Tiash membuka matanya, menatap langit-langit yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ia terbangun di atas kasur yang juga tidak ia kenali. Tatapanya ia lempar ke segala sudut kamar itu. Terlihat mewah, tapi Tiash benar-benar tidak mengenali tempat tersebut.
"Akhirnya kau bangun juga," sapa Ain dengan lembut. Suaranya berhasil menarik perhatian Tiash yang masih mengamati kondisi sekitar.
Tatapan Tiash teralikan pada sosok Ain yang sedang duduk di tepian kasur.
"A-Ain?! Ini... Di mana...? Apakah aku sudah mati?" sekali lagi Tiash mengamati tempat itu dengan seksama. Ia mencoba mengingat lagi apa yang terjadi padanya. Tiash ingat, terakhir ia terikat di tiang; menunggu dibunuh oleh Ark.
Ain terdiam dengan alis mengkerut. Sang Utusan Perdamaian itu menundukkan kepalanya. "Maafkan aku, Tiash...." ucapnya pelan.
"Maaf? Ma-Maksudmu? Jadi... aku benar-benar sudah mati??" Tiash sedikit panik.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com