webnovel

Bermain Dengan Iblis

Editor: Wave Literature

"Lanjutkan," kata Su Mohan dengan dingin.

Ye Fei membeku. Tanpa sadar, ia meraih dan menggenggam lengan Su Mohan erat-erat seakan pria itu adalah harapan terakhir yang bisa menyelamatkan jiwanya. "Tuan Su, saya…"

Ye Fei memegang pergelangan tangan Su Mohan dengan erat hingga ia dapat merasakan tangan mungil Ye Fei yang basah karena tegang. Ia langsung mengibaskan tangannya dan berdiri, seperti berniat untuk pergi, lalu berkata, "Sepertinya kamu tidak punya keahlian."

Ye Fei berdiri dan terdiam. Ia menatap Su Mohan yang sombong bukan main seperti kaisar, lalu mengepalkan tangannya erat-erat. Ia kira ia hanya harus berbaring di ranjang, memejamkan mata dan berpura-pura tidur, kemudian semuanya akan selesai. Ye Fei tidak menyangka bahwa pria itu akan menyuruhnya untuk membuatnya tertarik. Melihat Su Mohan hendak pergi, Ye Fei bergegas mengejar dan menghentikannya.

Su Mohan menyipitkan matanya dan menatap wanita di depannya dengan hati-hati. Kulit wanita ini sangat putih dengan aroma yang sangat murni. Dia kurus, tapi tidak terlihat seperti tipe kurus yang tidak aku sukai, batinnya. Tentu saja, hal yang paling mengagumkan dari Ye Fei adalah matanya yang seperti kucing Persia. Mata sayunya terlihat menawan dan sesekali memancarkan kilat kuning, menunjukkan sedikit kesan misterius dan ambisius.

Su Mohan harus mengakui bahwa dari penampilannya saja, Ye Fei memang sangat cantik. Entah apa yang telah Ye Fei alami, namun di mata Su Mohan, ia tampak terlalu lembut. Ketika Su Mohan kembali tersadar dari pikirannya dan berencana untuk pergi, tiba-tiba ia merasakan bibir yang lembut dan aroma samar yang menerpa hidungnya. 

Ye Fei tiba-tiba berani memegang lehernya, lalu mencium bibir tipisnya hingga keduanya terdiam. Kelembutan dan kesejukan bibir Ye Fei sedikit di luar bayangan Su Mohan. Ia tidak menyangka bahwa wanita yang menyebalkan ini akan menciumnya. Meskipun Su Mohan memiliki banyak wanita, semua orang tahu bahwa ia memiliki kebiasaan yang bersih dan tidak akan pernah mencium wanita mana pun. Entah kenapa, ia merasa bahwa ini ciuman ini tidak begitu buruk dan bahkan membuatnya ingin meminta lebih...

Ye Fei telah menjadi wanita yang diinginkan Su Mohan dengan begitu mudah dan semuanya ternyata tidak sesulit yang ia bayangkan. Tentu saja, Su Mohan tidak pernah bersikap baik. Pria ini selalu bersikap tangguh dan angkuh seperti badai tanpa mengenal sedikit pun belas kasihan, sama seperti aura kuatnya yang sangat mendominasi dan tidak bisa diprovokasi sedikitpun.

Su Mohan tertawa dingin, lalu memadamkan puntung rokoknya dan memandang wanita pendiam yang berbaring di sampingnya. "Apakah kamu menutup mata untuk berpura-pura menjadi perawan?" tanyanya.

Ye Fei berkedip dua kali hingga sejenak menutupi matanya yang berkaca-kaca. Kemudian, ia terkekeh dan berkata, "Apa yang bagus soal menjadi perawan? Karena aku seorang pelacur, aku tidak akan membangun kehormatan lagi!"

Tangan besar Su Mohan sangat dingin dan kuat dan ke manapun tangan itu berlabuh, pasti tangan itu akan meninggalkan tanda merah yang besar di kulitnya yang cantik. Namun, ia tidak akan pernah menangis dan tidak akan mengeluarkan suara. Seperti boneka yang tidak mengenal rasa sakit, ia akan membiarkan pria itu bertindak liar.

"Kenapa? Menyesal?" cibir Su Mohan yang sangat menyadari perubahan dalam suasana hati Ye Fei. Tampaknya, sikap Ye Fei tidak kunjung berubah setelah menjadi wanitanya.

"Saya takut suatu hari nanti Tuan Su yang akan menyesalinya." Ye Fei masih memaksakan mulutnya berbicara dengan tenang. Ia tidak menyesalinya, tapi ia tidak bisa menghapus penghinaan di hatinya.

"Boleh juga. Aku ingin melihat kebolehanmu."

———

Di malam yang gelap seperti tinta hitam, Ye Bei perlahan-lahan mekar dengan sempurna seperti setangkai bunga yang indah. Setelah dua puluh empat tahun menjaga keperawanannya dan kecantikannya, ia memilih untuk bermain dalam sebuah permainan dengan iblis dengan sedikit peluang untuk menang. Namun, ia tidak menyesalinya dan ia rela bertaruh untuk kalah. Ia telah memulai kehidupan baru dan ia tidak akan pernah takut di kehidupan barunya ini. Ia hanya takut tidak bisa menghabisi musuh-musuhnya.

Bab berikutnya