-Kang Mingkyu Pov-
"Aku tak punya urusan dengan mu" kesalku lalu pergi dari kelas.
Setiap hari mereka selalu membullyku.
"Hahh" helaku menuju taman sekolah favoritku.
"kamu dibully lagi?" Tanya seseorang yang sedang duduk diatas dahan pohon.
"Kenapa kau selalu muncul disini?" Tanyaku kepada laki-laki berambut blode yang sedang asik duduk diatas dahan pohon.
"Kenapa? Kau tak suka ku ganggu?" Tanyanya membuat kesal dan aku memilih diam.
"Kamu bukan dari sekolah ini kenapa kau sering sekali kesini sesuka hatimu" ucapku menatapnya bertanya.
"Kenapa emangnya? Lagian aku suka disini" ucapnya sambil bergerak untuk merebahkan diri diatas dahan pohon itu.
"Kalau kau suka disini kenapa kau tak sekolah disini?" Tanyaku lagi.
"Sekolahan ini hanya tempat orang munafik" ucapnya terkesan menunjukkan kekesalannya tentang sekolah ini.
"Aku akui itu benar" ucapku mengakui kata - katanya.
"tapi... aku juga munafik begitu?" kesalku.
"karna kau seperti itu juga" ucapnya dengan senyuman meremehkannya.
"Aku... hah... entahlah" ucapku sambil menatap kearah rumput.
Aku diam dan mulai bersandar dibatang pohon itu.
Aku mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikiran ku.
murid yang ku ajak bicara entahlah berasal dari mana. Namun, dia selalu ada disana saat aku seperti ini.
"Hahh..." helaku merasakan sejuknya angin menerpa kulit ku.
__________
"*Hei gadis murah... kamu tak seharusnya disekolah ini"
"Hahaha kau lebih cocok jadi gelandangan diluar sana"
"Ini sekolah elit tak cocok untuk kamu yang penuh dekil begitu"
"Hei kalian dia tersenyum"
"Senyumnya menyedihkan sekali"
"Hahahahaha..."
"Dasar murahan"
"Dasar wanita jalang"
"Gelandangan tak cocok disini*"
________________
Pletak...
"Akh... sakit" pekik ku kesal karna jidat ku dengan seenaknya dijitak oleh anak yang tak tau asalnya dari mana ini.
"Itu membantu menghilangkan kutu dikepala mu" ucapnya lalu duduk disampingku.
Aku menatapnya sinis.
"Sebenarnya kau ini siapa?" Tanyaku kesal masih mengelus jidat ku yang entah sejak kapan terasa panas.
"Panggil saja aku Chim" ucapnya.
"Chim... hahaha" aku tertawa keras namanya lucu sekali.
"Cim?" Ulangku.
"Chim pakai H bukan cuma Cim" jelasnya.
"Oh hahahaha kalau begitu panggil aku Mingkyu" ucapku sambil tersenyum.
"Aku akan memanggilmu tokki, itu lebih cocok untukmu" ucapnya aku langsung menaikan alisku tak suka.
"Kenapa? Tak suka" ucapnya merebahkan badan.
"Itu terserahku kan?" Ucapnya lalu memejamkan matanya.
Aku menatap kesal kearahnya.
"Kau tak ingin pindah sekolah?" Tanyanya.
"Ingin ya pasti" ucapku sambil menghela nafas.
"Sekolah ini membuatku lelah tapi..." jedaku.
"Tapi? Kamu tak ingin menyerah" ucapnya dan itu membuatku mengangguk.
"Aku mengerti" ucapnya.
"nah kalau begitu aku yang akan pindah kesekolahmu" ucapnya.
"Eh! Bukannya kau bilang ini sekolah untuk anak munafik?" Tanyaku kaget.
"Aku tak jauh berbeda dari kata itu" ucapnya lalu berdiri.
"Tunggu aku besok" ucapnya lalu pergi.
Aku bingung melihat anak itu.
