webnovel

Pernikahan Darurat!

Nesia dan Budi Sandy segera membawa Gibson di klinik di tempat ia bertugas. Keadaan Gibson cukup parah, dia belum sadar. Kakinya patah, tubuhnya luka-luka, wajahnya rusak.

Pihak klinik memindahkan Gibson ke rumah sakit yang lebih besar di Jakarta.

"Dia harus segera di operasi!" kata dokter Nina.

Budi Sandi kebingungan. Masalahnya Budi Sandi baru saja mengenal Sony Kurniawan alias Gibson.

Dia belum mengenal pemuda itu lebih dalam.

Setahunya Sony Kurniawan seorang perwakilan dari perusahaan multi nasional yang berkomitmen membangun kemitraan pertanian perikanan dengan masyarakat di kepulauan Seribu. Usaha mereka baru saja berjalan, tetapi pemuda tersebut sudah terkapar tak berdaya.

Budi Sandi bingung harus menghubungi siapa, dia tak mengetahui latar belakang Sony Kurniawan. Untungnya kerjasama itu sudah berjalan, kondisi Sony Kurniawan tidak menghalangi bekerjasama mereka.

Budi Sandi membawa pulang Sony Kurniawan ke rumah orangtuanya di Jakarta.

Budi Sandi dan Nesia terpaksa membawa pulang dia ke rumah, mereka tak mampu membayar biaya rumah sakit.

Budi Sandi berhasil membangun rumah di atas bangunan yang pernah terbakar itu. Meskipun bangunannya tidak semewah dulu. Tapi rumah itu mengingatkan kembali akan duka yang pernah mereka alami. Kedua orang tua mereka terbakar hidup-hidup di rumah itu.

Karena itulah Budi Sandi dan Nesia lebih suka tinggal di pulau Seribu. Nesia kost dekat tempat ia berkerja.

Sekarang mereka kembali ke rumah ini demi Sony Kurniawan.

"Tolong jaga Gibson, aku akan kembali ke pulau Pramuka sore ini!"

Nesia bingung. "Kita serahkan saja dia ke orang tuanya. Saya kan harus kerja!"

"Berhenti saja!" Budi berkata tegas.

"Hah!" Nesia terperangah. Kakaknya segitunya menolong Sony Kurniawan, mereka kan baru kenal.

Budi Sandi melunak. Adiknya ini sangat sensitif.

™Sony telah menolong ratusan orang yang menggantungkan hidupnya dengan proyek besar perikanan ini. Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk berterima kasih padanya. Aku harap...kamu mau menolong kakak!"

Nesia terharu sejak kecil kakaknya banyak berkorban untuknya.

"Ya kak...maafkan Nesia!" Nesia memeluk Budi Sandi. Mereka tak punya sanak saudara di dunia ini.

Sony Kurniawan terbaring tak berdaya di ranjang.

Nesia merawatnya di rumah di bawah pengawasan dokter Nina sahabatnya.

Nesia dulu bercita-cita menjadi dokter seperti Nina. Tapi apa daya kakaknya Budi Sandi hanya mampu membiayai pendidikannya sebagai perawat.

"Seharusnya ia tetap berada di rumah sakit!" kata dr. Nina.

"Kami tak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit, kak Budi sudah menghabiskan uangnya untuk membangun rumah ini", Nesia menatap wajah Sony Kurniawan dengan sedih. Pria itu tidak selayaknya di perlakukan begini. Dia seharusnya berada di rumah sakit di dampingi keluarganya.

Sekarang mereka berdua adalah keluarga Sony Kurniawan. Nesia kini memiliki 2 orang kakak.

Dia berhenti bekerja demi merawat Sony Kurniawan di rumah.

"Tidak apa kamu berhenti bekerja sekarang, nanti kamu bisa bekerja lagi di tempat lain. Ada lowongan di hospital Kim. Rumah sakit itu baru buka dan memerlukan banyak perawat", kata Nina setelah memeriksa keadaan Gibson.

Pemuda itu masih tertidur karena pengaruh obat bius.

