webnovel

Chapter 26

"Nick..." Panggilku saat Ia baru saja kembali ke kamarku. Nick sudah mengganti pakaiannya dengan celana piyama dan kaos milik Greg. Ia menoleh ke arahku, kedua alis matanya sedikit dinaikkan dengan pandangan bertanya.

"Apa... kau akan tidur disini?" aku memandangnya dan tempat tidurku bergantian.

Nick meletakkan handphonenya di meja kecil sebelah tempat tidurku lalu berbalik ke arahku, "Kau keberatan?"

Aku menggeleng lalu mengangkat bahuku. "Greg tidak pernah menempati apartemennya, sekarang kau juga. Lalu untuk apa kalian menyewanya?"

"Greg membutuhkan tempat untuk barang-barangnya." Nick duduk di atas tempat tidurku, masih memandangku. Rasanya sangat aneh melihatnya berada di kamarku- atau di tempat tidurku. Ia terlihat tidak cocok dengan bed coverku yang berwarna ungu lilac. Belum lagi kedua mataku terbiasa melihatnya dalam setelan jas formalnya, melihatnya mengenakan piyama dan kaos santai membuatku—

"Eleanor." Potongnya, "Apa kau akan berdiri memandangku seperti itu sepanjang malam atau bergabung denganku?" Ia menarik salah satu sudut mulutnya sedikit membentuk senyuman. Rambut coklatnya yang berantakan membingkai wajahnya tampannya. Kubalas senyumannya lalu berjalan ke tempat tidurku.

***

"Apa maksudmu kau harus kembali sekarang?" gelas jus jerukku berhenti sebelum menyentuh bibirku. Kulirik jam dapur sekilas lalu kembali menatap Nick, Ia sudah mengenakan pakaiannya kerjanya lagi. Kemeja berwarna biru muda minus dasi, salah satu tangannya membawa jasnya.

Sedangkan aku masih mengenakan piyamaku.

Pagi ini aku bangun setengah jam lebih pagi dari biasanya, Nick masih tertidur saat aku keluar dari kamar. Tapi sekarang Ia sudah berdiri di depanku dan mengatakan Ia harus kembali ke Manhattan.

Kutarik kedua sudut ke bawah. "Kau serius? Tapi ini akhir pekan, Nick. Kau bahkan baru sampai semalam." Dari sudut mataku aku bisa melihat Lana dan Greg sedang memandang kami bergantian, mereka berdua berdiri di depan counter dapur dalam diam.

"Eleanor..." mata biru tua Nick memandangku dengan sabar seakan-akan Ia sedang berusaha berbicara dengan anak kecil. Ia sedikit membuatku teringat pada Oliver.

"Yeah, terserah." Kualihkan pandanganku darinya sambil menghabiskan jus jerukku.

"Eleanor, aku tidak bermaksud—"

"Aku mengerti." Potongku sambil berusaha tersenyum. "Kau sibuk."

"Aku akan kembali." Gumamnya sebelum mencium pipiku lalu menggumamkan selamat tinggal pada Lana dan Greg.

Ia baru sampai di San Francisco kurang dari 24 jam yang lalu, kami bahkan hanya menghabiskan sebagian waktu bersama kami dengan tidur. Jika aku tahu Ia kembali secepat ini mungkin aku tidak akan membuang waktuku dengan tidur semalam.

Hingga keesokan harinya suasana hatiku belum membaik, Greg dan Lana mengajakku makan siang setelah melihatku menghabiskan seluruh minggu pagiku di depan Tv. Nick mengirim sebuah pesan singkat pagi ini, isinya hanya memberitahuku Ia akan menginap dua malam saat mengunjungiku lagi minggu depan.

Restauran yang dipilih Greg terletak cukup dekat dari kantor Lana, Ia harus meminta waiter satu kursi tambahan untukku karena awalnya Ia memesan meja ini untuk dua orang.

Sama seperti Nick, Greg menyukai restauran fine dining. Ia memilih restauran yang sama dengan saat Nick datang ke San Francisco beberapa bulan yang lalu. Deretan lemari Wine yang sangat besar menyambut kami saat masuk ke dalam. Kupasang wajah cemberutku saat Greg menatapku sambil tersenyum.

