webnovel

CH.25 Menemukan

Jujur rasa penasaranku tidak pernah bisa ditahan, setiap ada saja hal baru atau hal unik aku pasti akan mencarinya sampai aku menemukan jawabannya yang membuatku puas. Jika tidak puas, maka aku akan terus mencarinya.

"Kira-kira apa ya yang sampai membuat para monster lari kabur dari arah itu? Monster tingkat 9? Tingkat 10?"

[Semoga saja bukan, kalau iya bisa-bisa kota yang terdekat terserang.]

Bagaimana aku bisa melupakan fakta bahwa dunia ini bukan dunia Albheit yang monsternya didesain mau bagaimana pun caranya tidak akan menyerang kota dan penduduk di dalamnya atau bahkan untuk bisa masuk ke dalam kota? Aku harus menanganinya.

Sesuai perkataan ratu Kioku, kekuatanku sekarang maksimal hanya bisa melawan monster tingkat 9 satu atau tingkat 8 beberapa saja. Semoga saja monster-monster yang kabur bukan karena kedatangan monster yang tingkatnya lebih tinggi dari mereka.

"Sebenarnya dari mana asal hal yang membuat para monster kabur? Aku tidak bisa menemukan apa pun sepanjang aku terbang ini."

[Temukan lebih dalam, seharusnya ada sesuatu yang aneh tidak jauh dari sini.]

"Baiklah aku akan mencarinya lebih dalam. Eyain."

Mantra sihir Eyain, berfungsi untuk mencari informasi tentang semua hal yang ada di sekitarku dalam jarak 100 meter. Fungsinya sama seperti sihir Appraisal pada game umumnya. Biasanya sihir seperti ini menyediakan informasi secara singkat atau bisa juga secara mendetail. Namun sihir yang kupakai ini cenderung untuk mengamati hal yang aneh.

"Masih belum terdeteksi juga walau aku sudah menggunakan sihir."

[Tidak, ada yang aneh walau tidak terlihat aneh. Perhatikan sekitarmu, tidak ada kerusakan apa pun bukan?]

"Benar, lalu?"

[Bagaimana tidak ada kerusakan bahkan para monster lari berhamburan.]

Ah iya aku tidak terpikirkan soal itu. Jadi apa yang kulihat ini semacam proyeksi untuk menutupi tampilan asli? Jadi bagaimana aku bisa melihat yang asli bukan proyeksi? Kalau ini semacam sihir, aku bisa hancurkan asal tahu titik kelemahannya.

Namun sihir yang diaplikasikan seluas ini akan lebih sulit mencari celahnya. Juga aku tidak tahu sebenarnya sihir yang dipakai itu sihir apa. Kujamin ini pun bukan sihir milik ratu Kioku. Sihir-sihir milik ratu Kioku cenderung ke arah untuk bertarung, pertahanan pribadi dan area, serta penyembuhan. Sihir ilusi seperti ini bukanlah tipe sihir milik ratu Kioku.

"Aku tidak tahu cara menghancurkan sihir ilusi ini. Bisa jadi sebenarnya ini hanya sebuah tampilan palsu yang menutupi hal asli di bawah tampilan palsu ini."

[Itu bisa saja terjadi. Bagaimana kalau Keena coba pakai sihir pengecek yang lebih dalam dan lebih jelas, bandingkan perbedaannya dari hal yang aku pernah lihat dari memoriku.]

Memakai cara seperti itu ya? Hmm, cara ini sih bisa saja menemukan apa yang aku harus cari, tetapi akan membuang waktu yang sangat lama. Menemukan kejanggalan dari membandingkan apa yang dulu ada sama saja sia-sia, tetapi biar aku coba dulu saja.

"Kalau begitu kita buat sihir ini. Magnigla."

Menggunakan memori ratu Kioku dan membandingkan dengan keadaan sekarang memang benar tidak membuahkan hasil. Semuanya tampak sama dan tidak ada perbedaannya. Namun kalau begitu hal ini sudah disembunyikan sejak lama bahkan sebelum masa ratu Kioku.

"Kioku, aku menduga bahwa sesuatu entah apa pun itu yang kita cari sudah ada bahkan sebelum masa dirimu ada. Tampak tidak ada perbedaan sama sekali dari memorimu dan apa yang kulihat sekarang."

