'Kenapa kamu malah menamparku seperti ini, apa salahku padamu?" lirih Asya dengan tangisannya yang sendu.
Wanita itu memegangi pipinya yang memerah karena tamparan itu. Pipinya tidak terasa sakit sama sekali, tetapi hatinya sangat hancur lebur.
Sudah di lecehkan dia pun di tampar dengan sangat keras, bukankah ini termasuk penganiayaan.
Dan Reyvan si macan kumbang masih menggebu untuk mengoyak mangsanya.
"Jangan bandingkan aku dia si bajingan itu, aku akan membunuh siapa pun yang menghina aku dan memujinya," ungkap Reyvan dengan nada yang rendah namun penuh dengan penekanan.
Pria itu begitu bringas seolah ingin mengoyak perut sang mangsa dan memakannya hidup-hidup.
Tetapi beruntunglah kini telepon Reyvan kembali berdering, Reyvan yang seperti macan kumbang yang mengamuk kini berubah mood dengan seketika.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com