"Akhir bulan ini, aku juga bekerja di rumah sakit itu sebagai dokter jaga di UGD".

Trus kerajaanmu di rumah sakit di sini, gimana?'"

"Di sana aku cuma dinas malam, itu pun hanya 2 jam".

"Oh!" Nesia mengangguk. Sebagai dokter spesialis penyakit kandungan, Nina bisa bekerja di dua rumah sakit yang berbeda.

"Sepertinya aku pernah melihat pria ini. Wajahnya tak asing!" dr. Nina menatap wajah Gibson dengan seksama.

"Benarkah? Siapa dia? Kamu mengenal kak Sony?" Nesia memanggil Gibson dengan Sony.

Nina menggeleng. "Entahlah! Ku pikir pernah melihatnya. Itu saja", jawab Nina seperti tidak yakin.

"Dia ini seperti seorang selebriti terkenal", kata Nina lagi. dia tak boleh gegabah mengatakan kalau pria tersebut mirip dengan Gibson, putranya dokter Marie Claire, atasannya.

"Mungkin hanya mirip saja!"_ Dokter Nina menyimpan dugaannya.

"Kak Budi bilang, kak Sony mungkin dicelakai lawan bisnisnya. Mereka berniat membunuhnya. Perampokan itu hanya alibi".

"Perampokan? Pembunuhan? Kamu yakin begitu?" Nina kaget.

Nesia menggeleng. "Kak Budi dan Kak Sony baru saja menandatangi proyek pertanian bernilai jutaan dollar pertahunnya, mungkin saja dia dicelakai karena hal itu!"

"Kalau begitu, kalian harus menjaganya, para pembunuh itu pasti mencarinya lagi, untuk memastikan kematiannya!"

Nesia merinding.

Dugaan dokter Nina benar. Beberapa orang mencari informasi tentang seseorang yang mirip Sony Kurniawan di rumah sakit tempat Nina bekerja. Mereka hanya memberikan sebuah foto tanpa nama.

"Tolong beri kami kabar kalau ada pria di foto ini di rawat di rumah sakit ini!" Kata salah seorang diantara mereka kepada sekuriti rumah sakit seraya menyerahkan amplop berisi uang.

Pak Dul sekuriti rumah sakit seorang yang jujur, dia tak mau di sogok. Dia mengembalikan amplop coklat berisi uang itu.

"Kami tak boleh menerima sesuatu dari keluarga pasien!" tolaknya halus. Mana mungkin dia berani membocorkan rahasia pasien rumah sakit ini. Pak Dul sudah bekerja di sini puluhan tahun. Dia tak ingin kehilangan pekerjaan.

Tiga orang pria bertubuh besar itu seperti kesal kepadanya. Kelihatan sekali kalau mereka bukan orang baik.

Pak Dul tahu, pria yang mereka cari adalah pasien yang pulang paksa dari rumah sakit setelah menjalani operasi yang cukup serius.

**"**

Setelah 10 hari keadaan Sony Kurniawan membaik, dia sudah bisa membuka matanya yang memar. Pria ini hampir kehilangan penglihatannya. Hanya saja Sony tidak bisa berbicara, 2 gigi bawah miliknya patah. Dagunya juga luka-luka. Sebagian Wajahnya masih ditutup dengan perban.

Nesia dan Budi merawat Sony Kurniawan dengan sepenuh hati. Di tambah lagi dr Nina yang membantu pengobatannya dengan suka rela.

"Kalau dia nanti sembuh, dia harus menjalani operasi tambahan!"

"Operasi apa lagi?" Nesia bingung.

"Operasi gigi dan bedah plastik untuk kulit wajahnya yang rusak".

Nesia dan Budi saling berpandangan. "Kita akan membantu Sony menjalani perawatan itu sampai sembuh!" kata Budi yakin.

Dia bisa menyisihkan keuntungan dari hasil kerjasamanya dengan perusahaan tempat Sony Kurniawan bekerja untuk biaya operasi Sony nantinya. Dia juga sudah menggadaikan PPKB mobil pinjaman ke bank untuk biaya operasi.

