"aku akan memikirkannya" ucap Chaewon setelah sebelumnya terdiam memikirkan kata-kata Kyuhyun.
"aku meminta jawabanmu detik ini juga" tersirat kecemasan dalam sepotong kalimat itu.
"aku tidak bisa langsung memutuskan begitu saja. Aku akan memberikanmu jawaban sesaat kau kembali dari Italia."
"kau tidak akan kabur dan menikah dengan pria pilihan ayahmu 'kan? Ingat aku adalah ayah dari bayi yang kau kandung, hanya aku yang berhak menjadi ayahnya dan juga suamimu"
"ya, aku mengerti. Sebaiknya kau segera kembali ke bandara" usirnya secara halus.
Kyuhyun memprotes tak suka "kenapa kau selalu saja mencoba untuk mengusirku?"
"aku melakukannya karena sedang ada pekerjaan yang diterlantarkan, aku tidak menyukai hal tersebut"
"aku bisa saja mengirim penanggung jawab proyek ini ke sana dibandingkan diriku sendiri, atau mungkin aku akan mengirim asistenku, atau bisa juga Lucas."
"anda harus bertanggungjawab atas pekerjaan yang anda mulai, jangan pernah melampiaskannya pada orang lain" lontarnya, Chaewon yang biasanya—dingin—telah kembali.
Kyuhyun memutar kedua bola matanya, "aku akan pergi setelah memberimu ganjaran yang kujanjikan"
Chaewon menatap curiga "aku tidak melakukan sesuatu yang pantas menerima sebuah ganjaran"
"tentu saja kau melakukannya"
"aku tidak mengingatnya"
"ingat ataupun tidak, tidak masalah. Karena aku akan tetap memberimu ganjaran atas perbuatanmu. Sekarang julurkan lidahmu" ujarnya mendekat
"untuk apa?"
"orang yang dihukum tidak boleh banyak bertanya. Hanya tinggal lakukan saja"
Chaewon bungkam, tak menuruti maupun menolak perintah itu. Hanya menatap Kyuhyun tajam dengan mata bulatnya itu.
"mana lidahmu?" protes Kyuhyun.
Chaewon mengeluarkan ujung lidahnya dengan sangat sedikit, Kyuhyun kembali protes dan menyuruhnya untuk lebih menjulurkan lidahnya. Dengan amat sedikit Chaewon kembali mendorong lidahnya, "belum cukup, keluarkan lagi" perintah Kyuhyun.
"kau mau melakukan apa dengan lidahku?" balasnya dingin.
"sudah kubilang jangan banyak tanya, julurkan saja seperti ini" Kyuhyun menjulurkan lidahnya dan Chaewon menirunya. Saat itu juga setan dalam diri Kyuhyun tersenyum menang, Kyuhyun langsung menyambut uluran lidah itu, mempertemukannya dengan miliknnya.
Chaewon yang telah mempunyai firasat ini akan terjadi, mengingat betapa mesumnya bosnya ini, tetap merasa terkejut dengan ciuman yang mereka lakukan saat ini. Lidah mereka saling bergelung di dalam rongga mulut masing-masing, tangan Chaewon meremas selimut yang di pakainya dan perlahan memejamkan matanya.
Kedua lengan Kyuhyun telah mengurung tubuhnya, 'ya, inilah rasanya' batin Kyuhyun. Walau ia tidak merasakan rasa yang spesifik seperti rasa buah-buahan atau mint dari bibir wanita itu, ia dapat merasakan hal yang berbeda tiap kali dirinya mencium bibir wanita yang entah sejak kapan selalu memenuhi kepalanya.
Bibirnya yang sedikit kering kini kembali melembab akibat ciuman yang ia berikan, rasanya ia tidak ingin berhenti untuk merasakan bibir mungil nan penuh itu. Membayangkan pria lain merasakan bibir itu membuat dirinya murka, tanpa disadari ciumannya semakin ganas dan tanpa sengaja menggigit bibir favoritnya itu.
Seketika mata Chaewon terbuka lebar, Chaewon meremas lengan Kyuhyun dan meringis di sela-sela ciuman intens mereka, keduanya juga dapat merasakan rasa darah bercampur di antaranya. Chaewon mencoba untuk menghentikan ciuman itu karena dirinya telah kehabisan nafas, jantungnya berdegup sangat kencang.
Mereka berdua saling bertukar tatap, Chaewon masih terengah mencoba memenuhi rongga paru-parunya dengan oksigen. Kyuhyun menurunkan pandangannya pada bibir Chaewon yang telah memerah dan tersenyum puas.