"Apa?" tanyaku dengan nada tidak terlalu ramah setelah duduk di meja kami. Lana mendongak sedikit dari menunya sebelum kembali membacanya.

"Tidak. Kau dan Nick benar-benar mirip." Senyumannya semakin lebar hingga lesung pipi kanannya terlihat sangat jelas. Rambut Greg yang hitam dan sedikit berantakan bertambah panjang satu senti hingga hampir menyentuh kerah kaos yang dikenakannya.

"Apa maksudmu?" kedua sudut mulutku semakin tertarik ke bawah.

"Nick terdengar sama menggerutunya denganmu pagi ini saat kami mengobrol."

"Ia meneleponmu?" tanyaku dengan nada tidak percaya. Nick hanya mengirimku pesan singkat!

"Yeah, Ia ingin berbicara padamu tapi kau terlihat sangat marah pagi ini... Jadi aku bilang padanya kau masih tidur." Jawabnya dengan santai. Kedua matanya biru tuanya memandangku seakan-akan aku adalah sesuatu yang lucu baginya. Kulirik botol garam dan lada yang berada di tengah meja sekilas, sesaat ingin melemparkan botol itu padanya. Kuhela nafasku sambil membaca menu di depanku sekilas, tiba-tiba aku tidak merasa lapar lagi.

"Hey, Ella... Ia bosmu, kan? Mr. LeBlanc?" pertanyaan Lana membuatku mengalihkan pandanganku dari buku menu. Kedua mataku mengikuti arah pandangan Lana dan Ia benar, Mr. LeBlanc sedang berjalan keluar restauran bersama Ellie. Mereka tidak melihatku karena meja kami cukup jauh dari pintu dan restauran ini cukup penuh.

"Yeah, yang disebelahnya adalah pacarnya. Ellie." Balasku sambil menatap kembali ke buku menu. Lana terdiam selama beberapa saat sebelum berkata lagi, "Ia mirip denganmu."

"Hah?" gumamku tanpa mengalihkan pandanganu dari menu, "Ia hanya memiliki tinggi dan warna rambut yang sama denganku."

"Well, dari jarak sejauh ini Ia terlihat sangat mirip denganmu."

Aku mendengus mendengarnya, "Kau harus melihatnya dari dekat saat makan siang hari Rabu nanti, Lana."

Kami memesan menu spesial siang itu dan sebotol Wine berumur 7 tahun. Greg masih membuatku kesal dengan senyuman lebar di wajahnya dan Lana masih membandingkanku dengan pacar bosku. Ia berpikir Mr. LeBlanc masih memiliki perasaan lebih padaku karena Ellie terlihat sangat mirip denganku. Aku harus mengubah topik pembicaraan tiga kali sebelum Lana benar-benar melupakan tentang Mr. LeBlanc dan Ellie.

Dessert datang saat Lana sedang ke toilet, aku memesan sepiring molten cake dengan es krim peach dan secangkir Earl Grey. Greg memesan blueberry pahlova dan ekspreso sedangkan Lana tidak memesan sama sekali. Suara dentingan piano dan gumaman orang-orang yang sedang berbicara di sekitar kami mengisi keheningan diantara kami.

"Kau tahu... kau bisa mengunjungi Manhattan jika sangat ingin bertemu dengannya." Greg menatapku sambil meminum ekspresonya sedikit.

"Mengapa Nick harus tinggal di Manhattan sedangkan kau disini?" tanyaku dengan kesal.

"Karena Nick masih memiliki Leech yang menghantuinya, sedangkan aku tidak." Jawabnya pendek. Sendok desertku membelah puncak molten cake hingga lelehan coklat meluber lalu aku menyendok puncak teratasnya.

"Seharusnya Ia membunuhnya sejak dulu tapi Nick mengabaikan nasehatku." Gumamnya setengah menggerutu.

"Tapi Ia lebih kuat dari Leech itu, untuk apa Ia sembunyi-sembunyi seperti ini?"

Greg memandangku dengan setengah terkejut, "Nick memang lebih kuat dari Leechnya, tapi kau tidak Eleanor."