Nesia memandang wajah kakaknya dengan sedih. Kali ini apalagi yang bisa digadaikan kakaknya itu.

Budi mengelus rambut Nesia. "Jangan khawatir, kakak masih banyak uang kok!" Katanya dengan percaya diri. Nesia tidak yakin omongan kakaknya.

Hari ini Budi Sandi datang dengan kursi roda bekas untuk Sony.

Nina memandang kakak beradik itu dengan haru. Mereka berdua saling menyayangi. Nesia beruntung punya kakak yang baik. Sedang dirinya hidup terpisah dengan keluarganya. Ayah dan ibunya tinggal di luar negeri mengelola usaha mereka,sedang adiknya adiknya yang masih sekolah di luar negeri.

Dulu Nesia sering menemaninya Nina di rumah, kalau orang tuanya berangkat ke luar negeri.

"Jangan khawatir, aku bisa memberikan kalian pinjaman untuk biayanya pengobatan Sony. Jangan dipikirkan cara membayarnya!" kata Nina menjawab kegundahan dua bersaudara ini.

Gibson mendengarkan pembicaraan tiga orang ini dengan hati sakit.

Andai dia bisa bicara dan menggerakkan tangan menulis pesan untuk ibunya, Dokter Marie Claire, direktur rumah sakit tempat dokter Nina bekerja.

Apa daya, Gibson hanya mampu berdiam diri, pasrah akan nasibnya.

"Suatu saat aku akan membalas semua kebaikan mereka!"_

*****

Di sebuah rumah mewah di Jakarta.

"Kalian sudah mendapat informasi tentang dia?" Tanya Hendra pimpinan 3 orang yang di tugaskan mencari Gibson.

"Belum bos. Sudah ada 10 rumah sakit dan klinik yang kami cari, tidak ada pasien yang bernama Gibson atau orang yang mirip dia, mungkin dia sudah mati bos!"

Hendra menampar wajah pria itu.

"Beraninya kamu memastikan sesuatu yang belum jelas!!!" Hendra marah besar. Pria yang ditamparnya mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Pria itu ketakutan. Tugasnya tidak berhasil Bos ini pasti akan menghukumnya lagi.

"Cari dia sampai dapat. Setiap jengkal di tanah Pelabuhan Ratu dan Kepulauan Seribu. Sebar semua orang di sana!"

"Siap Bos laksanakan!" Pria itu bersyukur tidak di hukum berat.

****

Pulau Pramuka.

Budi Sandi sudah menyiapkan orang-orang yang setianya untuk bersiaga di banyak pulau untuk mencari informasi bila ada lawan bisnis Sony Kurniawan mencari informasi tentangnya atau merusak hubungan kerja mereka di kepulauan itu.

"Mereka pasti datang mencari Sony Kurniawan!"_ Budi Sandi yakin itu.

Untunglah saat pertama kali datang ke pulau ini, Gibson menggunakan perahu nelayan dan tidak masuk pelabuhan besar. Jadi tak banyak yang tahu tentang Gibson. Mereka di kepulauan ini hanya mengenal Sony Kurniawan si penghubung.

Pria yang berjasa menghubungkan mereka dengan perusahaan besar dan memberikan mereka modal usaha tanpa bunga. Lagi pula mereka tidak akan memberi informasi kepada lawan pak Sony Kurniawan untuk menggagalkan hasil kerja mereka. Para penjahat itu akan berhadapan dengan masyarakat.

Benar saja. Mereka kedatangan orang luar yang bertanya-tanya tentang seseorang yang mirip Sony Kurniawan. Mereka sudah bisa menduga para pria ini berniat tidak baik.

Lagi pula para pemuda pulau itu tidak ada yang tahu apa yang menimpa Sony Kurniawan. Jadi jawaban polos masyarakat di pulau itu tidak memuaskan hati para penjahat itu.

Orang-orang di kepulauan itu tidak mengetahui keberadaan Sony Kurniawan.

Para penjahat itu pergi. Mereka membuat laporan ke bos di Jakarta, Hendra.

