Keesokan harinya, tiara berangkat mendatangi sebuah perusahaan cabang milik perusahaan lianxi grub di kota J ini. meskipun asisten Han berkata ini akan sangat sulit, tetapi ia harus tetap mencobanya. Ia sudah melangkah sejauh ini, tidak mungkin mundur begitu saja. Ini semua demi pertunangannya dengan jonatan bisa terlaksana secepatnya.
Tiara sudah sampai di depan perusahaan itu. Ia mendatangi resepsionis perusahaan. Perusahaan ini tidak terlalu besar, tetapi mengapa asisten Han mengatakan, jika perusahaan ini adalah pilihan terbaik.
" Maaf Nona, apakah saya bisa bertemu dengan direktur disini?" Tanya tiara dengan sopan.
Resepsionis yang semula menatap monitor computer dengan serius ini mendongakkan kepalanya.
" Ah, iya. Apa yang bisa saya bantu ibu?" jawabnya segera dengan ramah.
" Maaf Nona, apakah saya bisa bertemu dengan direktur disini?" Tanya tiara mengulangi pertanyaannya.
"Apakah sudah ada janji?" Tanya resepsionis.
" Oh, belum?" jawanya dengan cepat.
"Hmm…Sayang sekali, pak direktur sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang berada di kantor pusat." Jawab resepsionis.
"Oh, begitu. Bisakah saya bertemu dengan asistennya?" Tanya tiara sekali lagi.
" Oh, Asisten steve? Dia…." Perkataan resepsionis itu terhenti dan melihat seorang laki-laki yang baru saja keluar dari sebuah ruangan kecil di ruangan itu.
"Oh, itu dia…" katanya menunjuk kearah Yohan.
Ketika di kantor cabang yohan selalu berperan sebagai seorang asisten dan Asisten steve sebagai direkturnya. Hal ini untuk menghindari para wanita-wanita genit yang suka menggoda laki-laki dengan jabatan tinggi dan kaya.
Tiara berlari menghampirinya. " Tuan.." teriaknya menghentikan langkah yohan.
Yohan berhenti sejenak dan memandang wanita di depannya dengan pandangan aneh dan tidak tertarik sama sekali.
"Tuan, saya dari perusahaan cabang jiang grup. Kami ingin mengajukan kerjasama dengan perusahaan ini" kata tiara sambil terus berjalan mengikuti langkah kaki Yohan yang menatapnya acuh-tak acuh.
Yohan Cuma diam saja tanpa mungucapkan komentar sedikitpun.
Ting..suara pintu lift terbuka. Yohan segera masuk kedalan lift dan tetap mengacuhkan wanita cantik yang pantang menyerah ini. tiara menyelonong masuk mengikuti yohan ke dalam lift, seketika wajah yohan berubah ekspresi. Ia sedikit emosi dan tidak nyaman dengan wanita di dekatnya.
" Hai, nona. Mengapa mengikutiku? Aku sama sekali tidak tertarik dengan kerjasama yang kau tawarkan." Jawabnya dengan dengan wajah dingin dan datar.
" Tuan, anda belum membaca isi proposal dari perusahaan kami. Bagaimana bisa anda menyimpulkan dengan secepat ini." kata tiara.
"Oh, ya. Katakan kepadaku, keuntungan apa yang bisa kau berikan kepadaku dan perusahaanku?" jawab yohan dengan mendekati wanita ini.
Tiara ketakutan dengan pandangan tajam laki-laki di depannya. Laki-laki ini sangat menakutkan, tiara berjalan mundur sampai merapat ke dinding lift. Kedua tangan kekar terletak sejajar dengan wajah mungilnya, seperti tralis besi yang memenjarakannya supaya tidak bisa berlari kemana-mana.
"Kau, kau mau apa?" katanya ketakutan.
"Bukankah kau sedang menawarkan kerjasama denganku? Apa kau tidak tahu cara membayarnya kerjasama dengan perusahaanku" kata yohan seolah menebar ancaman kepada tiara supaya menjauhinya, jika tidak ia akan tahu akibatnya.
"Kau…Aku hanya menawarkan kerjasama perusahaan bukan yang lain.?" Jawab wanita ini.
