pria itu yang merupakan wakil ketua dari Riot

Angga Putra atau bisa dibilang Purple Dust, yang merupakan salah satu assassin terbaik di Indonesia. Dia memiliki trait Black Assassin yang memperkuat kemampuan bersembunyinya ditempat yang gelap dan serangan mematikan.

Blue Star bertanya lagi, "Dari mana kamu tau ini monster cacing?"

Purple Dust menunjuk kelorong yang mengarah kedepan pintu ruangan boss. Terdapat lubang yang membentuk lingkaran dengan diameter sekitar 10 meter.

Blue Star mengangguk, tidak ingin perlu bukti lagi untuk membuat mereka mundur. Tempat ini terlalu berbahaya dan ada baiknya mereka melaporkan ini kepada para bangsawan.

"Untuk saat ini kita mundur. Jika ada guild lain yang ingin datang kesini biarkan saja..." 'Karena tidak ada yang tau kapan monster itu muncul lagi, lebih baik merusak mereka.' Blue Star memerintahkan yang lainnya dan mundur dengan langkah lebih baik.

Purple Dust setuju dengan keputusan Blue Star. Dia mengangguk dan menyuruh seorang penyihir untuk merekam pemandangan yang mereka temukan disini untuk diberi sebagai bukti.

Sementara itu Dhrizh yang sudah on kembali telah mulai melakukan latihannya seperti biasa untuk memahami semua senjata dipermainan ini.

Hingga sampai hari dimana dia sudah bisa pergi keluar desa. Dia masih didepan gudang senjata dan mencari cari senjata favoritnya, "Dimana orang ini meletakkan sabit? Apa tidak ada senjata tipe sabit?"

Senjata yang dicari Dhrizh itu sabit, tidak tau sejak kapan dia menyukai senjata itu. Mungkin saat dia ditinggal dipulau oleh kakeknya, dan hal pertama yang dia temukan disana hanya pisau panjang seperti bulan sabit yang tidak memiliki pegangan untuk tangan.

Hal ini membuat dia mencari kayu yang cukup kuat untuk membuat pegangan. Pada saat itu tidak tau mengapa dia malah memikirkan Grim Reaper dan membuat pegangan panjang, kemudian memasangkan pisau itu hampir diujung kayu yang membuatnya terlihat seperti sabit.

Disaat dia membunuh hewan yang dicurigainya sebagai babi hutan, rasa memotong daging menggunakan sabit itu agak aneh. Dengan perasaan aneh itu dia bersemangat dan menggila dipulau itu, mau itu kera yang terlihat lebih kuat dari kera yang ada dikebun binatang, buaya yang lebih besar dari yang dia ketahui, hingga hiu yang dia buruh didalam lautan dengan sabit itu.

Pada saat itulah Dhrizh jatuh cinta sabit, bukan kepada perempuan. Dhrizh yang mengatakan Ryan tidak normal, dia sendiri yang terlihat lebih tidak normal.

Setelah berputar putar begitu lama memeriksa setiap sudut dan tidak ada sama sekali. Harmit menghubungi Dhrizh dan memberitahunya, kalau dia sudah berada diair pancur.

Dhrizh menghela nafas, menyerah untuk mencari sabit dan bertekad untuk membuatnya saja dan berjalan ketempat dimana Harmit menunggunya.

Sambil berjalan Dhrizh memeriksa statusnya dan melihat keterampilan apa saja yang berhasil dia pelajari.

『 Dhrizh

Level: 10

Race: Human

Class: Classless

Strength: 44

Vitality: 16

Intelligence: 11

Dexterity: 39

Wisdom: 23

Stats Point: 0

Attack: 54

Health: 108/108

Mana: 56/56

Trait: None

Passive Skill:

• Piercing Shot ( Rare )

Active Skill:

• Slash ( Uncommon ) 』

Dhrizh tersenyum melihat status didepannya, sehari sebelumnya dia berhasil mendapatkan keterampilan slash. Saat dia berulang kali melakukan teknik potongan dengan berbagai senjata. Keterampilan yang cukup bagus untuknya saat ini.

[ Slash

Jenis: Aktif

Peringkat: Uncommon

Keahlian: Pemula

Melakukan tebasan dengan sekuat tenaga untuk menghasilkan kerusakan tambahan sebesar 90% dan memiliki peluang kecil untuk menembus pertahanan musuh. ]

"Dengan serangan tambahan dan jumlah seranganku, itu mungkin sekitar 80 sampai 120. Misalnya menembus pertahanan bisa ngehasilin 150 lebih, lumayan~"

Dhrizh berjalan sambil bersenandung seperti biasa, karena didesa ini dia tidak perlu waspada.

Dhrizh hampir sampai diair terjun dan melihat Harmit sedang berbicara sendiri. Dia pikir Harmit gila karena sendirian dipusat latihan selama 3 hari.

Dhrizh tidak sadar kalau dia juga sering berbicara sendiri dengan senjatanya saat latihan. Harmit menoleh kearah Dhrizh yang berjalan kearahnya dan berlari ingin memeluk Dhrizh.

Dhrizh menghela nafas melihat Harmit yang lari kearahnya dengan tangan terbuka, disaat Harmit hampir memeluknya. Dia langsung memegang kepala Harmit dan menahannya.

Harmit yang diberhentikan karena ditahan oleh tangan Dhrizh langsung tersenyum konyol, dan mulai berisik kembali.

"Yoo Abang Dhrizh! Abang pasti nggak nyangka kan!?"

Harmit yang terlihat seperti membanggakan diri membuat Dhrizh penasaran, "Apanya nggak nyangka?"

