webnovel

Terus Mengejar

Binar yang masih menunggu Adnan menyelesaikan pekerjaannya tidak menyangka jika akan sangat lama. Dan dia pun akhirnya tertidur di atas sofa, Adnan yang melihatnya terlelap langsung berjalan mendekat.

"Ada apa hari ini denganmu? Mengapa kau tidak seperti biasanya?" katanya sembari mengelus-elus rambut Binar.

Terdengar suara ketukan pintu, Adnan langsung menyuruh seseorang di balik pintu untuk masuk. Rupanya Candra yang masuk, dia melihat Binar yang terlelap karena menunggu Adnan yang sedang bekerja.

"Sepertinya aku harus menyiapkan sebuah ruangan untuk beristirahat," ucap Candra pada Adnan.

"Kerjakan dengan cepat, mungkin dia akan sering menungguiku di sini!" balas Adnan dengan senyum khasnya.

Candra memberikan dokumen terakhir yang harus di periksa dan dibubuhi tanda tangan oleh Andan sebelum kembali ke rumah. Tidak membutuhkan waktu lama untuk memeriksa dokumen tersebut, Adnan pun langsung menyerahkan dokumen yang sudah dibubuhi tandatangannya pada Candra.

"Siapkan mobil, aku akan membawanya pulang!" perintah Adnan pada Candra.

"Baik," jawabnya singkat.

Tidak berapa lama, Candra kembali masuk ke ruangan kerja Adnan dia mengatakan jika semuanya telah siap. Tanpa berpikir panjang Adnan langsung menggendong Binar yang tidak terbangun sama sekali.

"Gadis bodoh tingkat kewaspadaannya menjadi selemah ini," gumamnya sembari tetap berjalan menuju mobil.

Setiap karyawan memperhatikan Adnan yang sedang menggendong Binar yang masih terlelap. Setiap wanita menginginkan perlakuan yang sama seperti itu, ada juga yang terkejut karena Adnan bisa berlaku seperti itu. Karena yang mereka tahu bosnya itu sangat kejam dan selalu bersikap dingin pada setiap wanita yang mengejarnya.

Binar terbangun, dia terkejut mengapa dirinya berada di gendongan Adnan. Dan dia melihat banyak mata memperhatikan, dengan cepat dia meminta Adnan untuk menurunkan dirinya. Namun, Adnan tidak mau dia masih saja menggendong Binar hingga memasuki mobil.

"Kenapa kau tidak menurunkan aku tadi? Aku malu tahu!" ujar Binar yang terlihat kesal pada Adnan karena sedari tadi tidak mau menurunkannya.

"Aku tidak peduli, kau adalah istriku untuk apa malu?" jawabnya sembari balik bertanya.

Binar menghela napas lalu berkata, "Ya sudahlah ... Tidak ada gunanya juga berdebat denganmu!"

Adnan tersenyum yang menandakan kemenangan, dia tidak akan membuat kucing liar ini berhasil menang darinya kali ini. Binar semakin kesal dengan Adnan tatkala dia menghubungi Marcello dan memintanya untuk pulang makan malam di restoran biasa mereka bertemu.

"Mengapa kau terlihat kesal? Apa karena aku menggendongmu atau karena aku mengundang Marcello?!" Adnan bertanya pada binar yang terlihat kesal padanya.

Binar tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Adnan sebab tidak ada gunanya juga dia menjawabnya. Rasa kesal sudah membuatnya tidak ingin bicara lebih banyak lagi.

Mobil terhenti, Candra mengatakan jika sudah tiba di restoran yang dituju. Dia keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Binar dan Adnan. Binar keluar dengan dari dalam mobil lalu diikuti oleh Adnan.

"Kau baru tiba juga?" Adnan bertanya pada Marcello yang hendak masuk juga ke dalam restoran.

"Iya. Aku baru saja tiba," jawabnya sembari melirik Binar.

Binar dengan cepat memegang tangan Adnan dan mengatakan untuk segera masuk karena dia sudah lapar. Adnan tersenyum, tanpa kata-kata lagi dia langsung berjalan dengan menggandeng aku tangan Binar memasuki restoran.

