webnovel

Rasa yang Tidak Tepat

Reina lalu memalingkan wajahnya. Menatap kedua kaki Yose. Kepalanya masih ada di atas paha lelaki itu, dan entah mengapa tiap kali dia bersama dengan Yose. Reina tak pernah bermimpi buruk lagi.

"Sepertinya kamu seperti dream catcher," kekeh Reina.

**

Jam tujuh pagi Reina sudah terbangun, dia benar-benar sudah bangun dan kini berada di meja makan. Menikmati satu gelas susunya meski perutnya terasa tidak enak.

Ia tak membangunkan Yose, apalagi ketika melihat lelaki itu tidur dengan posisinya yang nyaman.

Dia sadar jika tadi malam dia bisa tidur berkat suami bayarannya itu.

Namun tak lama Reina menghabiskan susunya, Yose membuka pintu kamar dan melihat Reina sudah duduk di meja makan.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Yose. Tampak jelas kantung matanya pagi itu hingga membuat Reina mengasihaninya.

"Belum."

"Kamu mau makan apa? Aku akan memasakkannya untukmu," Yose berjalan menuju dapur dan membuka lemari es. Dia hanya menemukan tahu dan beberapa bahan yang lain.

"Sepertinya aku tak bisa membuatkanmu makanan yang enak," gumam Yose.

"Apa saja asal bisa dimakan dengan nasi," sahut Reina ia melirik ke arah Yose.

Yose membalikkan tubuhnya dan tersenyum.

"Oke."

Yose mencuci tangannya terlebih dulu, kemudian mencuci mukanya di wastafel.

Setelahnya dia mengambil bahan-bahan yang ada sementara Reina masuk ke dalam kamar untuk mandi pagi itu.

Niatnya—dia ingin mengantarkan Yose ke sekolah pagi itu karena pasti suaminya akan terlambat masuk ke sekolah.

"Ah, leherku sakit sekali," gumam Yose sambil meregangkan lehernya yang terasa kram akibat gaya tidurnya yang asal-asalan tadi malam.

"Tapi kenapa dia jadi aneh belakangan ini," gumam Yose lagi. Namun dia tak ingin terlalu memikirkannya.

Lalu setelah Yose selesai memasak dia duduk di meja makan menunggu Reina keluar.

Wanita itu sudah keluar dengan pakaian rapinya dan dandanan yang natural.

Reina sangat cantik, dia elegan sementara Lara itu anggun. Dua hal yang sangat berbeda.

Lara sangat lembut sementara Reina itu—ya dia sedikit kasar. Namun akhir-akhir ini dia bersikap melembut pada Yose.

Apa karena bayi yang dikandungnya? Atau hanya perasaannya saja.

"Aku akan mengantarkanmu ke sekolah nanti," ucap Reina kemudian duduk di kursi.

Yose membuka mulutnya sampai lupa menutupnya kembali.

"Oh—kamu serius?"

"Tentu saja, memangnya kenapa? Kamu bangun kesiangan karena aku, kan?"

"Tak masalah, selama aku bisa membantumu aku sangat senang," ucap Yose.

"Apa ada hal yang ingin kamu katakan? Sepertinya wajahmu menunjukan seperti itu padaku."

Ya, benar. Yose memang ingin mengatakan sesuatu pada Reina. Masalah tentang study tour sekolahnya yang akan diadakan sebentar lagi.

Empat hari tiga malam. Bukanlah sebentar, apalagi dia harus menginap di sana. Pasti Reina akan bermimpi buruk kalau sampai dirinya tak ada di sisinya ketika malam.

"Aku ada Study tour di sekolah, dan harus menginap, apa aku bisa pergi?"

Reina tak langsung menjawab, dia hanya diam sambil memikirkan sesuatu hal yang sangat mengganggunya.

Yose tahu benar kalau Reina pasti akan memikirkan berulang kali karena ketika malam dia akan membutuhkan dirinya.

"Di mana?" tanya Reina.

"Kami akan ke museum, lalu pameran lukisan. Lalu ke mana lagi ya—aku lupa," jawab Yose.

"Pasti akan sangat menyenangkan," gumam Reina, ia mulai tak nafsu dengan makanannya.

"Aku tidak tahu, karena baru pertama melakukannya."

"Di mana kalian akan menginap?" sahut Reina cepat.

Mata Yose membeliak, dia sudah tahu apa yang ada di pikiran Reina saat ini. Pasti dia akan ikut ke sana.

"Di hotel," jawab Yose.

"Bagus. Aku akan ikut dengan kalian, tapi tenang saja. Aku hanya akan berada di hotel. Dan kalau malam kamu bisa datang ke kamarku, kan?" tanya Reina.

Yose menelan ludahnya sendiri. Rencananya dengan Lara sepertinya akan gagal total kalau sampai Reina ikut dengannya.

"Kenapa diam? Apa aku tak bisa menginap di hotel yang sama denganmu? Aku akan membayarnya sendiri, jadi tenang saja."

"Bukan masalah itu—aku—"

"Kamu malu dengan rekan gurumu di sekolah? Tenang saja aku tak akan mempermalukan kamu. Aku tidak akan berbuat yang bisa membuatmu malu."

Yose tersenyum samar, dia bingung harus menjawab apa. Bayangan indah itu pudar seketika saat Reina mengatakan ingin ikut dengannya.

"Baiklah," jawab Yose akhirnya.

"Kalau begitu mandi lah, aku akan menunggumu. Usai mandi aku akan mengantarkanmu ke sekolah."

Yose mengangguk kemudian dia masuk ke dalam kamar untuk mandi. Dia menyalakan shower dan air mulai membasahi tubuhnya.

Rasanya dia sangat kecewa ketika Reina mengatakan ingin ikut dengannya. Yah, meski dia akan membayar hotelnya sendiri. Dengan dia ikut begitu bukankah gerak gerik Yose akan terbatasi?

Yose menyambar handuk usai selesai mandi. Dia membuka pintu kamar mandi dan melihat Reina sedang memoles wajahnya lagi.

Wajah Yose merona karena terkejut mendadak mendapati bayangan istrinya ada di depannya.

Melalui cermin riasnya, Reina dapat melihat tubuh Yose yang hanya mengenakan handuknya saja.

Yose masih ingat kalau Reina tak menyukainya, jadi Yose kembali ke dalam kamar mandi dan menunggu wanita itu untuk menyelesaikan riasannya.

"Tunggu dulu!" cegah Reina.

Yose berhenti kemudian membalikan tubuhnya.

"Aku sudah selesai, jadi kamu bisa berganti pakaian di sini," ucap Reina.

Reina kemudian keluar dari kamarnya dengan wajah yang merah. Rasanya sangat aneh ketika melihat tubuh lelaki itu. Tapi kenapa?

Bab berikutnya