Kini Papi Alexis masih menangis meraung-raung sambil mengikuti perawat yang mendorong brankar yang sudah di tiduri oleh putrinya Alea.
Mereka menuju ke ruangan operasi karena memang darah yang mengalir dari nadi Alea masih belum mengering.
Luka goresan bukan hanya sekedar goresan, tetapi sebuah luka sayatan yang di lakukan berkali-kali oleh pisau bedah sampai pergelangan tangan sang gadis hampir saja terputus.
Salah-salah nanti tangan Alea tidak bisa di gerakan dengan sempurna jika sampai salah penanganan atau terlambat penanganan.
Wajah gadis itu pucat. Bibirnya putih. Matanya terpejam.
Putri bungsu keluarga Alunsio Alexus company kini dalam masa kritis menuju ke ambang pintu kematian.
Siapa sangka, keegoisan seorang kakak, bisa membuat dua nyawa hampir saja melayang.
Keadaan Alea sendiri belum di ketahui oleh kakaknya Alden. Keadaan Zio pun sama halnya, tidak di ketahui oleh abang Vano.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com