Aku tak tau dia siapa dan setelah sekian lama baru sekarang dia mau menyebut namanya
"apa tadi Chim, hahahaha"
"Ah sudahlah lebih baik aku tidur disini" ucapku lalu menghela nafas menyamankan posisi ku.
____________________
"Eh si gelandangan datang" celetuk Park Kyungri.
Ya aku kembali kekelas setelah bosan berada ditaman selain karena bosan sudah waktunya jam pulang. Dan seperti biasa aku akan diganggu sama Park Kyungri dan lainnya.
Aku hanya diam saja menanggapi cemoohan mereka terhadapku. Setelah membereskan semua barangku. Aku lalu bergegas keluar dari kelas itu.
Kelas itu membuatku gerah bila berlama - lama disana. Aku berjalan dalam diam sambil menatap kosong kedepan. Berbagai cibiran ku dengar sepanjang perjalanan ku keluar sekolah.
"Akhirnya" ucap suara yang tak asing ditelingaku.
"Kenapa kau yang menjeputku" ucap ku ketus.
"Eiii.. aku terpaksa ibu menyuruhku" ucapnya.
Ya dia kakak tertua ku satu - satunya yang ku punya dan aku sangat membencinya karena dia sangat menyebalkan.
"Gimana hari - hari adik ku yang krimping ini?" Tanyanya dan tu membuatku natapnya sinis.
"Haha... santai jangan langsung bercula kakak hanya ingin tau apakah hari adik kakak ini bahagia" ucapnya bercanda.
"Sangat bahagia" ucapku dengan mimik kesal.
"Hahaha.... muka mu sangat jelek saat seperti itu" ucapnya lagi mengejekku.
"Aarrgghh lama - lama kakak ku makan" ucap ku kesal.
"kakak terlalu ganteng untuk dijadikan dinner mu sayang" ucapnya dan membuatku geli.
"Eiikhhh kakak menjijikan" tegurku.
"Haha... kakak merasa tersanjung atas pujian mu" dan itu membuatku makin jengkel dengannya.
"Dan aku merasa kesal sama kakak" ucapku dan dia tertawa semakin keras.
'Ahh dasar kakak menyebalkan' batinku sambil menatap keluar jendela mobil.
Tak terasa kami pun sampai dirumah.
Aku bergegas masuk sebelum aku makin kesal dengan kakak ku yang makin hari makin menyebalkan itu.
"Aku pulang" ucap ku setelah masuk rumah.
Tak ada yang menyambut seperti biasa.
ayah sibuk sama tv dan ibu sibuk didapur.
"Hahh... moodku makin tak bagus" decik ku kesal.
Ku lempar kesembarang tempat tasku lalu ku banting tubuhku diatas kasur.
Pikiran ku mulai melayang dengan kejadian akhir - akhir ini ku selalu sering bertemu dengannya.
"Chim" gumamku.
"Kenapa namanya singkat sekali?" Tanyaku pada diri sendiri.
"Dan kenapa selama ini baru tadi dia mau berkenalan denganku?"
"kenapa?"
"Kenapa dia mau pindah disekolahku?"
"Memang dia siapa?"
"Dia begitu baik denganku walau menyebalkan kadang cuma... kenapa?"
"Heii... aku tak yakin dia pindah besok"
"Apa mungkin itu hanya bualan?"
Begitu banyak pertanyaan menghampiri otak cerdasku ini, namun tak ada satupun yang terjawab
"Mingkyu turun makan" teriak ibu dari luar pintu kamarku.
"ya bu" jawab ku lalu bergegas berganti baju.
Jangan tanya jam berapa sekarang dan kami sudah makan.
Ini sudah jam 6.30 malam dan seperti biasa kami selalu makan jam segini.
Aku bergegas berjalan menuju ruang tv.
"sayang bisa kah kau tak menonton ini terus?" Kesal ibu kepada ayahku.
"Aish... ini bagus coba kamu liat mereka mencoba makanan dihutan" jelas ayah.
Aku hanya diam menatapa keributan ayah dan ibu setiap bertengkar soal channel tv.
