"Tuan, Nyonya Deane ingin bertemu dengan anda." Elly bersuara sedikit takut. Ia tahu jika tuannya sangat benci dengan wanita yang bernama Deane.
"Biarkan dia menemuiku. Dia pasti memiliki sesuatu yang sangat penting hingga dia datang kesini."
Jawaban Ezell membuat Elly mengerutkan keningnya. Pasti ada sesuatu yang direncanakna oleh tuannya itu. Elly tak ingin menebak dan terjebak lama dalam pemikirannya, ia segera menjawab patuh ucapan Ezell lalu segera membalik tubuhnya.
Setelah perginya Elly, datang Deane. Wanita ini memang tak bisa mengalahkan kecantikan seorang Elizabeth tapi dia masih masuk dalam kategori wanita cantik. Wajah Qiandra mengambil bentuk wajahnya, hanya saja hidung, mata dan bibir Qiandra, itu adalah milik suaminya.
"Apa yang membawamu kemari, Ibu tiri?" Ezell menekan kata ibu tiri itu. Ia tak mengatakan itu karena menerima Deane sebagai ibu tiri tapi ia ingin menjelaskan pada Deane jika wanita ini adalah wanita kedua.
"Hentikan semua yang sudah terjadi saat ini."
Ezell tersenyum tipis, ia melepaskan majalah yang ia baca, mendongakan wajahnya melihat wajah Deane yang terlihat lesu. Wanita ini sepertinya baru mendengarkan sesuatu yang menyakitkan hatinya.
"Semua yang mana?"
"Kau tahu apa yang aku maksud, Ezell. Jangan menyiksa Daddymu seperti ini, dia sedang sakit, dan kau terlalu keras padanya."
"Apa yang bisa kau berikan padaku agar aku berhenti dari kegilaan yang tengah terjadi ini? Kau bisa meninggalkan Albert untuk menyelamatkannya?"
Deane terdiam. Meninggalkan Albert? Sedetikpun tak pernah terbesit pikiran untuk meninggalkan Albert. Ia benar-benar mencintai Albert, suaminya. Ia bisa hidup dalam kesulitan asalkan bersama dengan Albert. Ia tak masalah dengan itu semua asal ia masih dengan suami yang ia cintai.
"Aku tidak bisa meninggalkannya."
"Pilihannya hanya ada dua, Ibu Tiri. Kau tinggalkan Albert dan dia akan baik-baik saja dengan harta kekayaannya atau kau bersamanya tapi kalian akan menderita."
Deane berlutut di sebelah Ezell, "Aku mohon, hentikan semua ini."
"Tidakkah Mommyku pernah berlutut seperti ini agar kau meninggalkan Albert?" Ezell pernah melihat ibunya berlutut seperti ini di kediaman Qiandra. Waktu itu Ezell mengikuti mobil ibunya dan ia sampai ke tempat itu. Saat itu adalah saat pertama Ezell tahu jika ayahnya telah menduakan ibunya. "Dan jawabanmu saat itu adalah maaf aku tidak bisa meninggalkannya. Dan sekarang jawabanku adalah aku tidak akan menghentikan semuanya meski kau menangis darah sekalipun di depanku."
Deane menangis di depan Ezell, ia tahu air matanya tak akan membuat Ezell luluh tapi saat ini ia tak bisa membendung perasaannya lagi. Apa yang ia dengar di ruangan rawat Albert sudah sangat menyakiti hatinya. Ia tahu jika Albert tak akan bisa melupakan Elizabeth tapi yang menyakitkan baginya adalah bahwa ia tak pernah bisa menggantikan posisi Elizabeth meski ia sudah bersama dengan Albert sekian tahun.
"Aku benar-benar tak bisa meninggalkannya."
"Maka kalian akan menderita bersama."
"Sakiti saja aku, jangan lakukan apapun pada Daddymu. Dia tidak salah. Akulah yang menggodanya."
"Dia salah. Dia tergoda."
"Aku mohon."
"Aku tidak sebaik yang kau kira, Ibu Tiri. Aku tak mengenal kata maaf. Kau tak bisa meninggalkannya maka kalian akan menderita. Membuatmu menderita adalah apa yang sangat aku inginkan tapi menyakitimu bukanlah pilihan yang baik. Menyakiti orang-orang yang kau cintai adalah hal yang paling berguna. Melihat orang yang kau sayang menderita karena dirimu sendiri pasti akan sangat menyiksa. Kau sedang merasakannya, sekarang, kan?" Ezell menatap sinis, "Ah, putri tersayangmu aku jadikan pelacurku di kediaman ini."
