Vian menatap dinding kaca ruang kerjanya, gemuruh petir tak terlalu terdengar namun pria itu tahu kalau cuaca di luar cukup ekstream. Mendung menghitam menggantung dengan penuh kesombongan di puncak langit. Tangis langit menyapa bumi tiada henti. Hujan semakin deras, gemuruh petir semakin menari nari. Pria itu melirik jam di pergelangan tangannya, masih pukul 2 siang tapi cuaca sudah segelap ini. Hawa dingin juga dirasakan oleh Vian padahal ia dikungkung oleh tembok kaca dan dinding beton.
Tok! Tok!
Pintu diketuk dari luar, Vian mempersilahkan orang yang mengetuk untuk masuk. Ternyata orang itu Jo yang datang membawakan hasil rapatyang baru saja di hadiri oleh Vian.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Vian setelah Jo berdiri di hadapannya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com