webnovel

Penyemburan (21+)

Ken terpesona pada apa yang ia lihat di depannya. Wajah yang sangat erotis, suara merdu menggoda, tubuh yang bergetar akibat orgasme. Rika sangat luar biasa. Ken tak salah incaran.

Tangan kokoh itu lekas mencengkeram pinggang Rika dan kian hardcore bergerak maju mundur. "Rika! Inigh! Inikh enakh sekaliighh! Orrghh—shittt!!" racau Ken.

Gara-gara penampakan seksi dari Rika yang orgasme, Ken makin kuat menggesekkan penisnya di area basah tersebut. "Hngaakkh! Rika! Rikaakh! Haakhh! Yabai ikuso (alamak ini dia)!! Ikusou (ayo)—ORGGHH!!"

SPLURT! SPLURT!! SPLURTTT!!

Tuan muda Ken menumpahkan benihnya tanpa ragu-ragu hingga mengenai dinding di belakang pantat Rika dan sebagian menempel di paha si Pinky.

Ken tak mau berleha-leha. Napsunya belumlah turun. Ia menyambit shower bathtub di dekatnya untuk membersihkan sperma yang menempel di selangkangan Rika.

Setelah yakin bersih, ia mengusap-usap sebentar klitoris dan vagina Rika, lalu membuka kaki itu lebih lebar dan Ken pun berlutut di depan Rika seraya lidahnya menjulur menggapai klitoris nona Pinky.

Ken melakukan cunnilingus, atau mungkin bahasa kasarnya 'eat pussy'.

Klitoris yang baru tadi berkedut karena di stimulasi penis Ken, kini sudah kembali dijamah lidah dari orang yang sama.

"Scrrpphh... rrllpphh... mrrllphh... crrpphh..." Tangan Ken membantu agar bibir labia mayora Rika bisa tetap terbuka dan ia dapat leluasa menjilati klitoris merah muda segar tersebut.

Ken... maniak cunnilingus sejak mencicipi 'kacang' Rika. Mungkin sekarang ia jadi fetish pada klitoris Rika. Fetish pada oppai Rika. Apapun yang Rika miliki di tubuhnya.

Kontan saja, Rika berpegangan pada pundak Ken agar ia tetap bisa menopang tubuhnya. Matanya masih terpejam, menikmati sensasi menggelitik serta luar biasa berkat lidah nakal Ken.

Yah, jangankan lidahnya, orangnya juga sama nakalnya. Brengsek. Sangat mesum.

Rika kira... semua ini bakalan berakhir jika Ken bisa muncratkan spermanya. Nyatanya malah sebaliknya.

"Nghmhh~ nghhh..." Bibir bawah ia gigit cukup kuat. Rika gunakan tangannya untuk mencengkram pelan rambut milik Ken sebagai bentuk pelampiasannya.

Lidah sialan itu benar-benar binal, bergerak menjilati klitoris Rika bagai benda mungil tersebut seperti sebuah mainan kecil yang menggemaskan.

"A-Ahh~ stophh... mmhh... Ken-sama... hngh~"

Padahal, Rika baru saja orgasme, bahkan tubuhnya masih bergetar. Kalau tak menopang pakai tangan mungkin tubuhnya bakalan merosot.

Dengan nafas yang terengah-engah, Rika tatap sayu Ken dan aktifitas yang dia lakukan. Wajah nona muda itu langsung merona parah kala memperhatikan seksama raut sialan Ken—ia akui itu benar-benar... tampan. Apalagi saat menikmati sensasi dari mutiara berharga milik maid barunya.

'Kimochi...' Rika membatin tanpa sadar. Setidaknya Ken tak perlu mendengar hal itu secara langsung, sih.

Rika akhirnya menundukkan wajahnya lunglai. Desahan pasrah akhirnya terdengar lirih dan menggoda. Rika biarkan lidah Ken beraksi lebih leluasa di bawah sana. Ia hanya membiarkan paha tetap terbuka, kemudian mengudarakan suara erotisnya.

Tak mau Rika berdiri limbung, Ken pun mengangkat satu kaki Rika untuk ditaruh pada bahunya sementara ia terus mencecap klitoris tanpa jeda.

Bukan itu saja. Ken juga menyelipkan dua jarinya ke dalam liang vagina Rika dan perlahan mengocok liang itu. Hanya perlahan karena ia tak mau menyakiti Rika dengan jarinya. Lebih baik dengan penisnya saja jika memang sudah waktunya.

"Arrlmmhh... sllrrphh... mmrrllhh... sllrrpphh... hrrmmhh..."

SLICK! SLEECK!! SCLEKK!

Suara Ken sahut menyahut dengan bunyi vagina Rika yang sedang dikocok pelan. Ken belum mau bergerak hardcore. Ia masih ingin bermain santai sambil menunggu suara erotis Rika.