Jantung Deane tersentak.
"Ibunya pelacur pria yang dulunya ayahku dan sekarang anaknya adalah pelacurku. Sial, kalian berdua memang ditakdirkan untuk menjadi pelacur."
"Kenapa kau melampiaskan itu pada Qiandra? Dia tak ada kaitannya sama sekali dengan semua ini!"
"Ada. Ada kaitannya. Dia putrimu." Ezell bangkit dari tempat duduknya, "Aku sudah selesai bicara denganmu. Hiduplah dengan baik, Ibu Tiri. Dengan begitu aku akan membuat kau menderita dengan sangat menyakitkan. Ingat dan tanamkan ini dalam otakmu, penyebab Albert dan Qiandra menderita adalah kau."
Air mata Deane jatuh berderai, ia tak bisa berkata-kata lagi.
Beberapa saat kemudian, ketika Deane hendak keluar dari kediaman Ezell. Ia berhenti melangkah ketika Qiandra keluar dari mobilnya.
"Mom." Qiandra membeku beberapa saat, melihat wajah basah ibunya sudah sangat jelas jika Ezell telah memaki dan menghina habis-habisan ibunya. "Apa yang Mom lakukan disini? Mom baik-baik saja, kan?" Qiandra bertanya cemas.
"Maafkan Mommy." Deane menangis, suaranya terdengar sangat putus asa. "Semuanya terjadi karena keserakahan Mommy. Maafkan Mommy."
"Berhenti menyalahkan diri sendiri, Mom. Sudah tak ada gunanya lagi sekarang." Qiandra tak ingin mendengar hal seperti ini lagi, "Masuklah ke mobil, Qiandra akan mengantar Mommy pulang."
"Maafkan Mommy."
Qiandra memeluk ibunya, "Tenanglah, ayo ke mobil." Qiandra membantu ibunya melangkah. Ia melajukan mobilnya, telinganya masih saja mendengarkan ibunya menangis dengan mengucapkan maaf. Maaf pun tak lagi membantu saat ini.
Sampai di kediaman Kingswell, Qiandra membawa ibunya masuk, "Rapikan pakaian Mommy dan Daddy, Qiandra akan mengirim Mommy dan Daddy pergi dari Ezell." Satu-satunya cara yang bisa Qiandra lakukan saat ini adalah dengan menjauhkan orangtuanya dari Ezell.
"Kau akan ikut pergi bersama kami, kan?"
"Qiandra tidak bisa pergi, Mom." Bagi Qiandra sangat mudah pergi dari Ezell setelah ia kehilangan segalanya. Perusahaan tak lagi harus ia pikirkan, orangtuanya yang akan segera ia pindahkan juga tak akan membuatnya takut lagi. Ketika ia rasa ia harus pergi maka ia akan pergi. Tapi saat ini ia merasa bukan waktunya untuk pergi. Ia perlu memastikan orangtuanya tak akan tertangkap oleh Ezell, oleh karena itu ia harus selalu bersama Ezell dan mengamati pergerakan Ezell. "Jangan khawatirkan Qiandra. Qiandra bisa menjaga diri dengan baik."
"Tapi dia memperlakukanmu dengan buruk."
"Apa Mommy melihat ada luka di tubuh Qiandra?"
Deane memperhatikan bagian tubuh Qiandra yang terlihat, memang tak terdapat luka disana.
"Selama kalian baik-baik saja maka Qiandra akan baik-baik saja."
"Tapi.."
"Tidak ada tapi-tapian, Mom. Jika Mommy tidak pergi maka Daddy akan menderita. Jangan membuatnya menderita lebih jauh lagi, dia sudah terlalu menderita karena kita. Apa kita harus terus membuat orang lain menderita?"
Deane diam.
"Teman Qiandra yang akan membawa kalian keluar dari sini. Besok siang Daddy akan kembali dari rumah sakit. Setelah dia kembali barulah kalian akan pergi. Qiandra sudah menyiapkan kemana kalian harus pergi. Jangan takut akan kekurangan karena Qiandra sudah menyiapkan segalanya. Hiduplah dengan baik dan jaga Daddy, nikmati hidup kalian berdua."
