webnovel

Kehidupan kampus

Sudah 1 bulan Anne menjadi mahasiswi di university the art of London, ia sekelas dengan Linda mahasiswi yang waktu daftar ulang sempat ia tolong. Mereka berdua menjadi teman baik, selalu berdua kemanapun pergi. Anne menyukai kepribadian Linda yang pekerja keras, rupanya Linda berasal dari sebuah desa yang ada di Dunser yang merupakan salah satu desa terindah di Inggris yang ada di distrik West Somerset. Sebenarnya keluarga Linda memiliki usaha peternakan yang cukup besar di desa itu dan Linda diminta untuk meneruskan usaha turun-menurun keluarganya itu pada awalnya, namun karena Linda tak memiliki passion di dunia itu akhirnya ia menolak dan memutuskan untuk merantau ke London untuk mengejar cita-citanya sebagai seorang fashion designer. 

"Kau sudah menelepon ibumu Linda?" tanya Anne pelan saat mereka sedang ada di kantin untuk makan siang. 

"Sudah tadi pagi dan seperti biasanya, ia selalu memintaku pulang," jawab Linda jengkel.

"Ibumu rindu Linda, jadi wajar kalau beliau memintamu untuk pulang," ucap Anne lembut sambil tersenyum.

"Hampir setiap dua hari sekali ibuku pasti menghubungiku dan semua perkataannya tak ada yang berubah, selalu sama memintaku untuk pulang ke desa dan meneruskan usaha keluarga. Padahal ada kakakku yang berprofesi sebagai dokter hewan di sana, tapi ibuku selalu memintaku untuk kembali ke desa untuk meneruskan usaha turun-menurun keluargaku padahal aku punya cita-cita sendiri," sahut Linda ketus.

Anne tersenyum mendengar perkataan Linda, ia tau kalau temannya itu memang sangat menggilai dunia fashion. Jadi tak heran kalau ia menolak permintaan ibunya untuk kembali ke desa.

"Kau boleh menolak permintaan ibumu tapi ingat jangan bicara dengan kasar, bicaralah dengan lembut. Jangan sampai ibumu merasa sedih karena kau sudah berbicara kasar padanya," ucap Anne lembut sambil mencengkram tangan Linda yang ada di atas meja. 

"I know Anne," jawab Linda singkat.

"Ya sudah ayo makan, lihatlah spaghetti ku dingin," kelakar Anne dengan suara meninggi mencoba mencairkan suasana.

Linda tersenyum melihat cara makan Anne, ia tau kalau sebenarnya Anne sedang berusaha untuk membuatnya agar tidak sedih. Tak lama kemudian senyumnya pun tersungging, ia lalu mengikuti Anne menyendokkan spaghetti ke mulutnya.

Saat sedang menikmati spaghetti tiba-tiba pandangan Anne teralihkan saat melihat ke arah kolam yang tak jauh dari kantin, dimana saat ini ada beberapa orang senior anak buah Edward sedang membullly mahasiswa baru yang satu angkatan dengan Anne. Saat Anne baru masuk kuliah pun Edward sudah menunjukkan kekuasaan pada dirinya, ia bahkan sengaja menakut-nakuti mahasiswi baru dengan anak buahnya yang berbadan besar.

"Dia lagi rupanya," ucap Linda lirih saat melihat ke arah yang sama dengan Anne.

"Mau sampai kapan dia akan sok berkuasa seperti itu?" tanya Anne lirih tanpa sadar.

"Ayahnya adalah salah satu petinggi universitas ini jadi tak ada yang berani melawannya Anne," jawab Linda pelan sambil memasukkan irisan bawang bombay ke mulutnya.

"Arogan sekali," desis Anne kesal sambil mengambil botol air mineral yang ada di samping Linda dan langsung menenggaknya sampai habis.

Linda terkekeh melihat apa yang dilakukan oleh Anne, karena tak mau ikut campur dengan urusan Andrew akhirnya Anne pun melanjutkan makan siangnya lagi. Namun sayangnya ia diduga kehilangan nafsu makan. 

"Kita tak bisa ikut campur urusannya Anne, kau masih ingat kan awal-awal kita masuk kuliah kemarin?" tanya Linda pelan mencoba untuk mengingatkan Anne kembali dengan sepak terjang Edward.

"Tentu saja aku ingat, dia sudah kurang ajar sekali waktu itu," jawab Anne lirih.

Anne kemudian mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Edward padanya di satu minggu pertama ia masuk kuliah, di hari pertama Edward sudah menabrak Anne sampai hampir terjatuh kalau tidak di tolong Linda. Hari kedua Edward kembali mengganggu Anne dengan mengambil kursi Anne di kantin yang menyebabkan Anne hampir terjatuh kalau tak ada ibu kantin yang memanggil Anne, dimana waktu itu ibu baik hati itu ingin mengembalikan uang kembalian pada Anne sehingga ia memanggil Anne. Padahal sebenarnya ibu baik hati itu ingin menyelamatkan Anne dari kejahilan Edward.

Semua itu masih terus berlangsung selama satu minggu sampai akhirnya Edward pun berhenti mengganggu Anne karena merasa Anne tak merespon semua tindakannya, Edward lalu mencari mangsa lain untuk ia ganggu. Biasanya anak baru di kampus itu memang akan menjadi sasaran Edward si pangeran kampus, gelar yang ia dapat karena kemampuannya bermain piano yang sangat indah. Edward terlahir dari keluarga seniman jadi tak heran jika ia sudah sangat mahir bermain piano sehingga gelar pangeran kampus pun akhirnya jatuh padanya.

"Linda, ayo pulang. Aku sudah muak ada dikampus melihat tingkah orang itu," ucap Anne tiba-tiba.

"Bukankah kau mau ke perpustakaan?" tanya Linda bingung.

"Tak apa aku tunda saja atau aku cari saja bulunya di toko buku daripada aku meminjam di perpustakaan, aku sudah tak kuat melihat tindakannya yang semena-mena itu," jawab Anne singkat sambil meraih tas dan file miliknya dan berjalan meninggalkan kantin.

Melihat Anne pergi Linda pun akhirnya mengikuti langkah teman baiknya itu sambil berlari-lari, ia kesulitan mengejar Anne yang berjalan dengan sangat cepat.

"Hei cheetah jangan cepat-cepat!!!" teriak Linda keras memanggil Anne.

"Hurry up!!" sahut Anne singkat.

"Kakimu cepat sekali melangkahnya, aku tak bisa mengimbangimu Anneee….!!!! pekik Linda dengan suara keras.

Bukan hanya Anne yang menoleh mendengar teriakan keras Linda akan tetapi Edward dan anak buahnya pun juga mendengar suara teriakan Linda, mereka pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Anne dan Linda.

"Gadis itu lagi rupanya," ucap Edward pelan sambil menatap ke arah Anne.

"Apa perlu kami bereskan mereka bos?" tanya salah seorang anak buah Edward.

"Jangan...jangan sentuh mainanku, gadis itu berbeda dengan yang lain. Membuatku ingin bermain lebih lama dengannya, mana mungkin ada gadis yang menolak pesona Edward Cole di kampus ini," jawab Edward penuh percaya diri, baru Anne lah satu-satunya mahasiswi baru yang belum luluh olehnya.

"Baik bos," sahut semua anak buah Edward kompak.

Sebuah senyum tersungging di wajah Edward, semakin ia ditolak oleh Anne semakin tertantang pula dirinya.

Bersambung 

Bab berikutnya