webnovel

Menarik Yan Xiruo Ke Pelukannya

Editor: Wave Literature

Ye Juemo membuang rokok yang dihisap setengahnya ke tong sampah. Ia kembali ke mobilnya dan melihat Yan Xiruo yang masih tidur. Ia menyalakan mesin mobilnya, memutar balik arah dan pergi dari Meiyuan.

Setengah jam kemudian, mobil Lamborghini Ye Juemo bergerak memasuki pertengahan lereng gunung selatan kota An. Area tersebut sepertinya telah dibangun satu rumah besar bergaya taman yang di belakangnya menghadap ke arah gunung dan di depannya ada air sungai yang mengalir. Lingkungan yang elegan dan indah, menonjolkan simbol kekayaan dan kekuasaan.

Kepala pelayan yang mendengar suara mobil, melangkah keluar dengan cepat dan membukakan pintu mobil Ye Juemo dengan hormat dan sopan.

Melihat ke tempat duduk penumpang depan, pelayan tersebut melihat seorang perempuan yang berambut panjang. Ia memakai jubah tidur Ye Juemo yang sedang tidur. Kepala pelayan yang paling lama bekerja di situ ikut terkejut saat melihat pemandangan ini.

Kepala pelayan yang telah mengikuti Ye Juemo selama bertahun-tahun, belum pernah melihatnya membawa perempuan pulang ke rumah. Jangan-jangan perempuan ini adalah nyonya rumah mereka di masa depan?

Ye Juemo turun dari mobil dan berjalan menuju pintu penumpang, ia menundukkan dirinya dan memeluk Yan Xiruo yang masih tertidur dengan mengerutkan alisnya. Ya, kepulasan Yan Xiruo sedikit terganggu, namun dirinya masih pulas tertidur.

Kelopak mata Yan Xiruo sangat berat. Walaupun sedang dipindahkan dari mobil, namun tetap tidak membuka matanya dan melanjutkan tidurnya. Hampir dengan segera, Yan Xiruo meringkuk ke pelukan Ye Juemo begitu dipeluknya.

Karena banyak meminum minuman keras, ditambah lagi berjalan terlalu lama di bawah hujan yang deras, sekarang ini badannya sedikit demam.

Ye Juemo dengan dinginnya memerintah kepala pelayannya, "Ambilkan obat flu ke atas!" 

"Baik." Kata kepala pelayan itu. 

Ye Juemo meletakkan Yan Xiruo di ranjangnya yang besar dan empuk. Kini pelayan itu sudah mengambil obat flu untuknya dan menunggu di pinggir ranjang ini, Ye Juemo menepuk wajahnya yang cantik, "Hei, bangun."

Tidak ingin dibangunkan dari tidurnya, alis mata Yan Xiruo semakin mengerut, bibirnya yang halus membisikkan, "Jangan ribut, lagi tidak enak badan..."

Suaranya terdengar serak meski terasa lembut, menampilkan godaan tanpa suara pada malam hari. Apalagi pada saat ia membalikkan badannya, tali jubah tidur yang diikat di pinggangnya menjadi longgar, kulit di bawah tulang selangka sedikit terekspos dengan jelas. 

Meskipun ada tutupan dari bra, namun tetap bisa melihat kalau bentuknya yang begitu bulat terasa halus dan indah. Gadis ini memiliki ukuran yang pas. Sesuai dengan malam sebelumnya saat Ye Juemo menyentuhnya. Terasa halus dan elastis, ukuran yang pas pada telapak tangannya.

Pupil matanya melebar seketika, ia menyipitkan bibirnya yang seksi, mengikat kembali tali mantel tidur Yan Xiruo dan memaksanya bangun. Ye Juemo pun membuat tubuh Yan Xiruo duduk di atas ranjang ini.

Sekarang Ye Juemo duduk di tepi ranjang, salah satu tangannya mengambil obat flu. Tangannya yang satu lagi menahan badan Yan Xiruo dengan memegang bahunya. Seketika Yan Xiruo bersandar di bahu Ye Juemo, posisi mereka terlihat begitu mesra dan memiliki makna romantis yang mendalam.

Pelayan yang masih berdiri di tepi sambil memegang gelas air, langsung menundukkan kepalanya dan tidak berani melihat ke arah tuannya.

Tuan muda Ye Juemo memiliki sifat suram dan dingin, walaupun banyak pelayan perempuan yang di rumah ini diam-diam menyukainya, namun Tuan Muda tidak pernah menggoda pelayan-pelayan ini, bahkan tidak pernah berbicara secara langsung pada pelayan perempuan.

Ye Juemo mengangkat dagu Yan Xiruo, memaksanya untuk membuka mulut. Yan Xiruo yang merasakan rasa sakit dari dagunya, perlahan-lahan membuka matanya yang berat.

Mata Yan Xiruo yang jernih masih membawa rasa kebingungan, bulu matanya yang panjang dan padat berkedip dengan ringan. Sekejap kemudian ia baru mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Ye Juemo.

Kepala Yan Xiruo merasa berat, melihat ke wajahnya yang dalam dan tampan. Otak Yan Xiruo yang kesulitan memahami situasi ini karena demam telah salah melihat. Ia mengira orang yang ada di depannya adalah Lu Jingchen. Ia membengkokkan sudut mulutnya dan membangkitkan sebuah senyuman yang menawan dan manis.

Ketika Yan Xiruo senyum, ada dua lesung pipi yang muncul di samping mulutnya. Senyumnya bagaikan bunga yang mekar di pagi hari, begitu cantik dan menawan. Ye Juemo menggulingkan jakun dan menelan air liurnya, tangan yang masih memeluk di bahunya terasa bertambah erat.

"Ugh, bahuku sakit..." Suara keluhannya yang halus seperti bisikan terdengar begitu menggoda.

Warna mata Ye Juemo menggelap, ia melepaskan tenaga tangannya yang masih di bahu Yan Xiruo. Seketika itu wajahnya yang tampan mendekat ke telinganya dan berkata, "Apa kamu sedang menggodaku?"

Bab berikutnya