webnovel

Masih Kesal

Selepas seharian bersama anaknya. Jesica menyuruh Kay untuk beristirahat karena dia yakin dari sorot matanya Kay sedang lelah sementara dirinya memandikan Kris yang sudah tercium aroma tak begitu enak dihidungnya.

"Udah ganteng anak mommy, main ya yang anteng. Mommy masak dulu bentar." Jesica menyisir rambut anaknya. Malam ini Jay datang dan dia sudah bersiap-siap dengan pertanyaan Jay tentang Kay yang harus menikah lebih cepat. Jesica kini membuat hidangan makan malam meksipun hubungan dengan Kenan sedang bermasalah bukan berarti dia lupa akan kewajibannya. Dia pasti melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang istri.

"Daddy..." Panggil Kris pertanda Kenan sudah pulang. Jesica segera membuatkan minuman yang biasa diminum suaminya. Meletakkannya diatas meja sementara Kenan melonggarkan dasinya.

"Kris jangan nendang disitu nanti kena tv." Tegur Kenan namun Kris hanya diam dan berlari lagi. Kini dia mengambil bola yang menggelinding ke ujung rak. Dia meletakkannya lagi di bawah lantai lalu menendangnya hingga terkena vas bunga. Suara pecahan pun terdengar.

"Daddy bilang apa?!!! jangan tendang-tendang disitu Kris!!" Teriak Kenan membuat Kris terkejut. Seketika Kris menangis. Jesica segera berlari kearah anaknya begitupun Kay keluar dari kamarnya dengan terhuyung-huyung sepertinya dia baru saja terbangun.

"Kris..ga papa sayang?tangannya ada yang kena pecahan ga?" Jesica cuek dengan Kenan. Dia tak menyangka Kenan membentak putra kecilnya. Kris masih menangis.

"Maaf ya, mommy lagi masak sayang. Sini liat mommy tangannya." Jesica melihat tangan Kris yang terus dia mainkan takut-takut ada pecahan kaca yang menempel.

"Kris biar sama aku mom..." Kay dengan wajah ngantuknya menggendong Kris.

"Tolong jagain bentar ya, mommy bentar lagi selesai, nanti Abang boleh istirahat." Jesica mengusap pelan rambut Kris. Kay bergegas mengajak Kris ke kamarnya.

"Mas tadi..."

"Ga papa, aku yang salah. Aku beresin." Jesica segera mengambil sapu dan peralatan lainnya untuk membersihkan pecahan vas bunga tadi. Setelah memastikan sudah tak ada pecahan kacanya lagi Jesica kembali kedapur dan melanjutkan masaknya. Air matanya sedikit turun. Dia sedih sekarang.

"Mommy..." Ara baru saja pulang langsung menghampiri ibunya.

"Baru pulang sayang?mana Dariel?"

"Ada tuh di depan sama Daddy. Mommy lagi apa?"

"Nyiapin makan malam."

"Mau aku bantuin?"

"Ga usah udah selesai." Jesica mematikan kompornya.

"Nanti malem boleh mommy minta bantuan jemputin Jay?"

"Boleh, aku masih nginep kok. Jam berapa?"

"Jam 10an, nanti mommy suruh Jay telepon kakak."

"Iya mom." Ara tanpa sengaja melihat kesedihan diwajah Jesica.

"Mom..."

"Apa?"

"Kay sama Daddy...."

"Kak..." Jesica segera memotong pembicaraan anaknya.

"Mommy ngerti kakak kecewa sama Kay, mau marah juga mommy ngerti tapi apa bisa hal kaya gitu ga usah disampein sama Kay?dia juga pasti lagi berat sekarang mikirin ini itu. Mikirin Daddy, mikirin Ran, mikirin kuliahnya. Pasti udah banyak kok orang yang ngehujat dia. Kakak boleh kesel sama Kay tapi mommy ga pernah ngajarin buat saling musuhan atau saling membenci. Ini adiknya kakak. Kalo salah kasih tahu tapi ga usah ngehina. Cape dia kasihan sayang."

"Iya mommy, mommy ga usah khawatir aku ga marah kok sama Kay. Aku juga kasian sama dia. Mana tega aku marahin adik aku." Ara memegangi tangan ibunya untuk meyakinkan.

"Mommy yakin kakak udah dewasa, udah paham."

"Mommy sama Daddy jangan berantem dong."

"Mommy sama Daddy ga berantem sayang, ga usah khawatir. Sekarang kakak mandi dulu nanti kita makan bareng."