"Ya Mingkyu makan yang banyak" tegur ayah.
"ya yah... ayah juga"
"ibu besok aku ada kegiatan sekolah jadi jangan suruh kakak menjemput ku" ucap ku.
"Kenapa kakal senang menjeput adik kakak yang kerimping ini" cengirnya.
"Ibuuuuu" rajuk ku ke ibu.
"Ya Doojun sudahlah, kau selalu mengganggu adik mu" tegur ibu.
"Wekkk... merong" ejekku ke kakakku.
"Ya ya sudah kita makan... sayang ayolah makan jangan tv mu saja yang kau urus" kesal ibu.
Kami pun lalu makan bersama-sama sambil bercanda dan tertawa.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Jam pun berputar begitu cepat tak terasa matahari yang tadi tenggelam kini telah menampakkan cahaya terangnya dibalik tirai kamarku.
"Mingkyu, bangun..." teriak ibu dari luar kamarku.
Cahaya matahari itu menembus rentena mataku yg masih terpejam dan itu sangat mengganggu tidur panjangku.
Dengan terpaksa membuat ku membuka mata.
"Akhh.. sudah pagi saja, aku malas rasanya kesekolah" keluhku sambil masih menatap datar langit kamarku.
"Yaa Mingkyu cepatlah" teriak ibu makin ganas.
"Yaaa..." jawab ku.
Aku lalu bergegas kekamar mandi untuk bersiap - siap pergi sekolah.
Walau sebenarnya aku sangat malas.
_______________
"Ah sekolah ini lagi" keluh ku sesampai disekolahan.
"Hei.....si jalang sudah datang"
"Hahaha.... dasar gelandangan"
"Aku heran kenapa dia masih disekolah ini walau sudah sering kita bully dia"
"Atau mungkin dia kurang kita bully lagi"
"atau mungkin dia memang tidak tau malu"
"Kalian yang selalu mengganggunya ya?" ucap seseorang dengan suara bass yang begitu aku kenal.
Aku berhenti berjalan.
"Tidak mungkin..." aku menoleh kearah suara.
"Ka.. kau siapa?"
"Aku murid baru disekolah ini"
"KAUUUU...." kaget ku.
'Bagaimana bisa dia disini' aku mengangkat alisku saat melihat dia. Mataku membulat tak percaya soal kehadiran anak ini.
"Kenapa?" Tanyanya datar menatap kearahku.
"Kau bagaimana...?"
"Kau kenal gadis gelandangan ini"
"Jangan panggil dia dengan sebutan itu, kalian tidak punya hak mengatainya seperti itu"
"Cih... jangan - jangan kau gelandangan juga"
"Itu bukan urusanmu" ucapnya lalu berjalan kearah ku.
Aku hanya terpaku sejak tadi dia mencoba membelaku.
"Bagaimana kau bisa ada disini?" Tanyaku masih bingung.
"Bukannya kemaren aku bilang akan pindah kesekolah mu" terangnya.
"Hah! Aku tak berpikir itu serius" jelas aku berpikir dia bercanda soal itu.
Tapi ini...
"Wahhh... bagaimana kau bisa pindah disini dengan cepat?" Aku masih bingung biasanya proses pemindahan tidak secepat ini dan paling cepat 2 hari.
Dan apa yang ku lihat ini begitu ganjil.
"Apa kau menyuap bagian Tata usaha?" Tanyaku curiga.
"Hah! Pikiran macam apa itu" kesalnya.
"Dan kau mau kemana?"
"Bukannya harus ke ruang guru?" Tanyaku melihat punggungnya masih berjalan tanpa menghiraukan pertanyaanku.
"Aku ingin bertemu kepala sekolah"
"Hah! Untuk apa?"
"Diamlah dan kembali ke kelas mu" perintahnya lalu pergi meninggalkan ku yang terdiam.
"Dia masih aneh seperti biasanya"
"Hei gelandangan... kau mengenal dia?" Tanya si ratu yang selalu membully ku.