Kukerutkan keningku, lalu Greg melanjutkan, "Kau adalah manusia. Jika Leech itu ingin menghancurkan Nick maka kau adalah mangsa yang paling sempurna baginya. Ia sudah menunggu sangat lama untuk saat-saat seperti ini."

Molten cake yang kutelan terasa seperti tersangkut ditenggorokanku. "Jadi Leech itu mengincarku."

"Aku tidak tahu, tapi itu adalah skenario terbaik sejauh ini." Ia mengangkat bahunya sambil menjawabku.

"Lalu... jika Leech itu berhasil melukaiku, apa yang akan terjadi?"

Greg mendengus, kedua matanya memandangku dengan sedikit kesal. "Kau melupakanku?"

"Apa?" aku berkedip menatapnya dengan sedikit bingung.

"Jika Ia ingin melukaimu, Eleanor, maka Ia harus melewatiku terlebih dulu."

Selama beberapa saat kami kembali terdiam, lalu seluruh kejadian akhir-akhir ini menjadi lebih masuk akal di dalam kepalaku. "Tunggu dulu... Nick yang memintamu tinggal di sini?" suaraku berubah beberapa tingkat lebih dingin dari sebelumnya. Greg hanya mengangkat bahunya.

Aku ingat Nick pernah mengatakan padaku bahwa Greg Volder yang lebih kuat darinya karena Ia tidak memiliki Leech. "Ia sudah merencanakan semua ini, kan? Kau dan Lana? Jadi semua itu termasuk rencananya?" Ingatanku kembali ke saat Lana dan Greg bertemu di lobby hotel satu setengah bulan yang lalu, lalu saat aku datang ke rumahnya... perutku terasa sedikit mual. Ia sudah merencanakan semua itu?

"Apa maksudmu dengan aku dan Lana?" ulang Greg dengan sedikit cemberut di wajahnya.

Lana... Ia terlihat lebih bahagia akhir-akhir ini, bagaimana jika Ia tahu Greg hanya berpura-pura bersamanya? Aku tidak ingin membayangkannya sama sekali. "Kau dan Lana... Apa Ia tahu?"

Greg mengerutkan keningnya dengan kesal, "Tahu apa?"

"Semua ini... kau hanya berpura-pura bersamanya, kan? Agar bisa melindungiku dari Leech itu." Oh, sial. Aku tidak ingin Lana terseret ke dalam masalah ini.

Greg meletakkan cangkir ekspresonya lalu menatapku dengan ekspresi sangat serius hingga sesaat aku melihat kemiripannya dengan Nick.

"Aku tidak berpura-pura, Eleanor." Suaranya yang sama seriusnya dengan ekspresi di wajahnya membuatku hampir mempercayainya. Hampir.

"Aku tidak ingin melibatkan Lana ke dalam masalah ini, okay? Ia terlihat sangat... sangat jatuh cinta denganmu." Kuletakkan sendok desertku dan mengabaikan sisa molten cake di piringku.

"Tapi aku tidak—"

"Kau harus menjauh darinya sebelum terlambat, Greg. Dan sebaiknya kau tidak menyakitinya saat menjauh, aku akan membantumu."

"Membantu apa?" suara Lana di belakangku membuatku sedikit terlonjak di tempat dudukku. Ia menatap Greg lalu ke arahku bergantian dengan pandangan bertanya, lalu mengambil sendok blueberry pahlova Greg yang belum disentuhnya.

"Membantu... Greg dengan masalah di perusahaannya. Aku pernah membantunya sekali saat mengaudit perusahaannya dulu."

Greg tidak membantuku menjawab, Ia hanya menatap cangkir espresonya dengan tatapan kesal. Lana mengambil piring desert milik Greg lalu mulai memakannya. "Jadi kau akan membantu mengaudit perusahaannya lagi. Oh, aku harus mampir ke kantor setelah ini, bosku kehilangan data audit perusahaan yang kukerjakan. Ia baru saja meneleponku." Lana menusuk pahlova dengan sendoknya hingga pecah lalu menghela nafas. Wajahnya yang cantik sedikit cemberut.

"Okay, kami akan menunggu." Balasku, sedikit lega karena topik pembicaraan kami sudah berganti. Lagipula aku dan Greg masih harus mengobrol banyak setelah ini, jadi ini kesempatan yang bagus.

