Malam semakin larut tapi pesta pernikahan William dan Rose masih belum usai padahal waktu sudah mendekati pukul dua belas malam.
"Aku berharap menjadi sebuah labu saat jam dua belas malam nanti." Gumam Rose malas, ia sudah sangat mengantuk sementara tamu pesta sibuk berdansa dengan pasangan mereka masing-masing.
Bukan menjadi seorang Cinderella, Rose lebih menginginkan menjadi sebuah labu karena dengan begitu ia tidak perlu melewatkan malam bersama dengan William.
Pria itu sudah sangat mesum bahkan sejak awal mereka bertemu dan Rose tidak sapat membayangkan apa yang akan di lakukan William padanya terlebih William terlihat marah padanya tadi.
"Mau berdansa denganku?" Tanya William yang tiba-tiba datang dan mengulurkan tangannya.
"Tidak mau." Tolak Rose ketus tapi kemudian matanya tidak sengaja menangkap Jane yang sedang tersenyum kearahnya membuat Rose akhirnya menyambut uluran tangan William walaupun enggan.
"Tadi katanya tidak mau." Goda William.
"Ibumu memperhatikan kita." Jawab Rose malas.
"Oh menantu yang baik." Goda William lagi saat mulai menarik pinggang mungil Rose dan memulai langkah dansanya.
"Bisa tidak untuk tidak terlalu dekat." Tanya Rose masih dengan wajah tersenyum tapi tangannya menekan dada William agar memberikan jarak padanya.
"Seperti ini?" Tanya William tapi bukannya memberikan jarak ia malah meniadakan jarak diantara mereka bahkan membuat bibir mereka nyaris bersentuhan jika saja Rose tidak dengan sigap menarik kepalanya kebelakang.
"Kamu sengaja?" Bisik Rose geram.
William kembali mendekat dan berbisik "Benar, aku senang membuatmu kesal padaku."
Rose hanya dapat menahan kekesalannya dalam hati dan berharap semua ini cepat selesai, ia merasa tidak nyaman ketika William mencuri kesempatan membelai punggung polosnya dan mengecup bahunya.
"Banyak orang memandang kita, berhentilah bersikap mesum padaku!"
"Bagaimana bisa seorang suami berbuat mesum pada istrinya sendiri. Aku hanya ingin menyesap aroma lembut istriku yang cerewet ini."
"Oh Tuhan, ku mohon jadikan aku labu sekarang juga." Pinta Rose dalam hati, ia tidak tahu mengapa tubuhnya bereaksi berlebihan saat William mencium tengkuknya singkat. Seperti aliran listrik terasa menyengatnya dan membuatnya lemas.
"Sepertinya pasangan pengantin kita sudah tidak sabar untuk melewati malam pertama mereka, kalau begitu sebaiknya kita sudahi pesta ini." Ucap Jane setelah menghentikan musik dan membuat pengumuman secara tiba-tiba setelah melihat apa yang William lakukan kepada Rose.
Tentu saja para tamu menuruti sang pemilik acara dan meninggalkan William hanya berdua dengan Rose.
Rose merasa malu, ia tidak berani mengangkat wajahnya. Semua ini karena ulah mesum William.
Rose baru akan memarahi William setelah suara bising tidak lagi terdengar dan hanya terdengar suara langkah sepatu mereka ketika William tiba-tiba saja mendorong tubuhnya menjauh.
Rose begitu terkejut dengan apa yang William lakukan padanya, ia bahkan nyaris terjatuh.
"Kamu gila? Kamu hampir membuatku terjatuh!" Pekik Rose tidak senang.
"Lalu kamu mau apa? Kamu ingin aku menggendongmu menuju kamar pengantin kita? Begitukah sayang? Kamu ingin melewati waktu yang intim denganku?" Tanya William dengan tatapan meremehkan.
Rose mendesah kesal, inikah wajah asli William? Kasar dan tidak berhati.
"Siapa juga yang ingin di gendong oleh pria sepertimu!" Jawab Rose sebelum berbalik meninggalkan William.
"Dan aku tidak akan pernah mengijinkanmu menyentuhku!" Sambungnya ketika menapaki anak tangga pertama lalu melangkah cepat menuju kamar.
Suara pintu yang terhentak keras membuat William memejamkan matanya menahan rasa terkejut hatinya. Rose benar-benar marah kali ini tapi itu lebih baik dari pada ia kehilangan kendali.
Sungguh bodoh, hanya karena aroma tubuh Rose, ia tergerak menyesap tengkuk Rose dan kini seluruh tubuhnya memanas menahan gejolak hasratnya yang tiba-tiba mencuat.
Awalnya William hanya sekedar mengecup bahu Rose agar Jane segera mengakhiri pesta ini karena ia melihat Rose sudah sangat mengantuk tapi kemudian ia terjebak oleh permainannya sendiri.
....
"Dasar mesum! Siapa juga yang ingin di sentuh olehnya!" Gerutu Rose kesal.
Nafasnya naik turun menahan kekesalan hatinya.
Ketika Rose tidak sengaja melihat kearah cermin, ia baru menyadari jika esapan William menimbulkan bercak memerah di lehernya.
"Apa yang ia lakukan pada leherku?" Ucap Rose frustrasi sambil menyeka-nyeka bercak merah di lehernya dengan tissue namun bukannya menghilang tapi malah menambah merah lehernya.
Tidak lama kemudian William masuk kedalam kamar, dengan mengangkat gaunnya Rose segera menghampiri William dengan wajah kesal.
