Jay tak ikut sarapan pagi ini dia masih marah dengan ayahnya karena kejadian kemarin. Dia lebih memilih berdiam diri di kamarnya sambil memikirkan hal yang bermacam-macam. Mulai dari operasinya, keluarganya, sampai Tiara. Sambil tiduran di ranjangnya dia terus melempar bolanya ke atas dan ditangkap lagi.
"Tiara kamu hilang gitu aja...Mungkin karena aku yang lebih suka aku jadi gini.." Jay bergumam sendiri. Fotonya dengan Tiara bahkan tak dia turunkan dari meja belajarnya.
"Jay..." Kay mengetuk pintu.
"Iya masuk.."
"Nih, aku disuruh anterin sarapan kamu sama mommy."
"Aku ga lapar." Jay masih tiduran sementara Kay meletakkan sereal kesukaan Jay di meja belajarnya lalu dia duduk di kursinya.
"Kenapa masih disini?"
"Kamu kenapa sih?mommy khawatir. Mommy kan lagi hamil ga boleh banyak pikiran."
"Apa patah hati itu sesakit ini ya Kay?"
"Hm...mungkin."
"Kamu ga pernah patah hati ya?kamu kan kalo udah pacaran putus bisa langsung pacaran lagi."
"Karena aku ga mau sedih-sedihan."
"Tiara atau aku yang jahat sih ?"
"Ga ada yang jahat mungkin belum jodohnya aja Jay.."
"Apa kamu pura-pura ga tahu juga kalo aku sakit?"
"Kalau itu aku bener-bener ga tau. Aku baru tahu kemarin tapi buat aku kamu ga sakit Jay..."
"Aku cuman pingin operasi Kay tapi kenapa Daddy ga ijinin?"
"Aku yakin Daddy udah mikirin soal itu Jay.."
"Kenapa sih semuanya belain Daddy?" Jay menghentikan aksinya dan duduk menatap Kay.
"Jay kamu udah sembuh jadi ga perlu operasi."
"Kamu kaya gitu karena kamu ga pernah ngerasain jadi kaya aku Kay!" Jay tiba-tiba marah membuat Kay bingung dengan perubahan emosinya.
"Kok kamu ngomong gitu?aku ini kembaran kamu, aku juga sedih kok, aku ga nyaman liat kamu kaya gini."
"Kenapa harus aku?kenapa harus aku yang gini?!!"
"Kalo aku bisa gantiin posisi kamu, aku lakuin Jay."
"Bohong!!"
"Jay tenang oke..." Kay berdiri dan menenangkan adiknya.
"Tenang?!!!Kamu tuh ga ngerti!!." Jay mendorong Kay sampai dia terjatuh ke kursi yang sempat dia duduki tadi.
"Jay kenapa sih?"
"Kamu jahat!!" Jay kali ini malah memukul kembaranya sendiri sementara Kay tak melawan sedikit pun dia hanya mencoba menutupi wajah dengan tangan.
"Ada apa?" Kenan datang dengan Jesica begitupun Ara.
"Jay..Jay.." Kenan menarik badan Jay.
"Lepasin aku!!"
"Kamu kenapa sih?itu Kay!!"
"Lepasin aku!!!Ini semua salah Daddy, salah Daddy aku gini!!" Jay langsung marah pada ayahnya.
"Jay..." Jesica tak percaya Jay mengatakan hal itu.
"Aku benci Daddy!!" Jay langsung pergi meninggalkan keluarganya sementara Kenan yang mendengar perkataan Jay tadi belum berbicara lagi.
***
Jay mundar mandir tidak jelas di pinggir jalan yang sepi dan hanya menampakkan kegelapan. Matanya sesekali melihat ke arah mobilnya sendiri. Ada perasaan panik, takut, sedih, marah dalam dirinya saat ini semuanya begitu bercampur aduk menjadi satu tapi untuk kondisi sekarang hanya perasaan takut yang mendominasi.
"Daddy pasti marah, Daddy marah.." Jay terus mengulangi kata-kata itu sampai rambutnya berantakan karena terus dia usap saking bingungnya. Dalam kegelisahannya itu seseorang menepikan mobilnya lalu menghampiri Jay.
"Kenapa de?ada yang bisa dibantu?" lelaki itu melihat kondisi Jay yang kini terduduk disamping pintu mobilnya.