Kyuhyun mengelus bibir Chaewon dengan ibu jarinya "karena pikiran yang mengganggu, aku tanpa sadar menggigit bibirmu" akunya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Nafas Chaewon sudah mulai teratur tetapi dirinya tidak membalas perkataan itu karena sudah terlanjur malas meladeninya atau bisa juga dirinya masih belum sepenuhnya sadar dari ekstasi sesaat yang ia rasakan.
Kyuhyun kembali mendekatkan wajahnya, bibirnya menyusuri wajah dan leher putih pucat itu "aku akan menitipkan sesuatu padamu, kau harus menjaganya baik-baik sampai aku kembali" bisik Kyuhyun tepat pada cekung leher wanita itu.
Kyuhyun meninggalkan tanda kepemilikannya pada tulang selangka wanita itu, Chaewon tentu saja langsung mendorong tubuh Kyuhyun sebelum tanda itu membekas di kulitnya. Kyuhyun tidak bergeser sedikit pun, dengan sekuat tenaga Chaewon mencubit pinggang pria itu dan Kyuhyun berhasil menjauh sambil meringis kesakitan.
"kalau kau ingin meninggalkan tanda padaku, lakukan dengan cara yang lebih romantis seperti yang kulakukan padamu. Jangan menyakitiku seperti ini" protes Kyuhyun. Wajahnya menunjukan rasa tak suka sekaligus sakit yang ketara.
"itu salah anda sendiri, kenapa melakukan hal yang tidak semestinya anda lakukan? Sudah kubilang lakukan hal-hal seperti ini pada orang yang anda cintai, jangan jadikan mengidam sebagai alasan untuk melakukan hal-hal mesum seperti ini"
Kyuhyun hanya bisa mendengus tak percaya "aku tidak membutuhkan alasan seperti itu untuk melakukan apa yang kuinginkan padamu, karena kau akan menjadi istriku"
"aku belum memberikan jawaban"
"kalaupun kau menolak aku akan melakukan segala cara agar kau menjadi istriku"
"ini yang tidak kusuka darimu, melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang kau mau"
Kyuhyun tersenyum menyombongkan diri, Chaewon tidak mau berkata-kata lagi. Ia hanya menarik selimutnya dan berbaring untuk tidur.
"baiklah, aku akan pergi. Mimpikan aku, dan cepatlah sembuh" Kyuhyun mengecup pipi Chaewon.
'aku akan mimpi buruk bila memimpikannya' balas Chaewon dalam hati. Kyuhyun menelpon seseorang seraya meninggalkan kamar Chaewon.
~
Ponsel Chaewon terus berdering sedari matahari berada pada puncaknya hari ini. Chaewon sudah memiliki firasat siapa gerangan peneleponnya itu. Dengan santainya ia mengambil ponsel itu dan menaruhnya ke telinga. Di saat yang bersamaan Chaewon menjawab telepon tersebut, sebuah suara langsung menerornya.
"apa maksudmu kau mengundurkan diri? Apa ini jawabanmu? Kau ada di mana?"
Chaewon hanya bisa menghela nafas, "tenangkan dirimu"
"bagaimana kau bisa menyuruhku untuk tenang? Sebegitu menentangnyakah dirimu untuk menikah denganku?"
Chaewon tidak menjawab, ia menunggu Kyuhyun untuk tenang baru ia mau meneruskan percakapan mereka. Tetapi, diamnya itu disalah artikan oleh Kyuhyun.
"kenapa kau tidak menjawabnya? Aku benar, kan?"
Chaewon hanya memandang hamparan salju dari jendela kamarnya sembari menyisip teh rosella yang baru saja ia buat untuk menghangatkan tubuhnya. Dirinya masih enggan membalas ocehan Kyuhyun.
"hey! Kenapa kau tidak membalas perkataanku?" Kyuhyun semakin jengkel.
"aku tidak akan memberikan balasan sebelum kau menenangkan diri"
"Bullshit! Hentikan ocehanmu mengenai ketenangan, sebaiknya kau jelaskan padaku"
"kau tidak perlu mencemaskannya" respon Chaewon.
"apa maksudmu?" Kyuhyun merasa masalah ini sebaiknya diselesaikan dengan tatap muka ketimbang berbicara di telepon seperti ini "kau di mana?"
"saat ini aku sedang berada di kediaman kedua orangtuaku di London"
Ya, memang sudah sekitar dua hari ini Chaewon ikut pulang bersama orangtuanya. Hal ini, menurutnya lebih mudah dibandingkan harus menentang ayahnya. Ia berniat untuk mengikuti kemauan kedua orangtuanya untuk pulang bersama mereka, lalu setelah beberapa hari ia akan kembali ke New York.