webnovel

Lifesaver *1* (18+)

Oliv membuka kedua matanya secara perlahan, merasakan kepalanya yang terasa nyeri. Gadis itu menoleh kesamping, mendapati sosok pria tampan yang menutup matanya dan memeluk kepalanya protektif. Oliv sedikit mengangkat tangannya yang masih bertautan dengan tangan pria itu, membuat Oliv tersenyum tipis. Dan sialnya, senyuman Oliv justru membuat rahang dan pipinya menjadi nyeri.

Oliv menatap langit langit kamarnya, dan sekelebet kejadian dimana teman teman ayahnya hampir memperkosanya beberapa bulan yang lalu terjadi. Kala itu, Oliv ketakutan, benar benar ketakutan, hingga ia terus berteriak kepada ayahnya agar di lepaskan. Namun, ayahnya seolah tutup mata dan telinga. Mata hati pria tua itu sudah buta, demi uang.

Perbuatan Rony benar benar menghancurkan kehidupan Oliv, membuat gadis itu merasa jijik akan semua hal yang ia lakukan. Dia berubah 180 derajat menjadi seorang gadis pemurung dan ketus. Dia tidak akan tersenyum, atau bahkan tertawa. Dia menjadi temperamen hingga teman temannya pun enggan berbicara padanya selain Bella.

Ketika Oliv melamun, dan membayangkan pria pria bajingan itu menyentuh tubuhnya, Oliv ingin sekali membakar tubuhnya hidup hidup. Oliv memang bukan anak baik baik yang hanya baca alkitab dan tidak tau pergaulan bebas,namun ia juga bukan anak murahan yang bisa dinikmati hanya untuk 300 juta. Dia hanya akan menyerahkan tubuhnya kepada orang yang ia cintai, itu janjinya.

Hingga kemudian ia memulai kehidupannya di New York. Kehidupan berwarna yang membuatnya kembali tersenyum lebar, membuatnya kembali tertawa dan merasakan bagaimana rasanya di hargai. Kehidupan yang membuatnya berpikir bahwa tidak semua pria sebajingan ayahnya. Dan kehidupan itu ia dapatkan setelah ia mengenal Alva Marteen.

Ya, Alva Marteen yang membuatnya merasakan kesakitan dan ketakutan. Bagaimana rasanya ketika seseorang yang memberikanmu harapan untuk hidup telah menjadi satu satunya alasanmu untuk kembali ingin mengakhiri hidupmu?

Mata Oliv begitu perih karena tak bisa berhenti menangis kemarin, dan bahkan, ia pun tetap ingin menangis sekarang. Dia mengingat perlakuan manis Alva saat itu, ketika gadis itu mengingat tentang ayahnya, Alva akan memeluknya dan berkata bahwa Oliv tidak baik baik saja. Alva akan menawarkan kehangatan yang membuat Oliv ketagihan. Alva akan memberikan banyak alasan agar Oliv tetap bersemangat menjalani hidupnya.

Namun.

Kemana semua itu??

Kemana Alva yang membuatnya jatuh cinta dalam beberapa hari saja??

Oliv meremas tangan yang bertautan dengan tangannya begitu erat, hingga membuatnya memerah. Oliv hanya ingin meredakan rasa sakitnya dengan menekan sesuatu begitu keras, walaupun pada kenyataannya, apa yang ia lakukan benar benar sia sia.

Hingga Oliv merasakan tangan kekar seseorang semakin erat memeluk tubuhnya yang kini sudah berbalut baju putih panjang. Membuat Oliv membuka matanya untuk memperhatikan betapa wajah itulah yang berhasil meredakan sedikit rasa sakitnya.

Pria itu membuka matanya dan tersenyum lebar, "Good morning, sunshine."

Jonathan mengaitkan rambut Oliv ke belakang telinga gadis itu, kemudian mencium mata gadis itu sedikit lama. Membuat Oliv tersenyum seraya menghapus air matanya, "Kau tidur nyenyak, daddy?"

Jonathan tersenyum melihat Oliv yang berusaha bersikap ceria. Membuat pria itu menoel hidung Oliv sebelum menciumnya, "Ini adalah tidur ternyenyakku."

"Aku akan membawamu ke dokter, Oliv." lanjut Jonathan seraya melihat luka luka yang Alva sebabkan di tubuh gadis itu, membuat Oliv menggeleng, "Aku tidak butuh dokter. Kau bisa mengobatiku."

Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan untuk membuka jendela kamarnya. Membuat Jonathan menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur Oliv dan tersenyum. Jonathan memperhatikan tubuh mungil Oliv dari belakang. Gadis itu tengah memakai baju putih panjang milik Jonathan yang kebesaran, sehingga ketika sinar matahari menyinarinya, Jonathan bisa melihat jelas bayangan tiap bagian tubuh Oliv. Membuat Pria itu meremas juniornya yang memang sudah senantiasa keras hanya karena tubuh itu yang semalaman nenempel di tubuhnya.

"Aku tidak percaya, aku masih sanggup menghirup udara New York dan tersenyum."

Oliv menata rambutnya dengan jari jari tangannya, membuat baju itu tersingkap dan memperlihatkan bokong Oliv yang memerah akibat pukulan Alva. Hal itu membuat Jonathan mendesah. Dia benar benar menginginkan Oliv.

Pria itu hanya memakai celana panjang hitam itu bangkit dan berjalan hingga di belakang Oliv. Tangannya memeluk pinggang Oliv dari belakang dan melingkari perut rata gadis yang hanya sebatas dadanya itu. Membuat Oliv harus tersenyum karena kenyamanan yang ia dapatkan. Jika dia dicap sebagai simpanan om-om, Oliv tidak akan peduli selama om-om yang dimaksud adalah Jonathan. Jika ia harus dipanggil bitch sekali lagi, Oliv juga tidak akan peduli selama ia menjadi seorang jalang hanya untuk pria di belakangnya ini.

Katakan Oliv gila, tetapi gadis itu teramat serius.

Karena dia hanya ingin mencium bibir Jonathan. Karena dia hanya ingin berada di pelukan Jonathan. Karena dia hanya ingin meraba tubuh indah Jonathan. Karena dia hanya ingin mendengar desahan Jonathan. Dan ya!! Yang Oliv maksud adalah Jonathan Marteen, pria yang 22 tahun lebih tua dari Oliv.

Oliv menoleh untuk mencium hidung Jonathan yang saat ini meletakkan kepalanya di bahu Oliv. Lantas, tatapannya terhenti di bibir Jonathan.

Membuat Oliv lagi lagi melumatnya halus. Jonathan membalas lumatan Oliv, membuat gadis itu melingkarkan lengannya di leher Jonathan. Oliv mencium Jonathan dalam. Tangannya mulai memainkan rambut Jonathan. Ciuman mereka semakin memanas, terlebih ketika Jonathan mengangkat bokong Oliv, membuat gadis itu melingkarkan kakinya di pinggang kekar Jonathan.

"Good kisser," Jonathan berkata di sela-sela ciumannya, membuat Oliv kembali menciumi bibir Jonathan. Pria itu berjalan mundur hingga menabrak pintu kamar Oliv, kemudian terus berjalan tanpa arah karena terlalu menikmati ciuman mereka.

"Daddy, Patricia bisa melihat kita" Oliv mendesah, kembali melumat Jonathan. Membuat pria itu melepas ciumannya dan berkata, "Aku menyuruhnya libur hari ini"

Jonathan melanjutkan ciumannya dileher Oliv, membuat gadis itu mengerang kenikmatan, "Oh ya? Kenapa? Ahh."

"Karena aku ingin berdua denganmu."

Mendengarnya, Oliv tersenyum dan kembali melumat bibir Jonathan. Oh, ya Tuhan. Oliv tidak tahu kenapa bibir itu seolah jadi narkoba untuknya. Serius. Oliv benar benar melupakan segala kesakitannya hanya dengan melumat bibir Jonathan. Khasiatnya lebih ampuh dari alkohol dan obat pereda rasa sakit sekalipun.

"Daddy, kau tidak pergi ke kampus?" Oliv kembali melepaskan ciumannya dan berkata.

"Aku membatalkan semua jadwalku hari ini."

Oliv mencium bibir Jonathan singkat dan menatap pria itu dalam, "Kenapa?"

Jonathan tersenyum, "Kau menggodaku"

"Katakan padaku, daddy?"

"Karena aku ingin berdua denganmu"

Oliv tersenyum senang. Gadis itu menenggelamkan kepalanya di leher Jonathan dan menciuminya.

