webnovel

Chapter 08

Untuk menebus waktu yang hilang pada hari Rabu lalu, akhirnya Tae dan Tee akan pergi ke klub malam hari Jumat ini dan yang pasti mereka harus pakai tanda pengenal palsu untuk masuk ke dalam klub. Sedangkan kedua orang tua mereka hanya berpikiran kalau mereka sedang belajar dan menginap di rumah sahabatnya. Kan lucu, orang tua Tae berpikir kalau Tae menginap di rumah Tee, sedangkan orang tua Tee juga berpikir Tee menginap di rumah Tae.

Lanjut.

Mereka sekarang sudah ada di dalam klub hampir 1 jam dan paling sedikit sudah ada lima gelas minuman yang mereka habiskan dan suara bass musik yang mengalun dengan cukup keras di telinga mereka. Tee sudah tidak menentu juga kalau lagi jalan, maklum sudah sempoyongan dan dia malah teriak-teriak 'kapal oleng kapten!'.

Kebayang kalau author ikut mereka ke klub malam dan Tee teriak gitu, author cuman bisa bilang, 'gak kenal, gak kenal'! Serius deh malu-maluin.

Sebenarnya Tee itu pemalu kalau di depan umum, biasa ya jaim -jaga image gitu. Tapi kalau sudah berdua sama Tae sih manjanya keluar. Nah, mungkin karena mabuk, Tee mulai berani skinship sama Tae di depan umum, contohnya sekarang. Dia nyium pipi Tae sambil senyum dan bilang makasih karena sudah menemani dia keluar malam. Dan Tae langsung jadi bengong dicium tiba-tiba gitu. Tae pikir mungkin Tee sudah mabuk banget sampai-sampai berani ngelakuin itu.

Tae sebenarnya gak terlalu suka minum atau datang ke tempat kayak gitu. Alasannya sih karena dia anak sholeh yang gak main di tempat remang-remang menggoda iman, apalagi kalo mimi gitu takutnya bablas terus oek-oek sambil jongkok di tong sampah kan gak enak di perut terus gak level lagi. ☹

Kalau Tae suka marah sama Tee karena dia terlalu sering pergi ke pesta-pesta atau klub malam sama teman-temannya, jawaban Tee selalu aja bilang, 'yaelah entar aja berentinya, tunggu kuliah beres aja.' -Yakali mau nunggu selesai kuliah, iya kalau kuliah kelar, kalau enggak gimana, Tee?

***

Lagi asik menikmati minuman dan mendengarkan riuhnya suara musik, ada seorang cewek yang mendekati Tae, pakai acara pegang-pegang lagi. Tapi bukan Tae Namanya kalau dia gak bersikap dingin sama orang lain, dia mah peduli cuma sama Tee aja. Orang lain? Gak duli.

Cewek tadi masih saja merayu Tae dan mengajaknya berbicara, tapi Tae malah asik memandang Tee yang sedang asik joget sama temen-temennya di dance floor.

Why dia ngeliatin Tee kayak elang lagi mengamati mangsanya? Alasannya sih karena gak mau kalau ada orang asing yang deketin Tee, takutnya itu orang malah grepe-grepe aset berharga Tae -- eh Tee maksudnya, atau malah ada yang nyerempet belakang Tee buat nyopet dompetnya. Kan nanti mereka gak bisa pulang kalau dompet Tee hilang, soalnya uang Tae dan Tee ada di dompet itu semua. Biasa lah ya, satu dompet barengan, lumayan gak banyak bawa barang. Kekeke~

Sedang asyik duduk di dekat bartender dan melihat goyangan Tee yang bisa bikin dedek lelaki manapun bangun. Akhirnya Tae lupa dengan cewek yang kegatelan kayak cacing pita itu dan menegak paksa minumannya lagi untuk menghilangkan pikiran kotornya gara-gara goyangan Tee yang menurutnya 'mengundang' Tae buat goyang diatas Tee -- maksud author goyang bareng Tee.

Dia menghela nafas, dan tersenyum pada Tee yang sudah kembali lagi ke sampingnya, penuh keringat dan berbau tequila.

"Tae, pulang yuk." Tee berbisik tepat di telinga Tae sehingga dia bisa mendengar jelas suara dan juga hembusan nafas Tee. apalagi bibirnya Tee nempel banget di telinga Tae, membuat Tae tidak kuat duduk lama-lama karena celana yang kesempitan guys apalagi kalau inget-inget kejadian di rumah pohon dulu. ☹

Tidak berapa lama akhirnya mereka pergi keluar klub dan gak lupa Tae meletakkan tangannya di pinggang Tee dan menariknya ke pelukan agar tidak ada yang berani ngelirik apalagi ngegodain Tee.

Karena tadi mereka pergi dengan memakai Uber, jadi sekarang mereka pulang dengan memesan Uber lagi. Maklum, mereka cuma diperbolehkan memakai mobil kalau sekolah atau keperluan penting aja. Karena tidak mungkin mereka masuk lewat pintu depan pada jam tiga pagi apalagi dengan bau minuman yang menyengat, akhirnya mereka mutar jalan ke pintu halaman belakang. Tee melihat lampu tengah rumah Tae masih menyala dan itu artinya emak Kreepolrerk masih asik menonton drama, mungkin beliau lagi marathon movie kali ya.

Daripada nanti ditanya panjang x lebar sama si emak, Tae menyarankan untuk pergi ke rumah pohon aja. Tee yang duluan naik, dan apes baginya karena kepalanya masih rada pusing karena minuman, dia oleng dan hampir saja jatuh. Untung ditahan oleh Tae yang ada di belakangnya dengan cara memegang pantatnya dan menyamakan badannya di belakang Tee.

Mereka akhirnya berada di dalam rumah pohon dan Tae mengambil air minum dari dispenser yang memang di simpan di sana -jaga-jaga kalau Tae dan Tee menginap disana, untuk mengeluarkan efek alkohol dari sistem tubuh mereka.

"Kenapa sih gue selalu aja make baju—" Tee mengerang ketika dia membuka bajunya dari atas kepala dan melemparkannya ke sudut ruangan. "–yang gak nyaman kayak gini."

"Mhm." Tae mengangguk dan melirik dada Tee yang telanjang sebelum memalingkan mukanya ke arah lain, sedangkan Tee menarik selimut untuk menutupi badannya

"Tae." Tee memanggil sahabatnya yang lagi asik memainkan smartphone-nya itu. Tae menaruh handphone dan mengangkat alisnya. "Apa lu.. ingat itu, uhm, liburan sekolah pas kita umur empat belas tahun gak?".

Bab berikutnya