"Belphegor." Torak memanggilnya. "Jangan kamu berani mendekat padanya." Torak berbicara dengan suara yang dalam dan sangat tenang, tapi nadanya terbungkus dengan ancaman dan peringatan.
Walaupun telah berada dalam posisi terancam dan kenyataan bahwa Torak tengah memegang lehernya dalam cengkeraman yang erat, sebuah senyuman mengejek terlukis di bibir sang Devil. "Ini merupakan hukum alam dimana seekor ngengat akan mendekati kobaran api." Dia berkata dengan nada yang mengejek sebelum Torak mencekiknya.
Mata Belphegor berputar ke belakang kepalanya sebelum tubuhnya meledak menjadi debu.
Setiap Lycan di dalam ruangan menahan nafas mereka saat identitas pria tersebut diketahui.
Belphegor. Sang pangeran dari neraka. Salah satu dari dosa yang mematikan.
Diantara kerumunan itu, Calleb tidak tahan untuk tidak berbisik pada Raphael di sebelahnya. "Apakah dia mati?"
"Tidak." Raphael menggelengkan kepalanya dan membuat gerakan bagi para lycan dibelakangnya untuk membereskan kekacauan di ruangan ini. "Dia bahkan tidak hidup untuk bisa mati."
Burung mistis itu terbang di atas kepala Torak dan menghilang seperti asap sementara sang pemilik tengah menatap lemari dimana Raine tengah bersembunyi dengan wajah yang khawatir. Alisnya bertautan dengan sangat erat.
Ketika dia merasakan gerakan di belakangnya perlahan berkurang dan semua orang yang hadir telah pergi, Torak mengulurkan tangannya dan meraih kenop pintu dari lemari tersebut dan membukanya perlahan.
Torak tidak ingin membuat Raine jauh lebih takut daripada keadaannya saat ini.
Di dalam lemari, Raine menggulung tubuhnya, dia memeluk kakinya dengan sangat erat dan membenamkan kepalanya diantara kedua lututnya. Tubuhnya gemetar karena ketakutan dan ini membuat kerutan di dahi Torak menjadi semakin dalam.
"My love…" Torak memanggil Raine dengan sangat lembut dan mengulurkan tangannya untuk menyentuhnya, tapi ketika ujung jarinya menyentuh puncak kepala Raine, gadis itu bergerak menjauh.
Sepuluh menit sebelumnya, Raine terlihat sangat senang melihat Torak dalam wujud monsternya dan hal tersebut membuat dirinya senang, tidak, Torak sangat bahagia mengetahui Raine tidak takut pada monster di dalam dirinya. Dia bahkan menyentuh dan tersenyum padanya.
Segalanya terlihat baik- baik saja pada saat itu, walaupun itu merupakan perubahan kecil, tapi Raine mulai melunak padanya.
Tapi, makhluk- makhluk biadap itu telah merusak momen tersebut.
[Ralph.]
[Ya, Alpha.]
[Kita akan pergi malam ini juga.]
Torak tidak menunggu sampai sang Beta menjawab ketika dia memutus komunikasi diantara mereka. Torak memiliki hal lain yang jauh lebih penting saat ini.
Sambil mengertakkan giginya, Torak mengulurkan tangannya dan meraih tubuh Raine. Setelah itu, dia menariknya kedalam dekapannya. Memeluknya dengan sangat erat, tapi tidak cukup untuk menyakitinya.
Seperti yang sudah di duga, Raine berontak dan berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan Torak, tangannya bergerak ke segala arah dengan putus asa seraya dia berusaha untuk menendangnya.
Nafas Raine memburu ketika rasa panik menyerang dirinya.
Namun, Torak tetap memeluknya sambil mengusap punggungnya dengan gerakan menenangkan.
"Ini aku, my love…" Torak berbisik ke telinga Raine. "Segalanya akan baik- baik saja sekarang… tidak ada yang akan menyakitimu… aku ada disini…" Torak terus mengulang kata- kata tersebut lagi dan lagi sampai usaha Raine untuk memukulnya berkurang dan pada akhirnya, Raine diam dengan tubuh gemetar dalam dekapan Torak.