Aku hanya diam tak mengindahkan pertanyaanya yang terkesan sedang menginterogasi ku dari pada hanya bertanya.
"Dasar gelandangan... kenapa kau tak menjawab pertanyaanku hah!" Ucapnya lalu mencengkram kerah bajuku.
"Cih! Apa kau sudah berani melawan kami"
"Aku tidak tau Kyungri... dia siapa" ucapku.
"Alah... itu hanya alasan mu saja kan" ucap temannya yang lain.
"Cih! Tidak mungkin dia tidak mengenalmu" decik salah satu dari mereka bertiga.
"Aku tidak mengenalnya betul" ucap ku jujur.
Aku bahkan tidak tau asal dan nama aslinya. Dan benar-benar jujur aku tak tau soal anak itu sama sekali.
"Dasar gelandangan" kesal Kyungri lalu mendorongku.
Aku tersungkur kelantai.
"Akhh... " desisku merasakan rasa sakit ditanganku.
"Ini untuk mu karna sudah berani melawan ku" Kyungri menginjak jari tanganku.
"Akh..." perih rasanya.
Aku sudah terbiasa menerima perlakuan ini setiap disekolah.
Namun aku memilih diam menahan rasa sakitnya.
Brug...
"Akh... "pekik seseorang aku membuka mataku yang tadi sempat tertutup karna menahan rasa sakit dijariku.
"Mingkyu kau tak apa - apa?"
"Kau baik - baik saja?" Suara itu membuat ku tersadar dan terkejut.
"Chim.."
"Aku baru meninggalkan mu beberapa menit" ucapnya lalu merangkul bahuku dan membangunkan ku.
"Akh... " pekik ku.
Jariku merah dan sedikit mengeluarkan darah.
Chim menatap tajam kearah Kyungri tanpa mengalihkan pandangan tajamnya. Mataku menangkap kilatan marah dimata Chim, walau aku tak mengenalnya tapi bagaimana bisa dia begitu membelaku.
"sekali lagi kamu melakukan itu kepada Mingkyu... kau akan tau akibatnya" ucapan sinis itu terdengar jelas ditelingaku.
'apa dia membelaku lagi?'
"kau sedang membelaku?" tanya ku ragu.
"diamlah... aku tak sedang membelamu tapi sedang memcoba memberi Kyungri pelajaran agar dia mengerti namanya menghargai orang" ucap Chim sambil memapahku menuju ruang kesehatan.
"apa kamu bertemu dengan kepala sekolah?" tanya ku.
aku begitu penasaran kenapa dia pergi keruang kepala sekolah bukan keruang guru.
"aku hanya mengucapkan terima kasih karena sudah menerimaku disini" jelasnya setelah kami memasuki ruang kesehatan.
"ada apa?" tanya perawat yang menjaga ruang kesehatan saat itu.
"akh... aku hanya terpeleset dan itu melukai tangan ku" ucapku menjawab pertanyaan perawat itu.
"lain kali berhati - hatilah... luka seperti ini akan menyulitkan mu untuk menulis dan belajar" ujarnya menasehatiku dengan lembut.
aku pun tersenyum menanggapinya.
ku liat Chim hanya diam tanpa suara.
"sudah selesai.. ingat untuk hati-hati ya?" ujarnya dan ku jawab dengan anggukan kepala.
"baiklah ku antar kamu pulang saja" ucap Chim setelah kami keluar dari ruang kesehatan.
"tak perlu, aku baik - baik saja" ucapku menenangkan dia.
"bukannya kamu seharusnya masuk kedalam kelas, ini kan hari pertama kamu masuk sekolah ini"
"aku tak ingin masuk"
"kenapa?" tanyaku bingung
"karena kamu tidak dikelas" ucapnya.
"hah!"
"emang kita sekelas Chim?" tanyaku lagi.
"ya kita sekelas"
"oke baik"
"Hah! Kita sekelas" tanya ku kaget.
"Bagaimana bisa?"