Candra sudah menyiapkan sebuah ruangan yang khusus di pesan agar tidak ada yang mengganggu acara makan malam Adnan kali ini. Makanan sudah dipesan hanya tinggal menunggu pelayan untuk menatanya di atas meja.

Pelayan pun tiba dan menata dengan rapi makanan yang sudah dipesan oleh Candra. Setelah ditata rapi pelayan pun pergi meninggalkan ruangan Adnan, Binar menyuruh Candra untuk duduk bersama. Namun, Candra menolak secara halus karena dia hanya seorang asisten dan akan melakukan apa yang seharusnya.

"Duduklah, aku yang meminta!" Binar mengatakan sekalian lagi dan tidak ingin ada penolakan secara halus darinya.

Adnan menganggukkan kepalanya seranya menyuruh Candra untuk duduk juga. Dia merasa senang dengan Binar karena memperlakukan Candra bukan seperti seorang asisten saja. Memang dari dasarnya dia adalah sahabat yang sudah mengenal betul akan diri Adnan.

Saat makan malam sedang berlangsung, Marcello terlihat kesal karena Binar terlihat begitu dekat dengan Adnan. Dia kembali teringat akan masa lalu yang pada waktu itu mereka sangat dekat.

Kenangan itu adalah kenangan yang sangat indah baginya dan dia tidak akan melupakannya begitu saja. Dia pun kembali teringat akan kejadian yang mengharuskan dirinya pergi dan meninggalkan Binar dengan rasa kecewa yang begitu besar.

Jika saja semua itu tidak terjadi, mungkin saat ini Binar sudah menjadi istrinya dan bukan menjadi istri dari ayah angkatnya. Rasa ingin memiliki Binar kembali membesar dalam hatinya, dia sama sekali tidak ingin menyerah dan akan terus mengejarnya.

Marcello tidak peduli dengan perasaan Adnan karena yang dia tahu ada wanita di masa lalu Adnan yang belum hilang dari ingatan. Dan dia yakin benar jika Adnan tidak mencintai Binar setulus hati.

Candra menyadari tatapan Marcello, dia merasa ada yang tidak beres dengan sikapnya jika melihat Binar. Dalam benaknya dia tidak akan membiarkan siapa saja membuat hidup Adnan menderita, meski dia harus menghadapi Marcello.

Binar selesai dengan santapannya, dia meminta izin untuk ke toilet. Tidak berapa lama Marcello pun izin ke toilet, Candra semakin penasaran dengan sikap Marcello. Sebenarnya dia ingin mengikuti mereka tetapi dia merasa tidak enak pada Adnan dan tidak menginginkan kecurigaan Adnan terhadap hubungan Binar dan Marcello.

"Kau curiga terhadap mereka bukan?!" tanya Adnan pada Candra.

Candra terdiam, dalam hatinya berkata ternyata Adnan sudah menyadari tentang sikap Marcello. Dia pun mengatakan ada sesuatu yang janggal jika melihat Marcello yang menatap Binar dengan tatapan yang begitu ingin memiliki.

"Biarkan mereka—aku hanya ingin tahu sampai di mana semuanya akan berlanjut," tukas Adnan sembari memandang layar ponsel yang di dalamnya ada foto Binar.

Candra hanya menuruti perintah Adnan tetapi dia tidak akan diam begitu saja. Jika semuanya sudah kelewat batas, maka dia akan bertindak. Meski harus membuat Binar menderita.

Di sisi lain Binar hendak keluar dari kamar mandi, dia melihat Marcello sudah berdiri di luar toilet. Sepertinya dia sedari tadi menunggu Binar, tanpa mengucapkan kata-kata Binar berjalan melewatinya.

Langkahnya terhenti tatkala Marcello memegang tangan Binar, "Mengapa kau menghindari aku?"

"Lepaskan—apa kau tidak menghormati aku sebagai istri dari ayahmu?!" tukas Binar.

"Kembalilah padaku, aku mohon...," Marcello mohon pada Binar.

"Kau sudah terlambat dan kau tahu bagaimana sifatku!" Binar berkata sembari berjalan meninggalkan Marcello.

"Aku katakan sekali lagi B sampai kapan pun aku akan mengejarmu dan tidak akan pernah melepaskanmu!" pekik Marcello yang tidak mementingkan keberadaannya saat ini.

 

Bab berikutnya