[Benar juga, tidak ada perbedaan apa pun. Dulu mungkin aku tidak menyadarinya karena itu pertama kalinya aku ke tempat ini. Berarti ini keteledoranku.]

"Tidak, tidak juga. Kalau memang apa pun yang kita cari sekarang sudah ada dari dulu, berarti kita tidak perlu khawatir hal apa pun itu tidak akan menyerang kota. Kemungkinan besar sihir ilusi ini berguna supaya untuk melindungi diri sendiri."

Hal itu langsung terpikiran olehku. Kalau memang sejak dulu sudah ada, kenapa tidak menyerang bahkan setelah lewat 30 tahun lebih silam? Walau tidak berbahaya, rasa penasaranku masih belum terpuaskan, rasanya aku harus menggali sampai ke akar-akarnya untuk menemukan sebenarnya apa yang terjadi selama ini di tempat ini.

[Keena, kemungkinan besar wilayah ini adalah wilayah tempat bersemanyam sesuatu yang hebat. Dilihat dari cara penjagaannya, sihir ini pun tidak pernah muncul saat aku masih ada dan hidup. Ini artinya tempat ini melindungi hal yang kuno.]

"Bisa juga hal itu terjadi. Baiklah sihir kuno pun pasti punya kelemahannya, mari kita coba pecahkan misteri ini."

Dengan berbagai cara dari membuat sihir pemecah ilusi, mencari jalan tertentu, sampai hal-hal ekstrim seperti menghancurkan dengan sihir yang kekuatannya dahsyat pun juga tidak bisa. Sampai pada akhirnya aku beristirahat sejenak di bawah satu pohon untuk meneguk botol pengisi mana karena manaku habis untuk semua sihir-sihir itu.

"Bagaimana ini, apa sebaiknya aku harus menyerah saja? Lagipula sesuatu yang dilindungi adalah hal yang berharga, tidak boleh sembarangan dipermainkan."

[Sebenarnya aku juga tidak bisa melihat ujung dari perjalanan ini. Namun kusarankan Keena mencari beberapa saat lagi. Sebelum itu sebaiknya istirahat dulu sejenak karena tadi sudah berburu selama 4 jam lebih dan mencari di sini selama 2 hampir 3 jam.]

"Benar juga, sebaiknya aku tidur sejenak. Tolong bangunkan aku kalau misal ada sesuatu terjadi."

[Tenang saja, tidurlah dulu.]

Seluruh tenagaku yang hampir habis terisi ulang dengan perlahan di saat aku tidur. Di bawah pohon yang rindang aku bisa tidur dengan tenang, tempat ini memang luar biasa. Dalam tidurku saja aku tidak merasakan tekanan apa pun dan rasa lelah itu pun hilang seketika.

[Keena! Bangunlah!]

"Hah? Iya aku bangun, kenapa?"

[Kenapa dirimu susah dibangunkan? Lihat sekitarmu.]

Langsung saja setelah itu aku membuka mataku lebar-lebar dan mengamati hal yang mungkin tidak pernah aku duga. Siapa sangka bahwa hutan yang tadi aku lewati dan pohon yang aku tempati untuk tidur menjadi sebuah wilayah yang diselimuti kabut dan awan gelap menutupi seluruh wilayah yang bisa aku pandang. Pohon tadi pun itu sebenarnya adalah pohon mati.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku bisa tiba-tiba ada di sini?"

[Aku sebenarnya juga tidak tahu, tetapi tiba-tiba tubuhmu berpindah tempat ke sini. Lihat ke arah jam 5, ada sebuah gedung seperti gereja tua yang sudah runtuh sebagian. Mungkin ada sesuatu di situ dan itu yang kita cari.]

"Baiklah, aku akan cari dengan hati-hati dan perlahan karena siapa tahu hal buruk secara tiba-tiba terjadi."

Dengan menguatkan mentalku, aku memberanikan diri untuk mendekati gereja tua itu. Jujur, pemandangan ini membuat semua bulu kudukku berdiri karena aku takut. Juga ada beberapa burung gagak hitam yang bertengger di pohon mati tadi dan di atas gereja itu.

