webnovel

Kawan Lama

Planet Sabarki memiliki gaya gravitasi sedikit lebih kuat daripada di bumi. Makhluknya berbadan kekar dan tinggi. Warna kulitnya cokelat, mata merah, dan lidah yang panjang. Mereka mempunyai ekor sepanjang hampir ke lututnya. Giginya berujung lancip. Mereka lebih suka makan daging ketimbang makanan sayuran. Lagi pula, planet Sabarki terkenal dengan julukan planet yang memiliki kualitas sayuran yang buruk. Tapi buah-buahannya tidak seburuk sayurannya.

Skrul yang sedang membantu ibunya berjualan bergegas menumpang kendaraan pengangkut daging. Tak lupa dia membawa oleh-oleh untuk Darma. Begitu senang sekali hatinya ketika dia menerima pesan bahwa Darma akan transit di planet ini. Rumah Skrul memang dekat dengan stasiun luar angkasa. Jadi dia akan tiba tepat waktu. Masih ingat betul dia ketika Darma juara lomba pidato dengan menggunakan bahasa planet Sabarki. Sebenarnya banyak negara dan bahasa di planet Sabarki ini. Tapi menurut pemikiran awam Skrul, semua planet di galaksi ini sudah menentukan bahasa internasionalnya masing-masing.

Ketika kendaraan pengangkut daging berbelok menuju sebuah kota, Skrul turun dan melanjutkan perjalanan dengan berlari. Oh iya, semua makhluk planet Sabarki ini sangat cepat berlari. Ketika sampai, Skrul langsung membuka alat komunikasi dan memberi pesan kepada Darma bahwa dia menunggunya di ruang tunggu.

Skrul mengusap-ngusap tangannya yang berkeringat. Tak lama kemudian, Darma menepuk pundaknya sambil memanggil namanya. Skrul menengok lalu tersenyum dan berpelukan dengan Darma.

"Kawan, akhirnya kau singgah juga," kata Skrul dengan bahasa planet Sabarki.

"Aku rindu sekali denganmu, Skrul," Darma juga berkata dengan bahasa yang sama.

Karena Skrul memiliki postur tubuh yang tinggi, jadi dia harus sedikit membungkuk agar bisa berpelukan dengan Darma.

"Kita saling kirim pesan sampainya sungguh lama sekali," Skrul kemudian memberikan oleh-olehnya.

"Apa ini?" tanya Darma yang langsung mengambil sebuah benda yang dibungkus daun.

"Daging Skrax."

Skrax adalah daging binatang berbulu pemakan rumput. Berkaki empat, berkulit hitam pekat. Matanya hitam, dan suaranya yang sangat nyaring ketika mereka sedang berkelompok. Tapi anehnya bulunya berwarna putih. Mereka sangat mudah dikembangbiakkan.

"Namanya hampir mirip denganmu," Darma tertawa.

"Oh ayo lah. Itu karena ibuku ketika melahirkanku, dia mendengar suara Skrax yang memberontak ketika mau disembelih."

Darma membuka bingkisannya. Bau harum bumbu khas planet Sabarki tercium. Asapnya mengepul dan masuk ke dalam lubang hidung Darma ketika dia mencium aromanya. Lelehan saus putih dari buah Tun membuat air liurnya menetes.

Buah Tun adalah buah khas planet Sabarki. Bentuk pohonnya besar dan tinggi. Daunnya sebesar telapak tangan orang dewasa. Jika sedang berbuah, daunnya berwarna hijau, jika sedang tidak berbuah, berwarna merah. Saat memasuki musimnya, daun yang merah akan jatuh berguguran daun baru berwarna hijau akan tumbuh diikuti tumbuhnya si buah hingga panen. Buahnya jika sudah masak berwarna merah tua sebesar bola tenis.

Dagingnya berwarna putih dan rasanya manis. Bisa dimakan langsung atau jadi penyedap masakan. Sementara bijinya, bisa direbus dan jadi cemilan. Jika hasilnya melimpah, kadang pemerintah planet Sabarki menjualnya ke planet lain.

"Makanlah," Skrul memberikan sebuah tusukan daging.

Darma dengan lahap memakan daging Skrax. Katanya, daging ini mirip seperti daging domba. Bahkan Skrax dan Domba itu hampir mirip rupanya.

Mereka berdua berbincang panjang lebar. Darma juga bercerita bahwa dia akan pergi ke planet Efora untuk bekerja.

"Ah, planet yang inda," Kata Skrul sambil memandang langit.

"Aku belum pernah ke sana," Darma melahap satu suapan daging Skrax terakhir.

"Kabar yang beredar sekarang para aliansi terkuat sedang memanas."

"Sebenarnya mereka itu siapa sih?" Darma sepertinya tidak terlalu paham soal masalah ini.

"Di galaksi ini banyak sekali aliansi. Dan yang terkuat hanya ada beberapa saja. Mungkin ada lima. Yang aku tahu ialah Aliansi Merah, Aliansi Biru, Aliansi Kuning, Aliansi Jingga, dan Aliansi Hijau. Sisanya aliansi kecil hanya terdiri paling banyak tiga atau empat planet kecil dan miskin. Itu sih yang aku tahu."

