webnovel

Surat Undangan

Hari demi haripun berlalu, tepatnya pada Tanggal 27 Desember 2016. Aku mendengar kabar burung....

Bahwa Zhu Zheng akan menikah dengan Anita di bulan Maret 2017.

______________________________________

Jantungku memompa sangat kuat lebih dari batas normal, kedua tanganku langsung saja bergetar pada saat mendengar berita pernikahan Zhu Zheng yang kini sudah tersebar luas di kampus.

Aku rasanya ingin langsung berlari menemui Zhu Zheng dan bertanya apakah kabar burung yang beredar di kampus itu benar(?) Aku benar-benar ingin tahu. Tapi kembali lagi pada janjiku pada Zhu Zheng 'Aku tidak akan pernah lagi mengganggu kehidupanmu ataupun muncul lagi di depanmu.'

Ikhlaskan saja Resa, sampai matipun kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan hati Zhu Zheng, apa lagi berjodoh dengannya seperti hayalan bodoh tingkat tinggimu.

Selama pelajaran berlangsung, aku hanya duduk sambil tertunduk diam memikirkan hari dimana pernikahan itu telah berlangsung dan di saksikan ratusan tamu undangan, termaksud diriku.

Anita berjalan di atas althar dengan gaun pengantin putih yang indah dan elegan, serta sangat cocok dengan wajah cantiknya. Anita berjalan dengan senyum indah sambil menggandeng tangan sang Ayah yang berjalan di sampingnya. Semua orang terlihat sangat bahagia dan bersemangat ketika sang pengantin berjalan di atas althar. Beberapa orang bahkan tidak berhenti mengagumi kecantikan Anita yang merupakan pengantin Zhu Zheng.

Bukan saja Anita dan para tamu undangan. Bahkan Zhu Zheng yang jarang tersenyum itupun kini terlihat tersenyum bahagia.

Melihat Zhu Zheng mengulurkan tangannya untuk menjemput Anita dari genggaman sang Ayah membuatku merasa sangat iri.

Sungguh aku benar-benar sangat iri.

Memikirkan Zhu Zheng dan Anita mengucapkan kata-kata sakral dalam sumpah janji pernikahan mereka nanti rasanya membuat jiwa dan ragaku seakan tidak terima dengan semua kenyataan yang telah di takdirkan oleh Tuhan.

Saat ini, dalam setiap detik dan waktu, aku selalu berdo'a kepada Tuhan, semoga saja pernikahan Zhu Zheng dan Anita gagal.

Maaf jika aku terlihat seperti pemeran antagonis dalam sebuah Film atau Drama. Tapi aku tidak bisa membohongi kata hatiku sendiri, aku yakin orang-orang yang memiliki jalan cinta yang sama sepertiku pasti akan memikirkan hal yang sama.

Jangan membohongi diri kalian sendiri, walaupun di mulut kalian mengatakan ikhlas. Tapi tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam hati seseorang.

Banyak Novel, Film, Drama, dan Series yang aku nonoton.

Kisah yang menceritakan tentang cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan.

Percaya padaku, kata-kata seperti ini pasti pernah kalian dengar atau baca,

'Jika kamu mencintainya, maka relakanlah dia bahagia bersama orang yang dia cintai.' Atau kata-kata seperti ini, 'Kamu mencintaikukan? Jika kamu benar-benar mencintaiku, maka lepaskan aku.'

Aku yakin, kata-kata ini tidak lagi asing di telinga kalian. Tapi kalau boleh jujur, hanya orang bodoh dan yang mudah menyerahlah yang akan melakukan seperti itu.

Bukan maksudku untuk mengatakan seperti itu (bodoh). Tapi memang itulah kenyataannya. Kalian melepaskan orang yang kalian cintai untuk bahagia dengan orang lain, tapi hati dan jiwamu tidak akan pernah merasa ikhlas melepaskannya.

Terkadang kisah cinta yang ada di sebuah novel, film, series, dan drama ... Tidak akan pernah kalian temukan di dunia nyata.

Atau bisah di katakan, cinta tidak seindah novel, film series, dan drama, yang akan berakhir dengan Happy Ending.

Satu hal yang harus kalian semua tahu...

Cinta sesama jenis...

Tidak seindah yang kalian semua pikirkan.

.....

Perjalanan pulang dari kampus, aku bertemu dengan Anita di depan gerbang. Dia terlihat seperti menunggu seseorang. Mungkin saja Zhu Zheng, pikirku.

Pada saat aku berjalan melewatinya, tiba-tiba saja Anita menahan pergelangan tanganku.

"Resa." Aku menatap Anita dengan tatapan penuh tanya, "Ada apa?" Jawabku lembut pada Anita.

"Boleh ikut aku ke taman kampus sebentar?"

Aku menganggukan kepala dan mengiyakan ajakan Anita.

Sampai di taman dan mengambil tempat duduk di kursi coklat yang berada di taman. Anita kini mengeluarkan sesuatu dari tasnya, yang aku yakini itu adalah undangan pernikahannya dan Zhu Zheng.