"Aku memintanya langsung dengan kepala sekolah" ucapnya enteng sambil berjalan beriringan dengan ku.
"Oh! Tapi kamu yakin tak ingin masuk kelas?"ku tanya sekali lagi.
"hah! seenaknya kau minta begitu apa tak masalah?" kagetku.
Dia menggeleng dan tetap memilih berjalan bersama ku.
Kami pun berjalan kearah taman belakang tempat biasa aku bertemu dengannya.
"Ah... disini sangat menenangkan" ucapnya
Aku pun menjawab dengan anggukkan.
Ku tutup mata ku untuk menikmati terpaan angin di wajahku.
'Ahh... disini begitu menyegarkan'
Aku membuka mata.
Ku liat dia sedang di bersandar di pohon sambil memejamkan mata indahnya.
Untuk sesaat aku terpesona melihat karya tuhan yang begitu indahnya.
"Ada apa dengan wajahku?" tegurnya dan sontak membuatku tersadar untuk berhenti menatapnya.
"Ahh.. tidak ada hanya ingin berterima kasih telah membelaku tadi" jawabku gugup.
"Mau ikut denganku?" Tanya sambil mengulurkan tangan.
"Kemana?" Tanyaku balik.
"Ah ikut saja" ucapnya dan langsung menarik ku berdiri dari dudukku.
"Ah.." Aku terlonjak kaget.
Aku pun mengikuti kemana dia pergi.
Setelah lama berjalan kami pun tiba dia taman hiburan.
"Wahhh..." kagumku seumur hidupku tak pernah aku bisa masuk kesini.
"Kenapa?" Tanyanya seakan bingung melihatku.
"Tak apa... hanya saja baru kali ini aku kesini" ucapku jujur.
Dia pun tertawa renyah mendengar ucapan ku.
Bagaimana tidak dengan umurku yang sudah hampir 18 tahun ini belum pernah merasakan datang dan naik wahana di tempat seperti ini.
"Ya sudah... kamu mau naik wahana apa?" Tanyanya.
"Yang itu" tunjukku kearah wahana yang memacu adrenalin.
"Kau yakin?" Tanyanya seakan ada nada takut yang terdengar oleh ku.
"Hmmmm.... sebaiknya naik yang itu saja" ucap ku.
Aku tau kalau dia takut naik wahana seperti yang aku inginkan.
Akhirnya kami menaiki bermacam - macam wahana yang tidak menakut seperti yang tadi.
_______________________
Jam pun berlalu begitu cepat tak terasa matahari sudah menyelesaikan tugasnya dan berganti menjadi sinar bulan dan gemerlap cahaya bintang.
"Uhhh aku lapar" keluhku saat kami keluar dari taman bermain itu.
"Ayo kita makan" ucapnya.
"AYO" teriakku semangat.
Kami pun memilih kedai ramyeon dipinggir jalan.
"Bibi ramyeon 2" ujarku lalu duduk didepannya.
"terima kasih... sudah membuatku tertawa hari ini dengan puas" ucapku.
Dia membalas dengan mengelus lembut rambutku.
Aku langsung membatu mendapat perlakuan yang begitu hangat. Sejak kami keluar dari tadi dia selalu melakukan perlakuan lembut kepada ku, tak hanya membelai rambutku. Dia juga memeluk ku saat aku akan terjatuh, melindungiku saat akan tertabrak oleh orang-orang yang berpapasan dengan kami. Bahkan dia berlari membelikan aku air minum saat selesai menaiki wahan.
Tanpa sadar pipiku terasa panas. Walau sebenarnya sejak tadi terasa panas.
"Ada apa dengan pipimu?" Tanyanya sambil mengelus pipiku dengan punggung tangannya.
"Aahh... ini udara disini sangat panas" jawabku sambil tergugup - gugup.
Tak lama pesanan kami pun datang.
"Selamat makan" ucapku dan dia bersamaan.
"Setelah makan apa kau ingin ke sungai han?" Tanyanya.
dan kebetulan kami berada tidak jauh dari sungai han.