"Lihat apa yang kamu lakukan ada leherku?" Tunjuk Rose, ia mengarahkan kepalanya dan memperlihatkan bercak memerah di lehernya kepada William.
Oh ayolah, William masih belum bisa meredam hasrat dalam dirinya dan Rose malah menunjukkan leher jenjangnya dan membuatnya ingin kembali menyesapnya.
Tenanglah William... William meyakinkan dirinya ketika hasratnya kembali menuntunnya untuk menyerap leher Rose lagi.
"Kamu ingin aku menambahkannya?" Tanya William menggoda setidaknya penolakan Rose akan menahan hasratnya untuk tidak berbuat mengikuti keinginan liarnya.
"Jangan gila!" Rose segera menarik dirinya dan melangkah menjauhi William.
Syukurlah... William menghela nafas lega dalam hati.
Ia segera menanggalkan jasnya lalu membuka satu persatu kancing kemejanya dan untuk bergegas mandi sementara Rose masih berkutat dengan jaring dan mahkota di rambutnya yang terlihat kesulitan untuk dilepaskan.
Melihat Rose meringis beberapa kali, William yang sudah bertelanjang dadapun akhirnya menghampiri Rose dan membantunya tanpa bersuara.
"Aku bisa melakukannya sendiri." Ucap Rose gugup, ia bergerak menjauh tapi William menahannya, tangan kekarnya menyentuh bahu polos Rose hingga Rose hanya dapat diam mematung.
"Apa kakimu masih sakit?" Tanya William yang msih melepaskan satu persatu penjepit di rambut Rose.
"Sudah lebih baik." Jawab Rose masih dengan rasa gugupnya.
William terlihat sangat tampan ketika ia hanya berfokus pada satu hal dan tubuh kekarnya mengalihkan perhatiannya.
"Kamu bisa menyentuhnya daripada hanya melihatnya dari pantulan cermin." Goda William tersenyum penuh arti ketika ia sudah berhasil melepaskan jaring di kepala Rose.
Rose yang tertangkap basah hanya dapat menelan bulat-bulat rasa malunya dan berusah bersikap biasa saja.
"Siapa bilang aku melihat tubuh kekarmu!"
"Aku tidak mengatakan kamu memperhatikan tubuhku."
"Yang kekar ini." Sambung William berbisik menjadikan Rose salah tingkah seketika dan bergerak menjauh tapi gaun panjang yang dikenakannya membuatnya terjatuh duduk tepat dihadapan William.
William tidak dapat menahan tawanya, ia tertawa sambil bergerak berjongkok dan mengangkat tangan Rose.
"Mau menyentuhnya sekarang?" Godanya sambil membawa tangan Rose menyentuh dadanya jika saja Rose tidak menarik tangannya dengan cepat.
"Tenanglah, aku tidak akan menyentuh wanita yang tidak mencintaiku." Ucap William seraya beranjak bangun dan melangkah menuju kamar mandi sementara Rose terus menatap William kesal.
"Setidaknya sampai aku belum berubah pikiran tapi siapa yang akan tahu jika besok mungkin aku berubah pikiran." Sambung William ketika di depan kamar mandi, tidak lupa ia mengedipkan matanya sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Rose mendesah kesal, ia memukul lantai dengan kedua tangannya karena begitu kesal dengan William walaupun akhirnya ia meringis kesakitan.
....
William sudah selesai mandi, ia masih memakai jubah mandi dan rambutnya masih basah ketika dengan santainya naik keatas tempat tidur lalu memejamkan matanya dimana Rose sudah duduk menunggu William sejak satu jam yang lalu karena ia juga ingin mandi.
"Kamu tidak memakai baju tidur?" Tanya Rose beranjak dari duduknya.
William membuka matanya dengan malas sambil menjawab "Aku bukanlah anak kecil berusia tujuh tahun yang masih tidur mengenakan piyama."
"Tapi bagaimana bisa kamu tidur hanya menggunakan itu? Setidaknya berpakaian lah!"
"Bukankah ini menguntungkan mu jika kamu tiba-tiba ingin melihat tubuhku nanti malam."
Angin laut sepertinya sudah membuat otak William terbang entah kemana, bisa-bisanya ia berkata seperti itu.
"Hey aku bukanlah gadis mesum! Untuk apa aku menginginkan menyentuh tubuhmu?"
"Karna tubuhku kekar." Sahut William terkekeh dengan wajah penuh kemenangan sementara Rose sudah kalah dari argumen menggelikan ini, ia hanya dapat pasrah dan segera bergegas menuju kamar mandi.
"Kamu mau mandi menggunakan gaun itu?" Tanya William, ia memiringkan tubuhnya dan tidak sungkan menatap Rose dengan tatatpan menggoda.
"Tentu saja tidak, aku akan segera melepaskannya!" Jawab Rose, ia segera meraih pengait di gaunnya dan hendak membukanya tapi kemudian ia tersenyum mengejek "Jangan berpikir aku akan membukanya dihadapan mu!" Ucap Rose sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
William kembali tersenyum, Rose menjadi dua kali lebih cerewet dan berhati-hati padanya. Semua itu lebih baik daripada Rose hanya pasrah menerima pernikahan ini dengan hatinya yang masih menjadi milik pria lain.
Dan ia bisa menahan sisi liarnya yang selalu muncul jika berdekatan dengan Rose. William tidak ingin mengkhianati Gwen dengan meniduri wanita lain meskipun Rose sudah menjadi istrinya.
.....