webnovel

Pulang Sekolah

Mukaku masih dalam keadaan abstrak. Bagaimana tidak, aku masih teringat kejadian tadi siang waktu jam istirahat. Kejadian yang membuatku pengen muntah rasanya. Jadi semakin jijik sama cewek rasanya. Apakah semua cewek beringasan gitu kalau lihat cowok kayak aku?.

Gimana kalau mereka lihat kakak aku. Hmmm bukan di cium lagi tun,  di perkosa sekalian.

Kaka aku gantengnya gak ketulungan, udah badan Bagus, wajah dape semuanya dapet, duh arjuna nitis ke dia rasanya.

Hmmm

Aku menunggu di tempat di mana kak Tristan tadi bilang. Udah hampir setengah jam, belum kunjung dia datang. Kemana nih orang. Yang lainnya sudah pada pulang, sedangkan aku masih berdiri mematung di sebelah gerbang.

Ku melihat ke arah gerbang SMA itu juga udah pada sepi. Hmmm jangan-jangan nih orang lupa lagi sama aku.

Tapi bagaimana bisa dia lupa. Kita setiap hari kok berangkat bareng pulang pun bareng.

Kuputuskan untuk tetap menunggunya disini.

***

Dan akhirnya satu jam tepat, dia belum kunjung datang juga. Dengan wajah gue semakin buetek dan jengkel gara-gara jam istirahat sialan tadi, di tambah dengan kakak gak dateng-dateng. Kuputuskan untuk jalan pulang ke rumah.

Aku jalan sambil menendang-nendang kerikil kecil yang menghalangi jalanku.

Sampai dia tidak jemput aku, dan aku pulang bukan bersama dengan dia. Lihat aja ya aku bakalan marah sama dia. Dan aku akan lapor sama papa.

Tak lama setelah aku jalan, ku mendengar suara motor yang gak asing di belakangku. Tapi aku gak mau menoleh ke belakang sedikitpun. Biar dia minta maaf sama aku.

Enak banget, udah ngilang terus datang kayak jalangkung.

"Ehem, aku ramal setelah ini kamu akan naik motor bersama denganku!"

Eh tiba-tiba dia berada di sampingku dengan motornya dan menggombali gue dengan cara Dilan-Dilan gak jelas gitu.

Aku gak menoleh ke dia, dan hanya berjalan lurus dan pandangan ke depan.

"Vinnnn ayo naik, ngembek pasti ya!"

Suara merengek pun keluar dari bibirnya. Dan aku masih terus berjalan.

Langkahku terhenti di saat motor itu berhenti pas di depan aku.

Aku berhenti dan hanya diam.

Kak Tristan turun dari motor dan berdiri di hadapanku.

"Hei, adek yang paling imut, ganteng, gemesin. Kakak minta maaf ya karena telat jemputnya.!"

Sambil memegang kedua pundakku. Ekspresi nya itu lo gak nguati.

Tapi aku masih diam. Masih jengkel di buatnya.

"Hmmm ayolah, naik, ya.."

Sambil mencubit pipiku dan menggerakkan kepalaku kekanan dan kekiri.

"Ahhh sakit ah!"

"Gak akan tak lepas kalau Vino belum mau naik motor dengan Tristan!"

"Iya... Iya.. Aduh lepasin!"

"Nah gitu dong"

Seraya melepaskan cubitannya dari pipiku dan beranjak naik ke motornya.

"Ayo naik!"

Aku jalan perlahan dan naik ke motornya. Aku jaga jarak sangat jauh darinya. Rasanya aku duduk di demper paling belakang.

"Kenapa duduknya jauh banget, nanti jatuh gimana?"

Bertanya sambil menoleh kebelakang.

"Jatuh kan kebawah!"

Jawabku kesal.

"Hmmm udah ada yang pinter Copy Paste nih!"

Sambil menjalankan motor perlahan.

Rasanya canggung banget aku naik motor dengannya. Karena yang biasanya aku dekat dan pegangan pingganya, tapi sekarang jauh banget dan aku tidak berpegangan sama sekali.

Cieeetttt

Aku terperosot ke depan setelah kak Tristan dengan sengaja pasti mengerem mendadak di lampu merah.

"Nah gitu dong, deket aja duduknya"

Belum sempat ku mundurkan badanku eh dia udah ngegas dengan tiba-tiba. Ya dengan terpaksa agar aku gak jatuh, aku spontan berpegangan pada perutnya yang keras itu.

Anjir kan.

Dia masih menyetir dengan kencang. Gak mungkin aku lepasin ikatan tanganku di perutnya, daripada gue jatuh.

Duh nih orang naik motor kayak naik Roller Coaster.

Kenceng banget.

Kulihat senyuman lebar di wajahnya dari kaca spion. Kesambet setan apa nih orang tiba-tiba gak jelas begini.

Dan sampailah kita berdua di rumah.

Oh iya, mama dan papaku tidak ada di rumah. Mereka berdua sedang pergi keluar kota untuk mengecheck tanah yang akan di beli di beberapa kota. Ya untuk kepentingan proyek perusahaan. Mama dan papa bekerja di satu perusahaan yang sama.

