webnovel

Seperti yang Kau Harapkan, Kita Batalkan Pertunangan

Editor: Wave Literature

"Hah." Qiao Mianmian merasa seperti mendengar lelucon besar. "Kau harus bertanggung jawab pada Anxin? Bagaimana denganku? Aze, kau mempunyai rencana apa untukku?"

Su Ze menutup bibirnya. Ia menatap Qiao Anxin yang pucat ketakutan di lengannya. Tubuh Qiao Anxin tidak berhenti bergetar dan pegangannya semakin erat.

Qiao Anxin mengulurkan tangan dan memeluk Su Ze. Ia merasa sangat terikat pada Su Ze. Ia memanggil dengan lemah lembut, "Kakak Aze."

Su Ze mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Qiao Anxin, lalu ia mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Qiao Mianmian. Ia terdiam cukup lama sebelum mengatakan hal yang bodoh pada Qiao Mianmian. "Mianmian, aku minta maaf. Orang yang aku cintai adalah Anxin. Aku tidak bisa menipu diriku sendiri dan aku juga tidak ingin menipumu."

Qiao Mianmian merasa sangat kecewa saat mendengar satu per satu kata maaf yang keluar dari mulut Su Ze dan Qiao Anxin. Sekarang, ia hanya bisa tertawa dan merasa ini semua hanya lelucon.

Pada awalnya, Su Ze lah yang mengatakan bahwa ia ingin hidup berdampingan dengan Qiao Mianmian dan tidak akan pernah mengecewakan Qiao Mianmian. Ia bersikeras memenuhi kontrak pernikahan mereka. Ia juga mengatakan bahwa ia menyukai Qiao Mianmian dan akan menikahinya. Ia ingin menjadikan Qiao Mianmian sebagai istrinya. Bahkan, ia juga mengatakan bahwa ia hanya akan mencintai Qiao Mianmian seumur hidup. Namun, apa maksud dari semua ini sekarang? Saat ini, Su Ze malah mengatakan bahwa bahwa ia mencintai Qiao Anxin.

Bibir Qiao Mianmian berkedut sedikit ironis dan tertawa. Namun, matanya terlihat sedih. "Kau bilang kau mencintai Anxin?"

Mata Su Ze menyala dan dipenuhi rasa bersalah. Ia tidak berani memandang Qiao Mianmian lagi. Ia pun menurunkan pandangannya dan menjawab, "Ya."

Qiao Anxin memalingkan wajahnya. Bibirnya sedikit terangkat dan menunjukan senyuman penuh kemenangan. Meskipun bibirnya yang bergerak tidak mengeluarkan suara apapun, Qiao Mianmian mengerti maksud dari senyumannya itu. Ia pasti sedang berkata, Kakak, aku menang lagi.

Saat Qiao Mianmian memandang keduanya yang saling berpelukan, kekecewaan dan kesedihannya di dalam dirinya sedikit memudar. Setelah beberapa saat, ia mengangguk. "Baiklah, Aze." Ia melihat wajah Su Ze di hadapannya yang kini tampak asing. Selain tatapan dingin, tanpa perasaan apapun, ia mengucapkan kata demi kata, "Seperti yang kau harapkan, kita batalkan pertunangan."

Su Ze mengangkat kepalanya. "Mianmian—"

"Diam!" potong Qiao Mianmian. Ia menatap Su Ze dengan acuh tak acuh dan tanpa kehangatan. "Su Ze, mulai detik ini, kita berpisah. Jika nanti kita bertemu lagi, kita adalah orang asing!"

Sepasang mata Qiao Mianmian melihat Su Ze dengan begitu dingin, seolah sedang menatap orang asing. Su Ze merasa sedikit gelisah, seolah-olah di detik ini juga ia akan kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Hatinya yang kosong terasa seperti tersayat dan rasa sakit itu semakin dalam.

Qiao Mianmian tidak menatap Su Ze lagi dan berbalik untuk berjalan keluar ruangan dengan langkah yang penuh keyakinan. Qiao Mianmian tidak ingin meninggalkan jejak nostalgia. Su Ze tidak punya waktu untuk memikirkan mengapa ia merasa sakit hati. Tubuhnya sudah mengambil satu langkah lebih awal dari otaknya dan ia mencoba melangkah mengejar Qiao Mianmian. 

"Mianmian…"

"Kakak Aze!" panggil Qiao Anxin. Su Ze pun mendengar erangan Qiao Anxin yang lemah di belakangnya, "Perutku tiba-tiba terasa sakit..."

Raut wajah Su Ze seketika berubah. Ia berbalik dengan cepat dan berjalan ke sisi Qiao Anxin. Ia segera mengangkat Qiao Anxin dan bertanya, " Anxin, ada apa denganmu?"

Qiao Anxin memegang perutnya dengan satu tangan dan mengerutkan kening. "Perutku tiba-tiba tidak nyaman dan terasa sakit. Kak Aze, apakah ada yang salah dengan bayi kita?"

Ketika Su Ze mendengar bahwa sesuatu terjadi pada bayi itu, ia mengalihkan seluruh perhatiannya pada Qiao Anxin dan tak lagi memikirkan Qiao Mianmian. Ia tampak gugup dan berkata, "Tidak akan. Sama sekali tidak akan kenapa-napa. Anxin, kau tidak perlu berpikir yang aneh-aneh. Anak kita akan baik-baik saja. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit."

Sementara itu, Qiao Mianmian sudah berjalan sampai ke pintu utama hotel. Ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya dan ia pun berhenti. Namun, tak lama kemudian ia mendorong pintu dan lanjut berjalan keluar hotel.

———

Setelah pergi meninggalkan restoran hotel, Qiao Mianmian berdiri di sisi jalan dan memandang jalan-jalan yang ramai. Ia terlihat sedikit melamun. Ia teringat bahwa seminggu yang lalu, Su Ze membawanya ke rumah keluarga Su. Ayah Su dan Ibu Su masih bertanya tentang kapan mereka akan menikah. Mereka juga sempat membahas tanggal pernikahan. Pada saat itu, siapa yang mengira bahwa ia dan Su Ze akan putus begitu cepat? Ia dikhianati oleh Su Ze yang berselingkuh dengan Qiao Anxin, adiknya dari ayah yang sama namun berbeda ibu.

Qiao Mianmian merasa hidupnya begitu sial. Hidup ini penuh omong kosong! Ia berpikir bahwa pria manapun bisa direbut oleh Qiao Anxin, tapi ternyata Su Ze lah yang direbut Qiao Anxin darinya. Namun, sampai sekarang Qiao Mianmian tahu betapa naif dan konyolnya pikirannya sendiri. Kenyataan itu menampar wajahnya dengan keras hingga benar-benar membangunkannya.

Tak lama kemudian, ponsel Qiao Mianmian berdering. Ketika ia melihat layar ponselnya, ternyata telepon itu dari rumah sakit. Ia pun segera mengangkat teleponnya, "Halo."

Qiao Mianmian baru saja mengatakan sepatah kata, namun ekspresinya langsung berubah pucat.

Bab berikutnya