Ketika Jonathan berhenti, dan menyadari mereka sedang ada di tepi kolam renang, Oliv melepaskan kakinya dari pinggang Jonathan dan menatap pria itu yang tersenyum sangat manis kepadanya, "Aku menyayangimu, Olivia"

Cara Jonathan mengatakannya. Cara Jonathan menatapnya. Kedua hal itu membuat Oliv merasa seperti wanita paling dicintai di dunia, karena sadar, atau tidak sadar, Jonathan sudah menjadi dunianya.

"Kau keras, daddy?" Tanya Oliv membuat mata Jonathan mengerjap, "What?"

"Juniormu menusuk perutku," ucap Oliv geli. Jonathan menoleh ke arah bawah dan wajahnya memerah menyadari hal itu.

"Karena kau terlalu seksi, mungkin?" ucap Jonathan.

Oliv kembali tersenyum, "Apakah aku boleh memegangnya?"

"What?" Jonathan melongo mendengar pertanyaan Oliv. "Kau tidak bisa." Jonathan menggeleng. Tentu saja Oliv tidak bisa!! Jonathan tidak menjamin untuk bisa menahan diri jika Oliv melakukan hal itu padanya.

"Kenapa aku tidak bisa?"

Jonathan mengerang menatap wajah menggoda Oliv. "Kau tidak, ahhh ...."

Jonathan merasakan tangan mungil Oliv meremas junior Jonathan. Membuat Jonathan mendesah seksi. Dan saat itu juga, Oliv mendorong Jonathan hingga pria itu jatuh ke dalam kolam renang. Membuat Oliv tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut Jonathan.

"Oh, daddy!! Kau harus lihat bagaimana ekspresi wajahmu!! hahaha!!" Oliv memegangi perutnya karena terlalu banyak tertawa. Membuat Jonathan yang masih berada di dalam kolam melihat gadis itu dengan senyuman tipisnya. Olivia tertawa, dan hal itu membuat dasar hati Jonathan begitu senang.

"Dasar anak nakal." ucap Jonathan pura-pura kesal, membuat Oliv semakin tertawa. Pria itu memainkan rambutnya, kemudian mengeluari kolam renang itu.

Membuat Oliv berhenti tertawa dalam sekejap. Tubuhnya menengang melihat pemandangan terindah yang ada di hadapannya saat ini. Jonathan yang membuatnya benar benar panas. Wajah Oliv memerah. Ia hendak membalikkan tubuhnya ketika Jonathan menggendong tubuhnya dan menggigiti kecil leher Oliv, "Daddy akan menghukummu, little girl"

Oliv mendesah.

Gadis itu mendorong dada telanjang Jonathan hingga mereka berdua terjatuh bersama ke dalam kolam renang. Oliv semakin tertawa terbahak-bahak melihat bibir Jonathan yang mengerucut.

"Daddy jelek!" Oliv menekan kedua pipi Jonathan dan mengecup bibirnya berkali-kali. Membuat Jonathan tertawa seraya melingkarkan lengannya di pinggang Oliv. Dada Jonathan kembali berdesir ketika melihat tubuh telanjang Oliv yang hanya dibalut baju putih panjang yang kini bahkan sudah basah oleh air.

"Dad, jangan hanya melihatiku. Kau harus mengobatiku." ucap Oliv. Mendengarnya, Jonathan tertawa. Pria itu hampir lupa jika luka Oliv memang harus diobati. Jonatgan mengangkat tubuh Oliv dan mendudukkannya di gazebo sebelah kolam renang. Kemudian, pria itu mengambil kotak obat dan handuk untuk mengeringkan tubuh Oliv. Setelah tubuh Oliv mengering, gadis itu membuka satu persatu kancing baju putihnya, membuat Jonathan mendelik dengan wajah memerah, "Apa yang kau lakukan?!"

Oliv menatap Jonathan yang wajahnya memerah dan mengerjapkan matanya, "Kau akan mengobati lukaku, kan?"

"Tapi kenapa kau melepas bajumu?"

Oliv tertawa, "Memangnya kenapa? Kau sudah melihat semuanya,kan?"

Jonathan meneguk ludahnya. Dia memang sudah melihat semuanya. Tapi entah kenapa dia tetap saja terangsang ketika melihat tubuh Oliv.

"Ayo, dad. Kenapa kau jadi diam saja, sih?" ucap Oliv ketika bajunya sudah terlepas semuanya, menyisakan celana dalam g-string warna hitam.