Pilihan yang Qiandra berikan jauh lebih baik dari pada meninggalkan Albert. Deane akhirnya menyetujui rencana anaknya.
"Sekarang istirahatlah."
"Hm, terimakasih karena sudah menjadi anak yang kuat untuk Mommy, dan maafkan Mommy karena menyeretmu dalam dosa yang Mommy buat."
"Jangan melihat ke masalalu. Tak akan ada yang berubah meski Mommy menangis darah sekalipun. Sekarang hiduplah dengan baik dan jangan sakiti siapapun lagi. Setiap perbuatan pasti ada balasannya, jangan lakukan hal salah lagi karena yang menerima akibatnya bukan hanya Mommy tapi juga Qiandra."
"Mommy mengerti."
"Qiandra pamit sekarang."
"Hati-hati di jalan, Nak."
"Hm."
Qiandra berdeham, ia memeluk ibunya lalu segera pergi.
Ia menghubungi Beverly dan temannya yang lain. Meminta bantuan untuk membawa pergi orangtuanya. Qiandra bisa melakukan ini sendirian tapi ia tidak ingin gerakannya terbaca oleh Ezell. Ia tak ingin rencananya gagal.
♥♥
Qiandra tengah menemani Ezell makan malam, seperti makan malam biasanya, tak ada pembicaraan hingga makan malam selesai.
"Kau telah bekerja keras hari ini, Qiandra."
"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, Ezell!"
"Aku punya kabar lain."
Qiandra diam.
"Albert Kingswell secepatnya akan diperiksa oleh kejaksaan."
Qiandra tersentak, "Apa yang kau lakukan kali ini, Ezel!"
"Jangan takut, jika dia tidak bersalah maka dia tidak akan ditahan. Well, aku sudah memiliki beberapa berkas terkait kasus penyuapan tentang produk kosmetik perusahaan. Saat ini berkas itu sedang dalam perjalanan ke kejaksaan."
"Kau!" Qiandra menggeram marah.
Ezell menatap Qiandra tenang, "Kau pikir aku akan berhenti hanya dengan menghancurkan perusahaan? Tidak, Qiandra, masih banyak lagi yang harus terjadi."
"Kau berniat memenjarakan Daddymu sendiri, kau memang bukan manusia, Ezell! Tidakkah ini sudah sangat keterlaluan!"
"Tenanglah, jika dia tidak bersalah dia akan lolos dari masalah ini."
"Kau sudah merencanakannya! Jika dia tidak bersalah maka kau akan membuatnya bersalah! Kau sangat mengerikan, Ezell! Harusnya aku tidak pernah bersimpati pada manusia sepertimu!"
Ezell tersenyum tenang, "Aku tidak butuh simpati dari siapapun. Kau benar, semua akan berjalan sesuai dengan rencanaku."
"Kau benar-benar brengsek!"
"Sebaiknya saat ini kau bersiap untuk menolongnya. Ah, pengacara yang kau pakai juga harus yang terbaik, jaksa yang aku kirimkan adalah jaksa yang sangat terkenal." Ezell menyunggingkan senyuman kejam lalu pergi dari meja makan itu.
"ARGHHHHHH!!!" Qiandra menjerit frustasi. Ia menghamburkan semua yang ada di atas meja ke lantai hingga lantai disana dipenuhi oleh pecahan beling. Akhirnya ia terduduk kembali dengan tubuh gemetar karena kemarahannya.
Rencana Qiandra tinggal rencana sekarang. Jika ia membawa kabur orangtuanya maka jela ayahnya akan menjadi tersangka. Dan saat inipun pasti orang dari kejaksaan sudah menjaga ruang rawat ayahnya. Qiandra tahu benar jika Ezell bergerak lebih cepat dari yang ia pikirkan.
Di atas tangga, Ezell memperhatikan Qiandra. Tatapan matanya selalu terlihat datar, "Deane harus menderita, Qian. Dia harus sangat menderita. Cara membuatnya menderita bukan kau tapi Albert, seseorang akan sangat lemah jika itu tentang orang yang ia cintai, aku tak akan memberikan ruang bagi Deane untuk bernafas, sekarang sudah saatnya dia merasakan tercekik tiap saatnya."
tbc