Terkadang manik hitam Ken menelusur ke wajah Rika dan ia makin terangsang melihatnya. Kalau begini bisa-bisa pertahanan Ken runtuh dan menerjang segalanya.

Tapi... toh ia juga sudah siap segala konsekuensi kok, karena ia benar-benar menginginkan Rika, bukan hanya sebagai maid, tapi sebagai kekasih dan lebih pun tak mengapa.

Boleh tidak ya bila anak SMA menikah?

Biarlah itu nanti Ken pikirkan dan cari informasi mengenainya. Yang penting sekarang ia sedang 'menikmati' Rika. Mulut rakusnya menyecap, menghisap dan lidahnya memberikan gelitikan-gelitikan erotis.

Jangan lupakan dua jari Ken yang sedang berjuang mencari G-spot Rika. Jari itu bergerilya menohok pelan beberapa titik di dalam dinding atas liang vagina.

"Nghhhh... Ken... mmhh—samma... mnaahh~"

Rika merasa jika benteng yang menjadi pelindung dirinya kini jebol juga, Ken-lah orang pertama dengan kesuksesannya. Gadis muda bersurai semu pink takluk, meski harus melewati pemberontakan terlebih dahulu.

Tangan Rika yang masih meremas rambut Ken kini bergerak, dari diam akhirnya meremas-remas, sesekali melakukan gerakan seperti memijat sebagai pelampiasannya.

Pinggul seksi si nona maid bergerak seolah merespon lidah nakal majikannya, serta dua jari Ken yang sejak tadi mengosok bagian dalam kewanitaannya hingga desah erotis semakin kentara.

"Aahh... hangh... ha-haya—ku (cepatlah)... hagh... haya—kuhh..." Tanpa sadar, mulut Rika meracau. Sesekali terdengar deruan napas tak beraturan. Rika senderkan punggungnya lebih nyaman seraya busungkan dada.

Nampaknya permintaan dari Rika tadi membuat Ken menatap puas. Seorang gadis memohon itu memang sangat manis. Menggairahkan. Apalagi ini Rika. Gadis yang diawal terlihat judes itu akhirnya tak ubah seperti domba kecil minta disantap seekor serigala liar.

"Aanghh~!" Seketika tubuh Rika tersentak tiba-tiba seperti sebuah setruman, mengalirkan friksi-friksi aneh ke seluruh tubuh. Ken telah menemukan G-spotnya, menohoknya tepat di titik tersebut.

SRET!

Rika menundukkan sedikit kepalanya. Ia jangkau pergelangan tangan Ken dengan tangan yang bebas kemudian gerakkan agar jari-jari majikan sialannya kembali menohok spot inti tadi.

"Aahh! Ki—mmahh—mochii... aahhh, aahh~ Ken-sammahh!" Rika lupa diri. Sensasi gila inilah yang membuatnya lupa diri.

Bahkan tatkala ia merasa jika dorongan itu kembali, Rika semakin gencar mengarahkan tangan Ken untuk terus menohok G-spotnya berkali-kali.

Tatkala desakan itu muncul, sensasi seperti ingin... berkemih. Semacam itu dan, "Rrmhh... mahhangh~ hhyaagghh~!!"

Terkutuk... Fujisaki Ken yang telah membuat seorang gadis macam dirinya orgasme berkali-kali. Dan kini... ia baru saja semburkan ''itu'' lagi.

Tuan muda Ken nan tampan dan gagah perkasa sungguh bagai sedang mendengar suara bidadari syurga. Apa tadi suara bidadari itu? Hayaku? Kimochi? Waow...

Dan keajaiban selanjutnya pun sudah terjadi sesuai prediksi Ken. Yaitu menyemburnya air syurgawi. Tidak. Kita tidak bicara mengenai Dewi Kwam Im yang juga cantik menawan dan memiliki air istimewa di wadah yang selalu ia bawa. Ini dewi sanubari Fujisaki Kenkichi. Dewi Tadashi Rika.

Air sang dewi pun diteguk penuh khidmat oleh Ken penuh rasa syukur karena ia lagi-lagi berhasil membuat sang bidadari bertekuk lutut memberikan air sucinya.

Ken pun meletakkan kembali kaki Rika pada lantai bathtub dan ia bangkit. Rika limbung, kemudian Ken lekas memeganginya. Selanjutnya—

SETT!!

Tuan muda sudah membopong Rika ala pengantin. Ia bergegas keluar dari kamar mandi dan menuju ranjang.

Demi segala bidadari dan dewi yang ada di lantai syurga, Ken memohon ijin untuk memiliki dewi bidadari yang satu ini. Yang berkepala pink dan judes.

"Rika-chan. Aku menginginkanmu. Aku ingin Rika-chan semuanya."

===BERSAMBUNG===

Bab berikutnya