"Ini buatmu." Sudah kuduga. Anita menyerahkan surat undangan pernikahan yang terlihat sangat mewah padaku, akupun mengambilnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jujur saja saat ini aku sedang berusaha membuat wajahku tetap tersenyum ramah pada Anita dan berusaha membuat diriku setenang mungkin di depannya.

"Resa, jangan samapai lupa datang di pernikahanku bersama Zhu Zheng yah..."

Aku menatap undangan yang bercetak indah nama Anita Tuhuteru dan Zhu Zheng di surat undangan berwarna hitam merah itu, hati dan pikiranku terasa sangat rumit, rasanya aku ingin berteriak di depan Anita, 'semoga saja kamu dan Zhu Zheng tidak akan jadi menikah.'

Sungguh tidak punya hati dan kejam kamu Resa.

Aku menatap Anita dengan senyum lembutku dan berkata, "Aku pasti akan datang."

Beberapa detik kemudian, tiba-tiba saja pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku tanyai pada Zhu Zheng terlintas di pikiranku.

Kenapa aku tidak bertanya pada Anita saja(?) Pikirku.

"Kenapa cepat sekali kamu dan Zhu Zheng menikah? Apa kamu tidak memikirkannya dulu? Berumah tangga itu sangat sulit, apa lagi kamu sedang kuliah saat ini."

"Aku terlalu bahagia Resa, aku sampai iseng meminta kedua orangtuaku untuk menikahkan aku sama Zhu Zheng secepatnya. Dan aku tidak berpikir orangtuaku menganggap serius ucapanku. Malamnya, kami mengadakan acara makan malam dan mengundang keluarga Zhu Zheng ke rumah. Aku tidak berpikir Ayahku akan membicarakan tentang mempercepat pernikahan kami. Sungguh aku sangat terkejut pada saat itu. Dan aku tidak berpikir bahwa kedua orangtua Zhu Zheng menyetujuinya. Aku sangat bahagia."

Tapi aku tidak. Aku benar-benar tidak bahagia mendengarnya. Aku merasa sangat terluka, luka yang aku sendiri tidak tahu letaknya berada di mana(?) Aku ingin berlari dan berteriak sekencang-kencang yang aku bisa pada Zhu Zheng, bahwa aku tidak setuju dengan pernikahanmu. Jadi batalkan semua itu. Tapi siapa aku(?)

Apa kamu berhak Resa mengatur kehidupan Zhu Zheng(?) Kamu bukan siapa-siapa di mata Zhu Zheng, kamu hanyalah orang asing, ingat itu dan tanamkan di dalam hati dan jantungmu Resa. Kamu bukan siapa-siapa Zhu Zheng.

Anita, "Aku juga sudah memikirkannya secara matang. Zhu Zheng adalah pria yang sangat perhatian dan pengertian padaku, dia tidak pernah melarangku melakukan apa yang aku inginkan. Tapi yang membuatku merasa bahagia dengannya, jika aku melakukan kesalahan, dia akan menegurku secara baik-baik. Dan masalah urusan rumah tangga, itu bukan masalah bagiku... Kami berdua juga sudah membahas tentang memiliki anak di masa depan..."

Aku mengepal tanganku dengan kuat ketika mendengar kata anak dari Anita. Aku merasa seperti seribu jarum menyerang tubuhku dan menusuk sampai ke titik terdalam dari diriku. Sangat sakit. Zhu Zheng bahkan sudah membicarakan tentang masa depannya dengan Anita. Sedangkan aku saat ini masih berputar-putar di sekeliling Zhu Zheng tanpa memikirkan masa depanku sendiri.

"...aku dan Zhu Zheng berencana untuk memiliki dua orang anak di masa depan."

"Kamu sangat beruntung bisa mendapatkan Zhu Zheng..."Ucapku dengan senyum, "ada banyak orang di luar sana, yang rela melakukan apa saja hanya untuk mendekatinya... (itu adalah aku) ... Dan mungkin saja ada orang di luar sana yang harus membayar mahal untuk bisa menghabiskan waktu yang singkat bersamanya... (itu aku) ... Dan ... Mungkin juga, ada orang di luar sana yang hanya bisa melihatnya dari jauh, tanpa berani mendekatinya... (dan itu juga adalah aku) ... Kamu juga pasti tahu, Zhu Zheng adalah pria yang sangat di cintai banyak orang... Anita, jangan pernah sia-siakan cinta Zhu Zheng padamu."

Dan pada akhirnya...

Kata-kata merelakan yang terdapat dalam sebuah novel, film, drama, dan series, telah terbukti, dan di ucapkan sendiri olehku.

Mengikhlaskan seseorang yang kamu cintai (Zhu Zheng) untuk bahagia dengan orang lain.

"En... Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Zhu Zheng di masa depan."

.

.

.

Bersambumg . . .

Bab berikutnya