Kemudian Harmit menghenduskan hidungnya dan mengambil sesuatu dari bajunya yang terlihat seperti bola cahaya berwarna biru.

"Huhu~ bagaimana bang? Hebatkan~"

Dhrizh mengangkat alisnya sebelah merasa agak terkejut sedikit tapi tidak menampakkannya didepan Harmit, dan bertanya lagi, "Apanya yang hebat? Memang itu apa?" Dhrizh pura pura tidak tau untuk melihat bagaimana anak ini akan menjelaskannya.

Respon Dhrizh membuat Harmit semakin membanggakan dirinya. Dia terlihat seperti anak sekolah dasar yang mendapatkan mainan baru dan menunjukkan keteman temannya yang tidak ada mainan itu.

"Ini adalah mana spirit punya Harmit!"

Dhrizh tau itu, mana spirit merupakan hewan peliharaan penyihir yang seharusnya berada dilevel 30an dan perlu beberapa hal untuk membuatnya. Mana spirit dapat membantu meningkatkan regenerasi mana sang pemilik. Apa yang membuat Dhrizh terkejut itu bagaimana Harmit mendapatkannya dilevel rendah.

"Bagaimana Harmit dapat ini?"

Harmit terkejut melihat ekspresi Dhrizh yang tidak berubah dan berpikir mungkin dia hanya terdiam saking terkejutnya.

"Harmit kan belajar mengendalikan mana, terutama mengendalikan mana keujung jari seperti ini."

Dhrizh semakin terkejut melihat ujung jari Harmit yang mengeluarkan cahaya biru. Melatih itu setidaknya pemain perlu merasakan secara menyeluruh seluruh aliran mana ditubuhnya, dan memindahkannya diujung jari. Metode ini seperti memusatkan aliran darah untuk keluar diujung jari. "Dhrizh yakin bahwa anak ini jenius dalam sihir.

Harmit melanjutkan sedikit bangga melihat Dhrizh yang terkejut, "Kemudian saat selesai level Harmit meningkat 6," sebelum Harmit sempat melanjutkan Dhrizh bertanya dengan ekspresi bingung. "Tunggu, ini pencarian?"

Harmit terkejut mendengar pertanyaan Dhrizh, jika respon Dhrizh seperti itu maka dia juga mendapatkan pencarian dan mengangguk. "Iya, ini pencarian. Tidak disangka abang mengetahui hal ini... Hah, memang abang yang terbaik."

Dhrizh tersenyum tipis dan bertanya lagi, pencarian seperti apa yang didapatkan anak ini. "Jadi, jenis pencarian seperti apa?"

"Itu pencarian yang Harmit dapat dari buku yang ada di perpustakaan desa ini. Pencariannya seperti berlatihlah mengalirkan mana keujung jari untuk mendapatkan pengalaman, kemudian disuruh menggunakan ujung jari untuk membuat sihir di suatu tempat, baru disuruh aktifkan."

Dhrizh terkejut lagi, tidak tau berapa banyak kejutan yang diberitahu Harmit. Terutama buku itu, itu buku pencarian sekali pelatihan. Tidak seperti buku keterampilan, buku pelatihan perlu mengikuti petunjuk untuk mendapatkan keterampilan.

Sedangkan buku keterampilan tinggal mempelajarinya dan langsung tertinggal ditubuh kita, itulah yang membuat gerakan orang terlihat kaku saat menggunakan keterampilan yang jarang digunakan.

"Terus bukunya mana?"

"Bukunya dikorbanin buat mana spirit ini." Jawab Harmit dengan polos sambil menunjuk bola mana yang melayang di atas kepalanya.

Dhrizh memperhatikan dengan serius mana spirit itu, dari jauh terlihat seperti bola karena dikelilingi mana tapi jika dari dekat itu terlihat seperti peri kecil yang mengenakan pakaian biru dengan rambut, alis, dan matanya juga berwarna biru terang. Membuatnya menyatu dengan mana disekitarnya.

Dhrizh menyentuhnya dan menusuk jidatnya, mana spirit itu terlihat marah dengan pipinya mengembung dan tangan mungilnya yang memukul mukul jari Dhrizh. Harmit melihat itu tertawa dan Dhrizh juga ikut tertawa, 'Harmit, anak ini mungkin jadi pemain peringkat atas.'

"Ohh iya, level abang berapa?" Tanya Harmit kepada Dhrizh yang masih menusuk nusuk jidat mana spiritnya.

"Level 10."

Jawaban Dhrizh membuat Harmit sedikit kecewa, "Waa... Harmit kalah"

Dhrizh mengambil mana spirit itu menggunakan tangan kiri dan menepuk kepala Harmit, "Itu sudah cukup bagus, lagi pula pengalamannya dibagi dengan mana spirit ini kan?"

Harmit mengangguk dan melototi mana spirit yang ada diatas kepala Dhrizh sekarang sambil bergumam, 'Ini salah spirit itu!'

Mana spirit itu terlihat bingung dengan tatapan pemiliknya dan hanya tersenyum bahagia.

Dhrizh tersenyum pahit dengan tatapan marah Harmit yang mengarah ke mana spiritnya. Dia tau kalau menaikkan level spirit sama seperti menaikkan level pemain.

"Tidak apa apa, semakin kuat mana spirit mu. Harmit juga semakin kuat."

Harmit mengangguk dan menghela nafas, kemudian dia teringat sesuatu dan mengambil buku di inventarisnya dan menunjukkannya kepada Dhrizh.

"Ohh iya bang, Harmit rasa buku ini dapat berguna."

Dhrizh memeriksa buku itu dan untuk sekian kalinya dia terkejut lagi.

Bab berikutnya