"Tidak, tidak perlu. Aku yakin Ia akan menahanku sepanjang siang ini, kalian duluan saja." Ia melirik ke arahku lalu Greg bergantian, "Jangan bertengkar saat aku tidak ada, okay?"

Aku mendengus mendengar permintaannya. Yah, kami memang selalu bertengkar saat hanya berdua, Greg selalu berhasil membuatku kesal. Bukan salahku sama sekali.

Greg membalas Lana dengan senyuman kecil seluruh kekesalan yang sebelumnya terlihat di matanya sudah menghilang berganti dengan ekspresi lain, kualihkan pandanganku dari mereka lalu meraih handphone di dalam tasku. Nick belum membalas pesan terakhir yang kukirim 2 jam lalu, kutelan sedikit perasaan sedih yang tiba-tiba muncul.

Setelah selesai membayar bill kami berpisah dengan Lana di depan restauran, Lana menuju kantornya sedangkan aku dan Greg menuju mobilnya. Kami berjalan dalam diam hingga masuk ke dalam mobil, kupasang sabuk pengamanku lalu memandang ke luar jendela. Greg memakai kacamata hitamnya untuk menghalangi matanya dari sinar matahari sore yang masuk, sambil mengemudi Ia melirikku sesekali. Aku berusaha untuk mengabaikannya sepanjang perjalanan hingga akhirnya aku tidak tahan lagi.

"Apa, Greg?" tanyaku sambil menarik kedua sudut mulutku ke bawah.

"Aku..." Balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. "Aku hanya ingin kau tahu aku tidak sedang bermain-main dengan Lana." Tambahnya dengan nada serius.

"Dan aku hanya ingin kau tahu aku akan memburumu jika kau menyakiti Lana." Gumamku sambil kembali memandang jalanan. Sedetik kemudian aku mendengar suara tawa kecilnya.

"Okay. Bagaimana dengan Nick? Aku akan memburumu juga jika kau menyakiti kakakku."

Kali ini giliranku untuk mendengus.

"Aku serius, Eleanor."

Kuputar kedua bola mataku saat mendengarnya, "Ceritakan padaku tentang Leech yang sedang dikejar oleh Nick."

"Aku tidak tinggal bersama Nick saat itu jadi aku tidak terlalu mengerti kejadian yang sebenarnya. Nick bertemu dengan perempuan itu saat Ia merawat anak laki-lakinya yang masih berumur 8 tahun, saat itu Ia masih bekerja sebagai dokter. Lalu mereka terlibat affair, Ia adalah satu-satunya perempuan terlama yang pernah dekat dengan Nick," Greg berhenti sejenak seakan-akan Ia baru saja menyadari Ia mengucapkan sesuatu yang salah. Dan kata-katanya memang membuat hatiku terasa seperti ditusuk, tapi aku berusaha mengabaikan rasa sakitnya.

"Lalu Ia berubah menjadi psikopat?" tanyaku.

"Ya... Setelah anaknya mati Ia mulai menyalahkan Nick. Lalu saat Ia dan suaminya juga terkena penyakit yang sama dengan anaknya dan hampir meninggal, Nick mengubahnya. Kurasa saat itu Nick berpikir mengubahnya adalah keputusan yang tepat."

Aku tahu apa maksud Greg; Nick mengubah wanita itu karena Ia masih mempunyai perasaan pada perempuan itu.

"Tapi peraturan pertama Volder adalah kau tidak boleh memiliki perasaan pada Leech-mu. Itu sama saja dengan memberi akses penuh pada Leech untuk membunuhmu." Greg menghentikan mobilnya perlahan di lampu merah.

"Apa... apa Nick masih menyukainya?" tanyaku dengan suara sedatar mungkin.

Greg menoleh ke arahku sambil cemberut, "Kau pikir Nick memburunya saat ini karena Ia masih menyukainya?"

"Ah..." Tentu saja tidak, bodoh.

"Nick menyukaimu, Eleanor. Sangat. Ia tidak terlihat seperti ini saat bersama wanita itu dulu."

Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku, "Seperti apa?"