"Oh, ya," Jonathan meneguk ludahnya dan mulai mengobati luka luka Oliv di sekujur tubuhnya dengan lembut. Benar benar membuat Oliv terlena oleh setiap sentuhan Jonathan.

Gadis itu melihat dahi Jonathan dan mengernyit ketika menyadari bahwa dahi pria itu sedikit membiru. Tangannya terulur untuk menyentuh memar biru itu, "Ini kenapa? Aku baru menyadarinya."

Jonathan menatap tangan Oliv yang ada di dahinya dan tertawa, "Terpentok tembok"

Oliv mengernyit, "Kenapa bisa? Kasihan kan temboknya."

Jonathan mendengus kesal, "Teruskan, Oliv, teruskan."

Oliv tertawa dan mengusap-usap kepala Jonathan, "Kasihan sekali daddy ku. Sini aku cium." Oliv beranjak untuk mencium dahi Jonathan, kemudian kembali duduk di posisinya. Membuat wajah Jonathan memerah merasakan kehangatan bibir Oliv.

"Kapan kau terpentok tembok?"

Jonathan mengerling, "Waktu kau cemburu dan mabuk. Aku mengganti pakaianmu."

Oliv memutar bola matanya, "sudah ku duga.Daddy yang menggantikan pakaianku. Terus? Kenapa terpentok?"

"Aku menutup mataku selama ada di kamarmu." ucap Jonathan membuat mata Oliv membulat, "Kenapa kau menutup matamu?"

"Aku tidak mau melihat tubuhmu tanpa seizin orangnya."

Oliv tersenyum lebar. Gadis itu kembali beranjak untuk mencium bibir Jonathan singkat.

"Sekarang kau melihat tubuhku? Memangnya aku mengizinkanmu?"

"Memangnya kau tidak mengizinkanku? Baiklah aku akan menutup mataku seperti ini." Jonathan memejamkan matanya, membuat Oliv tersenyum geli.

"Iya!! Aku tidak mengizinkanmu, daddy. Aku tidak mengizinkanmu." Oliv meraih kedua telapak tangan Jonathan dan meletakkannya di atas payudaranya, membuat Jonathan spontan membuka matanya, namun tidak kyasa untuk kembali menarik telapak tangannya.

"Oliv, kau nakal, ya?!" ucap Jonathan khawatir jika ia tak bisa mengontrol nafsunya. Gadis itu tertawa dan meremas payudaranya menggunakan tangan Jonathan, "Aku nakal hanya untuk daddy, tidak apa apa, kan?"

Wajah Jonathan kembali memerah, membuat Oliv benar benar gemas dengan pria tampan yang menatapnya intens itu.

"Lihat, juniormu naik lagi" ucap Oliv ketika melihat sesuatu menonjol di balik celana Jonathan, membuat gadis itu terkikik kecil.

"Kau sangat seksi" Jonathan mendesah pasrah dan meremas payudara Oliv.

"Lebih seksi mana, aku atau Jane?" tanya Oliv membuat dahi Jonathan mengkerut.

"Tentu saja Jane!" ucap Jonathan membuat Oliv mendengus. Gadis itu melepaskan tangan Jonathan dari tubuhnya.

"Pria memang semuanya sama saja!" dengus Oliv.

Jonathan tertawa seraya merangkul tubuh Oliv, "Gampang cemburu banget, sih!"

Oliv menatap Jonathan tak percaya,ketika pria itumengucapkan bahasa indonesia yang sering Oliv ucapkan ketika berbicara dengan Jonathan. Membuat Oliv tertawa kecil mendengar aksen Jonathan yang aneh.

"Yang seksi banyak, tapi yang membuat Jonathan Marteen terangsang, hanya Olivia Natasha." Jonathan mengerling jahil, membuat wajah Oliv memerah. Gadis itu duduk di pangkuan Jonathan dan memeluk pria itu. Menciptakan fantasi liar yang muncul di pikiran Jonathan.

"Daddy ... " Oliv mendesah, membuat Jonathan menciuminya hangat, "Yes, baby,"

"Aku lapar." ucap Oliv membuat pikiran liar Jonathan berhenti saat itu juga. Pria itu tertawa seraya menepuk kepala Oliv, "Baiklah. Ayo kita berbelanja dan memasak di dapur."

Mendengarnya, Oliv mengangguk setuju.

Bab berikutnya