"Saya nabrak kak." Jay melihat ke arah lelaki yang kini melihat ke arah mobil Jay yang sudah tak menyala dengan bagian depan yang rusak parah rupanya Jay menabrak Pohon yang ada disana dengan cukup keras.
"Kamu ga papa?udah telepon polisi?atau keluarga?" Lelaki itu mulai mendekati Jay dan dijawab gelengan oleh Jay.
"Mau saya bantu hubungin?"
"Engga, ga usah kakak jalan lagi aja."
"Berapa usia kamu?"
"18 Tahun.."
"Siapa nama kamu?"
"Saya Jay.."
"Dariel.." Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Rumah kamu dimana?"
"Jauh.." Jay tak memberikan informasi lebih jelas karena dia takut untuk pulang. Dariel lalu duduk ikut bersama Jay. Kini dia melihat Jelas wajah Jay yang panik sekaligus sedih dan takut. Dariel merasakan ada sesuatu yang beda dari Jay. Wajahnya seperti pernah dia lihat tapi dimana, Dariel tak ingat.
"Ngapain kesini?"
"Saya ga tahu.."
"Boleh liat KTP kamu?"
"Buat apa?"
"Supaya saya tahu alamat kamu dimana."
"Saya ga mau pulang."
"Kenapa?"
"Daddy pasti marah liat mobilnya rusak."
"Keluarga kamu pasti khawatir sekarang." Dariel membujuk lagi membuat Jay diam dan tak lama Jay membuka dompetnya memberikan identitas diri. Dariel membaca dengan seksama informasi itu sampai dia melihat nama belakang Jay.
"Kamu keluarga Seazon?"
"Iya, itu nama keluarga Daddy."
"Daddy?Riko Seazon?Kenan Seazon?"
"Nama Daddy Kenan, Kenapa tahu?."
"Oh pak Kenan, dia atasan saya.."
"Jangan kasih tahu Daddy." Jay langsung mengambil KTP nya dari tangan Dariel. Kini Dariel ingat. Wajah Jay mirip dengan Kay yang jelas-jelas kembarannya karena Beberapa hari lalu Kay sempat datang ke kantor dan masuk ruangan Ara.
"Coba kamu hubungin keluarga kamu dulu siapapun itu takut mereka nyari."
"Mereka pasti bilang ke Daddy. Aku ga mau.."
"Bentar.."
"Kakak mau kemana?jangan telepon kantor.." Jay menarik tangan Dariel.
"Saya ambil minum, suara kamu serak mungkin butuh air.." Dariel lalu pergi ke arah mobilnya. Diam-diam Dariel menelpon Ara namun dia sama sekali tak menjawab.
# Kamu dimana?adik kamu sama aku.
Dariel mengirim pesan sebelum akhirnya kembali menemui Jay dengan sebotol air mineral.
"Nih minum dulu."
"Makasih.."
"Iya sama-sama, mau duduk di dalam mobil aja ga?disini kotor."
"Engga, aku pingin disini. Kakak pergi aja aku ga papa sendiri." Jay mengusap mulutnya yang basah.
"Rumah saya deket dari sini kok. Kamu udah makan?" Dariel perhatian dan dijawab gelengan oleh Jay.
"Aku boleh nginep dirumah kakak?"
"Boleh tapi kamu harus kasih kabar dulu.."
"Aku takut..."
"Kenapa takut?coba cerita."
"Aku...aku marah sama Daddy, aku pergi dari rumah kalo sekarang aku pulang dengan keadaan mobil rusak aku takut Daddy marah."
"Kenapa bisa nabrak?"
"Aku ngebut, aku ga sadar kalo di depan ada mobil terus aku banting stir."
"Kamu yakin ga ada yang luka?"
"Engga.." Suara Jay bertepatan dengan bunyi ponsel Dariel membuatnya segera menjauh.
- Halo
- Jay dimana?dia ga papa?
- Nanti aku shareloc, dia ga papa, dia nabrak sampe mobilnya ancur. Dia takut pulang.
- Duh ampun deh, kamu jangan tinggalin dia ya..Dia itu...
- Iya ga aku tinggalin, kamu kesini dulu aja.
- Ya udah aku kesana.
- Jangan ngebut.
Dariel mengakhiri teleponnya dan kembali menghampiri Jay.
****to be continue
Ayo siapa yang udah penasaran sama cerita Kay?tenang ya sekarang masih ceritain patah hatinya Jay.
Jangan lupa leave comment and vote ya :)