Jadi di rumah cuma ada Aku, kak Tristan dan Bi Inah. Bi Inah yang membersihkan seluruh rumah dan menyiapkan makan untuk kami.

Ku buka pintu perlahan.

"Bi.. Bi Inah"

Ku panggil Bi Inah lantaran mau menanyakan baju yang semalem kena tumpahan saus apakah sudah di rendam.

"Iya, dek Vino. Bibi di belakang!"

Terdengar teriakkan Bi Inah dari arah dapur, lantas aku menuju ke dapur untuk menanyakannya.

"Eh mau kemana lo?"

Tanya kak Tristan.

"Ke dapur!"

Jawabku singkat

"Tungguin!"

Aku terpaksa berhenti dan

Dia datang kepadaku kemudian lewat di depanku dan jalan lurus ke kamarnya.

"Satu - Kosong!"

Teriakkan melengking keluar dari balik pintu kamarnya.

Njir memang ya, nih orang jail banget.

"Bi, baju yang semalem kena saus apa sudah di rendam bi?"

Aku bertanya sambil bersandaran di pintu dapur.

"Sudah dek Vino, sudah bibi rendam. Jadi nanti tinggal bibi cuci!"

Balas Bi Inah

"Wah, makasih ya Bi. Vino mau ke kamar ganti baju dulu"

"Iya Dek Vino, setelah itu makan siangnya udah bibi siapin ya"

"Okay Bi"

Aku berlari menuju ke kamar hendak untuk berganti pakaian.

Kamarku dan kamarnya kak Tristan bersebelahan. Saat aku berjalan di depan kamarnya, gak sengaja aku melihat karena pintunya yang terbuka tidk lebar juga.

Aku melihat kak Tristan sedang berganti pakaian. Dan hanya menggunakan celana kolor pendek diatas lutut.

Aku berhenti sejenak dan mataku terkunci dengan tubuh yang sangat Indah yang baru pertama kali aku lihat.

Astaga badanya Bagus banget. Roti sobek yang menghiasi perutnya tidak terselimuti oleh sehelai kain sedikit pun.

Dan dia melihatku. Dengan segera aku langsung berlari menuju kamarku.

"Woi, dasar sukanya ngintip!"

Terdengar suara teriakkan kaka Tristan dari balik kamar.

"Siapa juga yang ngintip jijik banget!"

Kubalasnya dengan berteriak pula.

"Owhhh ngajak main ya kamu!!!"

Tak lama setelah dia ucapkan kalimat yang terakhir dia tiba-tiba sudah ada di pintu kamarku. Dan aku lupa untuk menguncinya.

Dia masih memakai dengan kondisi yang sama. Tidak memakai baju dan masih dengan celana kolor pendeknya.

Aku bergegas untuk menutup pintu.

Dan alhasil aku kalah cepat. Dia sudah berada didalam kamarku dan menutup pintu kamarku.

"Ishhh misi-misi aku mau keluar"

Aku mendesak kepadanya untuk aku keluar dari kamar.

"Gak bisa, salah siapa mulai duluan!"

Dia tidak memperbolehkan aku untuk keluar.

Dia dengan sigap langsung memelukku dari belakang dengan erat.

"Mau ku Smack Down lo ya!"

Bisik kak Tristan sambil tertawa

"Apaan sih kak!"

Aku mencoba untuk meloloskan diri darinya. Tetapi kayaknya sia-sia. Kekuatan gue gak sebanding dengannya.

Dia mengangkatku dan menjatuhkanku di tempat tidur.

Untung nih ranjang springbed jadi gak ada rasa sakit sama sekali.

"Kak Tristannnn!!!"

Tak lama setelah dia menjatuhkanku di tempat tidur dia melompat ke arahku.

Tapi dengan cepat aku menendang kakinya.

Dan dia terjatuh ke arahku.

Duh gue malah salah tendang ini rasanya.

Dia terjatuh pas di atasku. Dan posisi saat ini sangat tidak nyaman aku rasa.

Aku berada di bawah dan dia berada di atasku sambil memelukku.

"Kak Tristan Ayo bangunnnnn kaka berat tau!"

Aku merengek ke dia

"Susstttt"

Dia hanya memintaku untuk diam.

Tak lama kemudian dia memelukku dengan erat dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku dengan erat hingga tidak ada jarak diantara kami berdua.

"Kak,, kenapa!"

Kutanyakan hal itu kepadanya dia hanya diam dan menyuruhku kembali untuk diam.

Tak lama setelah dia memelukku dengan erat. Dia mengangkat kepalanya dari samping telingaku. Dan dia sekarang sedang melihatku ke arahku di atasku sekarang.

Aku hanya diam melihatnya dan tidak mengatakan satu patah kata keluar dari bibirku.

Aku hanya diam.

Tak lama setelah itu dia mulai mendekat ke arahku, dia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku.

Dia hanya memandangku dan diam.

Dan dia semakin dekat lagi ke arahku.

Dia memejamkan mata.

Hmm kak Tristan mau ngapain...

Hidungku bersentuhan dengan hidungnya.

Dia memelukku semakin erat.

.

.

.

Bab berikutnya