Arsya sengaja menunggu Rara di teras. Dia tidak berani masuk ke dalam rumah. Karena saat ini hanya ada dia dan Rara saja di rumah itu. Arsya mendadak jantungnya berdegup kencang. Dia duduk gelisah sambil memegang benda yang dia beli sebelum menjemput Rara tadi pagi. Beberapa kali dia mengatur posisi duduknya agar lebih enak. Tapi tetap saja dia masih tidak bisa tenang.
Dia semakin gemetar saat Rara datang membawa nampan berisi dua cangkir teh untuknya dan Rara. Entah kenapa wanita di depannya ini tidak pernah berkurang kecantikannya sejak sepuluh tahun lalu.
'Iya apa enggak ya?' tanya Arsya dalam hati.
"Gimana Pak? ada perlu apa sama saya? apa tentang Naya?" tanya Rara.
Bukannya menjawab, Arsya justru malah diam sejenak. Arsya bingung harus bagaimana menata kalimatnya. Dulu dia yang terbuka dan langsung bicara tanpa basa basi aja malah akhirnya di tolak oleh Rara. Bagaimana dengan yang sekarang? Arsya menyeruput tehnya sambil menata hati dan pikirannya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com