"Iya mommy..." Ara menurut dan segera pergi ke kamarnya diikuti Dariel dari belakang.

"Kamu Masak apa?"

"Bikin nasi goreng sama ayam."

"Tadi darimana?"

"Dari dokter sama nemenin Kay ketemu WO nya."

"Kenapa dia ga sen...."

"Mas...kalo mau komentarin soal Kay lagi mending ga usah. Aku ga suka kalo anak-anak denger kita debat soal Kay. Kay biar jadi tanggung jawab aku. Aku ga papa. Udah ya Mas."

"Kamu udah berani sama suami?"

"Mas mandi dulu nanti aku siapin bajunya. Aku liat Kris sebentar." Jesica mengalihkan pembicaraan dan segera menyelesaikan hidangannya.

"Mas lagi ngomong sama kamu ya, jangan main pergi-pergi gitu." Kenan menarik tangan Jesica.

"Mas ngerasa aku ngelawan?darimananya coba sebut?Dari Mas bangun sampai mau tidur lagi aku layanin Mas. Apa yang kurang?" Jesica menatap suaminya namun Kenan tak menjawab. Kini Jesica pergi untuk menemui Kris dikamar Kay.

"Kris kalo udah gede jangan kaya Abang Kay tapi kaya Abang Jay aja." Kay sambil menangkap dan melempar bolanya lagi ke arah Kris.

"Abang Jay?"

"Iya Kris, Abang Jay ganteng ya, baik lagi, Sholeh.."

"Klis bentar lagi jadi Abang.." Ucap Kris yang tak menggubris ocehan Kay tadi membuat Kay tersenyum. Iyalah dia anak kecil, mana mengerti. Siapa sangka hal yang diucapkan Kay tedengar oleh Jesica yang berada di balik pintu.

"Terus nurut ya sama kakak, sama Daddy, sama mommy. Kris harus jadi anak pinter." Kay mengusap pelan kepala adiknya.

***

Kay duduk termenung di kamarnya. Sejak berada di Indonesia Kay tidak bisa tidur dengan nyenyak dan damai. Masalahnya dengan Kiran memang belum benar-benar bisa dikatakan selesai tapi setidaknya tak ada yang disembunyikan lagi. Dia menekuk kakinya duduk di kursi balkon teras kamarnya. Membiarkan angin menerpa mengguncang rambutnya. Dia salah. Jelas Kay tahu. Dia membuat Kenan dan Arbi marah padanya. Meskipun Marsha dan Jesica baik tapi siapa yang tak kepikiran jika mendapat perlakuan tak menyenangkan. Arbi selalu memasang wajah judesnya saat Kay datang bahkan dia hanya mengijinkan Kay mencium tangannya dibanding mengobrol begitupun Kenan yang hanya bersikap dingin padanya bahkan Kay merasa Kenan tak ingin berlama-lama melihat wajahnya. Ayahnya kecewa. Dia sudah pasrah jika Kenan tak akan hadir dalam acara pernikahannya. Kay membuka pintu kamarnya untuk mengambil makanan di dapur. Dia butuh kudapan untuk menemaninya begadang. Dibukanya kulkas dan sepertinya makan sosis enak. Kay menggoreng sekarang dan tak lupa dia juga menggoreng telor ceplok. Apa ini efek dari Kiran hamil? Rasanya sudah beberapa Minggu ini nafsu makan Kay terus bertambah membuat dia takut jika badannya yang berotot berubah menjadi tumpukan lemak. Disaat yang bersamaan Kenan turun. Dengan dingin dia mengambil gelas dan menuangkan air tanpa melihat kearah anaknya.

"Belum tidur dad?" Tanya Kay.

"Belum." Jawab singkat Kenan dan segera naik lagi menuju kamarnya sementara Kay yang memasak hanya tersenyum saja.

"Lagi apa Kay?" Ara menuruni tangga.

"Hm..lagi goreng sosis." Kay sedikit canggung sekarang dengan Ara. Sejak kemarin mereka belum juga mengobrol. Bukan tanpa alasan. Dirumah Kay banyak menghabiskan waktu dikamarnya dia keluar jika lapar atau mencari makanan yang diinginkan Kiran.

"Kay..."

"Apa boleh kalo marahin akunya nanti kak? Aku makan dulu setelah itu kakak mau bilang apapun aku terima." Kay mengangkat telurnya dan memindahkannya ke piring.

"Kamu ngomomg apa sih?" Ara segera berjalan memeluk adiknya. Dia juga ingin memberikan kekuatan pada Kay.

***To Be Continue

Bab berikutnya