Aku pun menganguk tanda setuju. Hari ini rasanya beban beratku hilang begitu saja seakan tak ada lagi yang menjadi pikiran ku selain bersenang-senang.
"Baiklah setelah ini kita kesana" ucapnya.
Tiba - tiba handphoneku berdering bertanda sebuah panggilan masuk.
"ya bu?" Ternyata ibu menelponku.
"..."
"Ah ibu... Aku masih ingin jalan - jalan sebentar"
"....."
"baiklah bu" senyuman sumringah ku tiba - tiba lenyap bagaimana tidak.
ibu menyuruhku untuk cepat pulang. Aku merasa kesenangan ku berakhir begitu cepat.
"Ada apa?" Tanyanya.
"ibu menyuruhku untuk cepat pulang" jawabku lesu.
"Aku antar pulang... besok kita kesini oke" ucapnya.
Aku hanya mengangguk kan kepala dengan lesu.
Setelah makan kami pun pulang.
_______________
Siang ini aku dan dia akan jalan ke sungai han. Dan katanya ada sesuatu yang ingin diberi tahukannya padaku.
Aku jadi penasaran apa itu.
"Si jalang sedang berkhayal"
Aku tidak menghiraukannya.
Sekarang mereka tidak berani lagi untuk menggangu ku.
Karna Chim selalu membelaku.
Triiiiingggg....
Akhirnya bel istirhat pun berbunyi.
"Ayo" Ujarnya sambil menarik tanganku. Lagi-lagi kami bolos sekolah demi berjalan-jalan keluar.
Sesampainya kami di sungai han. Kami langsung terduduk ditepi sungai.
"Wah udaranya segar sekali" girang ku menatap air sungai yang tenang.
"Mingkyu"
"Eemm ada apa" jawabku sambil tetap menatap kosong air sungai.
"Tak apa hanya memanggil" ucapnya.
"Aku ingin tau banyak tentangmu, Chim" celetukku lalu menoleh kearahnya.
Dapat ku lihat dia sedikit terkejut.
"Aku ingin selalu dekat denganmu" ucap ku sambil kembali menatap air sungai yang tertiup angin.
Dia tiba - tiba duduk begitu dekat denganku.
"Ada a... a... apa?" Tanyaku karena terkejut dan sedikit gugup.
Dia menatapku dalam diam.
Dengan perlahan tangannya mengusap pipiku yang sudah memanas sejak tadi.
Semakin lama jarak ku dan dia semakin dekat.
Sesuatu yang sangat hangat menempel tepat di atas hidungku.
Aku terpaku menatapnya.
Dia mengecup ujung hidungku dengan lembut.
Aku mendadak mendorongnya.
"A...a...apa yang kau lakukan?" Tanyaku gagap. Dia lalu tertawa renyah melihat ekspresi ku.
Setelah dia puas tertawa. Dia kembali menatap aku dalam. Dan berkata "aku menyukaimu"
Aku terdiam. Untuk beberapa saat aku tidak bisa merespon kata yang barusan dia ucapkan.
"Tunggu... apa tadi?"
"aku menyukaimu Mingkyu"
Aku melebarkan kedua mataku. Dia mengecup bibir ku dengan lembut. Dan yaaaaa aku semakin sok.
"Hahaha..." tawanya renyah.
"Mulai sekarang kau pacarku, pacar dari seorang Park Jimin"
No respon.
"apa Park Jimin?" kagetku bingung.
"itu adalah nama asliku"
"Aku akan cerita semua tentangku dan akan selalu ada di dekat mu" ujarnya sambil mengelus lembut rambutku.
"A... Aku"
Aku terdiam seketika dalam pelukannya.
Dalam diam aku bersyukur bertemu dengannya yang begitu menyebalkan.
"terima kasih" ucap ku.
'aku juga menyukaimu' ucapku dalam hati sambil tersenyum didalam pelukkannya.
'Now I got your name'
Kami pun terdiam dalam pelukan yang begitu hangat ini.
-FIN-