*****

Di Jakarta,__

Hendra dan anak buahnya kehilangan jejak Gibson. Gibson tidak di temukan di manapun. Hendra melaporkan hasil kerjanya selama 20 hari ini ke bos besar. Gibson menghilang!

**"**

Di rumah keluarga Budi Sandi.

Budi sudah mendapatkan identitas baru untuk Sony Kurniawan. Dia mendapatkan KTP dan Paspor palsu untuk Sony Kurniawan.

Ketukan di pintu mengejutkan Budi Sandi dan Nesia.

Pak RW yang datang.

"Ku dengar ada tamu di rumahmu, kamu belum melapor. Siapa dia?" tanya pak RW dengan wajah tidak ramah.

Budi Sandi mengerti para pembunuh bayaran itu sudah menyasar ke daerah pemukiman ini.

"Oh maaf pak RW, saya belum sempat melapor. Dia Sony calon suami Nesia, mereka akan menikah Minggu depan", jawab Budi berbohong. Dia asal menjawab. Jawaban yang di buat Budi Sandi bertujuan untuk meyakinkan pak RW.

Sebenarnya pak RW ingin sekali melihat Sony Kurniawan, memfotonya kalau perlu.

Tapi itu sungguh tidak sopan, yang penting dia sudah mendapatkan fotocopy KTP Sony Kurniawan. Pekerjaannya mudah bayarannya besar. Pak RW tersenyum puas.

Pak RW pergi.

Untungnya Nesia tidak mendengar pembicaraan Budi Sandi dengan pak RW.

Tapi masalahnya sekarang,

pak RW menawarkan diri mengurus pernikahan Nesia dan Sony. "Mampus aku!"_ Budi Sandi panik. "Aku ngomong apa ke Nesia!"_

Budi mencari akal.

"Pembunuh itu membayar pak RW. Dia mengawasi rumah kita!"

"Apa yang harus kita lakukan!" Nesia ketakutan.

"Kita harus menyembunyikan dia!"

"Bagaimana caranya!" Nesia bingung.

Rumah mereka di komplek perumahan tidak aman.

"Para penjahat itu bekerja sama dengan warga mencari orang yang mirip dengan Sony Kurniawan!"

"Dia... Sony Kurniawan!" Nesia gugup.

"Aku bilang ke pak RW, Sony Kurniawan calon suami kamu!"

"APA?!" Nesia berteriak kaget.

"Aku bingung. Aku kehilangan akal!"

Nesia menangis.

"Pak RW bilang, dia bersedia membantu persiapan pernikahan kalian!"

Nesia tambah menangis.

"Kamu harus menikah dengannya! Hanya itu cara kita menyelamatkan dia!"

Nesia berhenti menangis. Air matanya seakan habis. Itu karena dia tak sanggup melihat kakaknya yang putus asa. Mereka terjebak sendiri.

"Pernikahan itu hanya pura-pura!" kata Budi Sandi.

"Kamu bisa berpura-pura menikah. Bekerja kembali. Menjalani kehidupan secara normal sampai Sony sembuh, setelah itu, terserah kamu!"

Nesia berpikir ulang.

Dia menikahi pria cacat itu!

"Pernikahan itu demi kemanusiaan!"

Dua bersaudara itu tidak mengerti pernikahan itu membawa mereka kepada tabir masa lalu keluarga mereka, sekaligus menghadapkan mereka ke masa depan diluar pemikiran mereka.

Mereka masuk dalam permainan hidup yang penuh perangkap dari lawan Sony Kurniawan

Pembunuh orang tua mereka adalah musuh Sony Kurniawan alias Gibson.

Siapa menyangka, Gibson yang sudah membaik keadaannya menyetujui pernikahan itu.

***

Satu Minggu kemudian, pernikahan Sony dan Indo_Nesia Sandi nama lengkap Nesia, dilaksanakan. Pernikahan itu dilaksanakan di mesjid secara sederhana. Bahkan dr Nina tidak sempat di beritahu.

Pernikahan darurat itu untuk menyelamatkan Gibson dari kejaran musuh-musuhnya.

Bab berikutnya