Pintu gereja itu pun sudah terbuka sedikit, jadi dengan sedikit tarikan, aku perlahan membuka pintu itu sampai aku bisa melihat isi gedung itu dari luar. Ternyata bukan monster atau apa pun itu, hanya sebuah patung yang berdiri tegak walau semua hal di sekitarnya sudah rusak.

"Sebuah patung? Kenapa sebuah patung harus dilindungi sebegininya?"

[Entahlah, tetapi dari pemandangan ini, seolah-olah patung ini menunjukkan jasa orang hebat dan mungkin ada sebuah peninggalan di sini.]

"Coba aku lihat dan amati lebih dekat deh kalau begitu."

Langkah demi langkah yang tegap aku jalani untuk mendekati patung itu. Semakin dekat aku dengan patung itu, semakin jelas aku bisa mengidentifikasi patung apa sebenarnya itu. Dari apa yang kulihat, ini hanyalah sebuah patung seorang perempuan.

Namun siapa sebenarnya perempuan ini sampai patungnya tetap berdiri tegak di bawah sinar rembulan walau gedung gereja ini sudah rusak berantakan? Sebenarnya apa yang terjadi di balik semuanya ini?

"Patung siapa ini? Seorang perempuan?"

[Ini benar-benar patung yang megah dan kuat. Coba periksa setiap detail dari patung ini, siapa tahu ada hal yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan sesuatu.]

Dengan perintah dari ratu Kioku, aku memeriksa setiap detail dari patung ini. Namun tidak ada satu pun hal yang spesial dari patung ini walau sudah secara mendetail aku melihat setiap sudut patung ini. Sebenarnya apa ya?

"Tidak ada yang aneh, ini seperti patung biasa."

[Salah, coba lihat bagian leher dan dada atas patung itu. Patung mana yang bentuknya melengkung ke dalam di bagian leher dan dada atas begitu. Lekukan itu sepertinya membentuk sesuatu, dan rasanya aku pernah tahu, tetapi apa ya?]

"Masa Kioku tidak tahu, itu bentuk dari kalung yang Kioku berikan kepadaku."

{Oh iya juga, coba taruh di patung itu dan mungkin sesuatu akan terjadi."

Tanpa ragu-ragu aku melepas kalung yang kukenakan dan kupasangkan di leher patung itu dengan pas sesuai dengan lokasinya. Benar saja, kalung The Goddess Love itu sesuai dengan lubang yang ada pada leher dan dada atas patung itu.

Tidak lama setelah aku menaruh kalung itu ke leher patung itu, patung itu bergeser dari tempatnya mundur ke belakang. Sebuah celah di bawah patung itu memuat sebuah peti mayat yang tertutup dengan rapat entah tulang belulang siapa di dalamnya.

[Keena, coba cek peti mayat itu, kelihatannya ada nama yang tercantum di situ.]

"Benar juga, memang ada. Namanya… Kiraibu Kiera? Keluarga Kiraibu? Apa Kioku mengenal nama ini?"

[Tidak sama sekali, mungkin ini adalah leluhurku dulu. Coba buka peti mayatnya, normalnya semua peti mayat menyimpan barang berharga milik orang yang meninggal di dalamnya. Siapa tahu kita menemukan petunjuk.]

Walau ratu Kioku mengatakan diriku untuk membuka peti mayat orang bernama Kiraibu Kiera ini, rasanya aku tidak yakin dan tidak berani untuk membukanya. Tidak sopan membongkar peti mayat seseorang, tetapi kalau ratu Kioku sudah menyuruh. bisa berbuat apalagi aku ini.

"Berat juga tutup peti mayat ini. Baiklah, aku melihat sebuah kotak, kotak berukuran sedang, tidak ada kuncinya, bisa terbuka."

[Buka kotak itu, hal di dalamnya akan menjelaskan semua misteri ini.]

"Aku mengerti. Mari kita lihat, hanya ada sebuah buku yang bertuliskan 'Diary Kiraibu Kiera' dan sebuah benda apakah ini. Haruskah kita baca buku ini?"

[Baca saja, dan semuanya akan terungkap.]

"Baiklah."

Bab berikutnya