"Tidak apa- apa…" Torak membujuk dengan suara yang lembut sambil bergerak maju dan mundur.
Secara perlahan, Raine merasakan perasaan yang dia kenali dan merasakan kehadiran Torak di dekatnya, sensasi dari sentuhan yang selalu terjadi tatkala mereka berdekatan, memiliki efek yang kuat, seperti sebuah obat penenang yang selalu di suntikan padanya setiap kali Raine kehilangan akal sehatnya bertahun- tahun yang lalu.
Setelah beberapa menit berlalu dengan bujukan dan bisikan, akhirnya, yang tersisa dari Raine hanyalah sebuah sedu sedan dan isakan.
Di sisi lain, Torak masih tidak melepaskan Raine sebelum dia benar- benar yakin kalau pasangan jiwanya ini benar- benar bisa merasakan kehadirannya dan sudah baik- baik saja.
Raine mengangkat kepalanya dan mengintip dari balik bulu matanya yang basah ke arah Torak.
Torak tidak bisa untuk tidak mencium sisa dari air mata Raine. "Kamu sudah aman sekarang, my love. Aku tidak akan membiarkan siapapun, bahkan diriku sendiri, untuk menyakitimu." Ini sangat menyakitkan bagi Torak untuk melihat Raine seperti ini. "Apa kamu mempercayaiku, my love?"
Raine menatap kedalam mata Torak dan hal tersebut membuat Torak tidak bisa berkata- kata hanya dengan melihat ke dalam mata indah pasangan jiwanya tersebut. Torak ingin menatap Raine seperti ini selamanya.
Tanpa di duga, Raine melingkarkan lengannya ke sekeliling leher Torak dan membenamkan wajahnya di lekukan lehernya seraya dia mengangguk dengan samar.
��Apakah kamu baik- baik saja? Bisakah kita pergi sekarang?" Torak merapihkan rambut Raine yang sedikit berantakan dan mengangkatnya dengan memeluknya erat- erat sementara Raine melekat padanya seperti koala.
Raine tidak tahu kemana Torak akan membawanya, satu- satunya hal yang dia ketahui saat ini adalah; orang asing ini membuatnya merasa aman dan, walaupun ini terdengar sangat aneh, Raine percaya pada Torak.
Maka dari itu, sekali lagi Raine mengangguk.
Torak mengambil jaket hitamnya dan sebuah sweater berwarna cokelat sebelum dia meletakkan Raine ke atas sofa.
Torak kemudian mengenakan sweater berwarna cokelat itu dengan kecepatan yang mengagumkan dan membantu Raine untuk mengenakan jaketnya.
Jaket itu terlalu besar untuk tubuh Raine yang kecil dan dengan topi baseball di atas kepalanya, tidak akan ada yang dapat mengenalinya.
Ketika Raine mengangkat kepala untuk melihat pada Torak, sosok fisiknya mengabur, tapi dalam detik berikutnya, Torak sudah berlutut di hadapan Raine, mengangkat kakinya untuk memasangkan sepatu untuknya.
Merasa tidak nyaman dengan apa yang Torak lakukan padanya, Raine mencondongkan tubuhnya kedepan dengan tujuan untuk mengikat tali sepatunya sendiri, tapi Torak menangkap tangan Raine sebelum dia menyentuh sepatunya dan mencium punggung tangan gadis itu dengan sangat lembut.
"Biarkan aku yang melakukannya." Dia berkata pelan dan mengangkat kaki Raine yang satunya lagi.
Setelah Torak telah selesai memasangkan sepatu untuk Raine, Torak mengancingkan jaket hitamnya dan menarik keluar rambut Raine sembari berkata. "Kita akan pulang."
Cek instagram author ya @Jikan_yo_tomare untuk lihat komik strip chapter 28.
((^o^))