"Oh, ya. Tapi aku tidak butuh kerjasama di bidang lainnya. Bayar aku dengan tubuhmu dan kerjasama akan lancer." Yohan hanya mengancam saja, ia ingin tahu wanita seperti apa yang ada di depannya.
Mendengar perkataan Yohan, mata Tiara langsung terbelalak. "Brengsek! Maaf sepertinya saya salah memilih patner." Tiara mendorong tubuh laki-laki ini hingga menjauh.
Ting…suara pintu lift terbuka.
Tiara segera berlari keluar dan menjauh dari laki-laki mengerikan itu.
Yohan Cuma tersenyum, baru kali ini ia di tolak mentah-mentah oleh seorang wanita.
**
Kota S
Tara jiang masih sibuk untuk mengejar mainan barunya. Ia tidak akan menyerah sampai laki-laki pujaan hati saudarinya itu bisa bertekuk lutut di kakinya. Apa yang di miliki tiara, harus menjadi miliknya. Termasuk para laki-laki itu, tiara harus merssakan apa itu artinya kehilangan dan patah hati.
"Hai…sayang. Kenapa kau menjauhiku?" kata tara yang mendekati jonatan yang sedang berdiri di depan pintu ruanga kerjanya.
"Oh, nona tara. Apa maksudmu? Siapa yang menjauhi dan di jauhi?" jawabnya seolah tidak tahu. Jonatan memang sengaja menjauhi tara, supaya tidak terkena masalah saja. Bagaimanapun ia sudah akan menikah dengan wanita pujaannya, meskipun dengan motif tersembunyi.
" Jangan berpura-pura." Tara menarik tangan laki-laki ini masuk kedalam ruangan dan sesampainya di dalam ruangan ia langsungsung mencium mesra laki-laki ini dengan cepat dan panas.
Mata jonatan terbelalak. ia sangat terkejut dan tidak percaya jika saudara calon istrinya ini benar-benar gila. Ya…jiwa playboy Jonatan segera bangkit dari mati suri yang sudah terlalu lama. Demi memuluskan rencananya masuk ke dalam perusahaan Jiang Grup, ia sudah menjadi laki-laki baik beberapa tahun terakhir untuk mendapatkan hati Tiara. Hmm…tapi sepertinya wanita di dalam pelukannya ini jauh lebih bermanfaat baginya dari pada calon istrinya yang polos itu. Bisa di katakan sambil menyelam minum air. Ia bisa mendapatkan keduanya tanpa berusaha lebih keras.
" Nona, apa yang kau lakukan, aku calon suami Tiara?" katanya berpura-pura polos.
" Oh, ya? Apa kau yakin saudaraku disana akan setia kepadamu dan tidak berselingkuh?" kata Tara.
" tentu saja. Tiara wanita yang baik." Jawab Jonatan.
" Oh, ya. Kau sangat polos sayang. Apa kau tahu, apa yang dipertaruhkan saudaraku ketika pergi ke kantor cabang?" kata Tara.
" apa maksudmu?" Tanya Jonatan penasaran.
Tara hanya tersenyum. " yang ia pertaruhkan adalah kamu sayang. Jika ia berhasil membuat perusahaan itu bangkit kembali maka kalian bisa menikah. Tetapi jika gagal, maka ia harus menikah dengan laki-laki pilihan papaku. Ha…ha…kau sungguh kasihan." Kata tara sembari tertawa.
"Oh, ya. Bukankah aku masih memilikimu?" kata Jonatan sembari membalas ciuman Tara. Laki-laki ini tidak bodoh, ia bisa memanfaatkan wanita didepannya ini jika Tiara gagal.
"Akhirnya kamu mengerti juga." Jawab Tara.
"Bagaimana jika kita mengunjungi tiara ke kota J besok. Aku akan meminta izin kepada papa?" tawar Tara kepada Jonatan.
" Baiklah, aku setuju." Jawab Jonatan.
Hmm…aku akan menunjukkan kepadamu, bagaimana saudaraku akan gagal membangkitkan perusahaan di kantor cabang itu. Gumam Tara dalam hati. Tara meninggalkan ruangan jonatan.