"Lalu tujuan mereka?"

"Mereka menjajah planet miskin yang memiliki sumber daya melimpah dan jadi yang terkuat"

"Kalau tidak ada sumber dayanya?"

"Setidaknya mereka memperluas daerah kekuasaan."

"Ohh," Darama mengangguk.

"Kau sudah sering mendengar berita planet yang ditindas, kan?"

"Ya. Lalu?"

"Para aliansi terkuatlah yang melakukannya. Mereka mempunyai jumlah pasukan yang sangat banyak. Pernah ada yang bilang padaku aliansi terkuat itu sedikitnya memiliki anggota sekitar tiga puluh planet. Bayangkan kekuatan militer mereka."

"Di galaksi kita kan planet ada banyak."

"Tapi tidak semuanya berpenghuni. Tak sedikit juga sebuah tata surya isinya hanya planet kosong yang bahkan makhluk hidup pun akan mati ketika pesawatnya mencoba menyentuh atmosfer. Banyak planet memiliki situasi yang ekstrem. Seperti planet yang isinya hanya angin yang kencang, es yang tebal, dan lain-lain."

"Benar juga."

"Dan kau tahu apa hal gila yang sedang aliansi terkuat lakukan?"

"Apa?"

"Salah satu aliansi terkuat yaitu Aliansi Merah, sedang melakukan sebuah operasi yang sangat besar. Mereka menemukan sebuah planet yang di mana isi dari planet tersebut adalah berlian. Mereka ingin menguasai planet tersebut. Karena cuacanya sangat ekstrem, bahkan di planet tersebut hampir seluruh permukaannya hujan badai berlian yang ukurannya besar dan tajam. Jadi kalau sampai terlempar ke sana, seketika tubuhmu akan tercabik-cabik.

"Nah, mereka sedang mengembangkan sebuah alat penghancur planet. Mereka membangun sebuah planet buatan yang mungkin besarnya hampir sama dengan planetmu, Bumi. Bisa dikatakan bukan planet. Melainkan senjata yang besarnya seperti planet. Mereka akan menghancurkan palet berlian tersebut sehingga ketika hancur, mereka akan mengambil sisa-sisa berlian dari ledakan planet tersebut."

"Itu sih lebih dari gila."

"Mereka juga mengaku senjata tersebut juga dipersiapkan untuk perang besar terjadi."

"Perang besar?"

"Kau tahu, ada sebuah aliansi yang menamakan diri mereka sebagai Aliansi Kebebasan. Mereka adalah aliansi yang membantu planet-planet yang sedang dijajah. Aliansi Kebebasan dengan para aliansi terkuat adalah musuh bebuyutan sudah dari ratusan tahun yang lalu. Masa kau baru tahu?"

"Aku sering dengar. Tapi aku tidak mau ikut campur. Apa hubungannya denganku? Itu sama saja ada tetangga yang ribut soal luas tanah. Mereka saling pukul. Aku bisa apa? Menghentikan mereka? Aku tidak punya hak. Lagian, ada pihak yang lebih berwajib yang lebih hak mengurus mereka dalam hal ini."

"Kau benar. Ada penegak hukum. Di galaksi kita pun ada penegak hukum. Pesawat mereka juga kadang patroli. Tapi tidak semua daerah mereka bisa jangkau. Juga, aliansi besar sudah tentu lebih besar ketimbang penegak hukum galaksi. Galaksi ini sudah gila. Semakin lama malah semakin gila."

"Tapi, Aliansi Kebebasan ini cuma satu. Lawannya kan ada lima," Darma berpikir keras.

"Karena Aliansi Kebebasan ini memiliki anggota di hampir semua planet di galaksi ini. Terutama planet yang berhasil mereka bantu dari penjajahan. Mereka pasti akan jadi sekutu yang setia. Kabarnya, Aliansi Kebebasan memiliki markas yaitu sebuah planet yang tidak pernah ada yang tahu di mana.

"Pernah salah satu anggota tertangkap oleh Aliansi Biru dan diinterogasi. Tapi tidak memberi jawaban walau sudah dipaksa dengan memotong jari-jarinya. Hingga akhirnya dia dihukum mati dengan cara dibuang di planet Hawani."

"Planet yang isinya banyak binatang buas?"

"Iya."

"Kau paham betul soal yang beginian ya?"

"Aku suka sekali dengan politik. Aku juga tahu ada planet bernama Fusa yang sekarang politiknya sedang memanas. Mereka sedang melakukan sebuah pemilihan pemimpin planet periode baru."

Darma tersenyum mendengar teman baiknya ini begitu banyak sekali pengetahuan yang dia miliki. Sementara dirinya hanya tahu menggali tambang.

Tiba-tiba terdengar seorang petugas yang mengatakan kalau pesawat luar angkasa dengan tujuan Efora akan segera berangkat. Darma dan Skrul kemudian berpelukan lagi. Mereka berjanji suatu saat akan bertemu lagi.

Bersambung...

Bab berikutnya