"Seperti seseorang yang baru saja menemukan tujuan setelah menghabiskan seluruh hidupnya kehilangan arah. Nick, Ia sudah berubah." Greg menatap lurus ke jalanan di depan yang sedang dilalui kendaraan. "Ia hampir membunuhku saat tahu aku pernah menggigitmu. Setelah kau pulang malam itu kami... sedikit berkelahi."

"Sedikit?"

Greg menarik salah satu sudut mulutnya ke atas, "Jika Alice tidak melerai kami berdua, mungkin aku sudah mati. Meminum darah langsung dari sumbernya bagi kami adalah hal yang intim, karena itu kebanyakan dari kami lebih memilih minum dari suplai bank darah. Nick belum memaafkanku untuk itu hingga saat ini."

Wajahku sedikit memerah saat mengingat malam itu, bukan karena rasa malu tapi karena marah. "Lalu kenapa kau menggigitku?"

Greg menoleh lagi, tapi aku tidak bisa melihat ekspresi di matanya yang tertutup kacamata. "Karena kau memiliki bau Lana."

"Apa?"

Ia menghela nafas sebelum menjawabku, "Kau memiliki sedikit bau Lana. Aku masih mengingatnya walaupun aku tidak tahu namanya saat itu, dan kau menyaksikanku yang baru saja membunuh Leech. Jadi aku tidak punya pilihan lain."

"Dengan menggigitku?"

"Aku sudah mencari Lana cukup lama, okay? Dan kau tiba-tiba muncul dengan sedikit baunya menempel padamu. Aku tidak bisa menghentikannya."

Kami terdiam selama beberapa detik. "Kau tahu mengapa Lana menghindarimu?"

"Yeah." Jawabnya dengan wajah cemberut, "Karena aku menciumnya saat malam pertama kali kami bertemu."

Salah Greg. Tapi aku tidak akan memberitahu alasannya, kurasa Lana akan memberitahunya sendiri suatu saat nanti. "Siapa nama perempuan itu, Leech yang sedang diburu Nick?" tanyaku berusaha mengalihkan perhatian. Lampu lalu lintas baru saja berubah dari merah menjadi hijau.

"Namanya—"

Kedua mataku menangkap sesuatu yang bergerak ke arah kami dengan kecepatan tinggi. Sesuatu yang sangat besar. Sebelum aku sempat memperingatkan Greg, Ia sudah melemparkan tubuhnya ke depanku. Aku tidak bisa melihat truk itu saat menabrak mobil ini, wajahku tertutup seluruhnya oleh dada Greg. Aku hanya bisa merasakan seluruh tubuhku yang terasa seperti ditarik dengan sangat keras dan suara hantaman yang mengerikan. Lalu kedua mataku terpejam, aku tidak bisa merasakan apa-apa.

Suara dengungan membuatku membuka mataku lagi, tapi pandanganku masih terasa samar. Kupejamkan mataku selama beberapa saat sebelum membukanya lagi, berusaha memfokuskan pandanganku yang kabur. Beberapa detik pertama aku tidak bisa merasakan apa-apa, seakan seluruh indraku mati begitu saja. Lalu perlahan aku merasakannya... rasa sakit. Aku masih memandang kaos abu-abu Greg di depanku, dan Ia tidak bergerak. Seluruh tubuhku semakin terasa sakit, seakan-akan seseorang baru saja memukul seluruh tubuhku dengan tongkat baseball.

Perlahan aku mulai bisa mencium bau asap, oli, dan sesuatu yang asing. Jantungku yang berdebar kencang seirama dengan nafasku saat ini, kuangkat kepalaku sedikit untuk mendongak ke wajah Greg. Rambutku menutupi sebagian wajahku tapi aku masih bisa melihat dengan jelas, Ia sedang menunduk sehingga hanya sebagian wajahnya saja yang terlihat. Kedua matanya memandang lurus dengan tatapan kosong.

Aku berusaha membuka mulutku untuk memanggil namanya, tapi suara dengungan di kepalaku membuatku tidak bisa mendengarkan suaraku sendiri. Lalu aku melihat sebuah potongan besi tajam yang berlumuran darah berwarna merah pekat... menjulur dari leher Greg.

Bab berikutnya