Mobil Jessika terus melaju. Mereka dengan segera mengantar Jessika pulang ke kediamanya. Waktu sudah menunjukan pukul dua puluh. Sean menyuruh supirnya untuk mengejar mobil Jessika sampai di rumah Jessika. Jessi lalu di bawa ke kamarnya. Saat itu Papa Damian masih ada pekerjaan di luar kota. Terlihat hanya ada sang Mama Nyonya Damian.
Sean ikut masuk kedalam rumah tersebut.
"Ada apa?" Tanya Nyonya Damian.
"Sika kolik, perutnya kesakitan." Ucap Mbak Yati cemas.
"Oh, yasudah panggil Dokter saja!" Ucap Nyonya Damian lalu pergi. Tetapi langkahnya terhenti dan dia berbalik.
"Kamu siapa?" Nyonya Damian menangkap sebuah sosok asing di rumahnya.
"Saya Sean Tante." Ucap Sean ramah.
"Sean....? Iya Sean kamu itu siapa?" Nyonya Damian mulai mengerutkan keningnya.
Pertanyaan Mama Jessika membuat Sean terdiam kebingungan. Ingin sekali dia mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih Jesika. Pria yang sangat mencintai jessika. Namun dia tak bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Sean menghela nafas beratnya, dirinya sadar bahwa itu tifak boleh dia katakan. Semua itu atas permintaan dari Jessika sendiri.
"Saya Sean Tante, saya kakaknya Selo, tunanganya Jessika." Dengan sangat berat Sean memperkenalkan diri sebagai kakaknya Selo. Nyonya Damian langsung tersenyum.
"Oh ini Sean, terus kenapa kamu bisa datang bersama Sika?"
"Karena kami selesai syuting, kebetulan kami syuting bersama Tante." Ucap Sean dengan senyumanya. Nyonya damian mengerti apa yang sean katakan dia pun tersenyum lalu pergi. Sebelum pergi sean meminta ijin untuk masuk ke dalam kamar Jessika. Dan Nyonya Damian mengijinkan.
Nyonya Damian seolah tak perduli tentang segala hal yang menyangkut dengan Jessika. Jessika sakit atau mati seolah itu bukanlah urusan dia. Yang penting baginya. Dia sudah memberi Jessika makan dan tempat tinggal. Mungkin Nyonya Damian masih membenci Mamanya Jessika karena sudah merebut kasih sayang sang suami.
Ya begitulah jika di selingkuhi. Wanita mana yang akan tahan suaminya menikah lagi dan memiliki seorang putri dari istri mudanya. Perasaan Nyonya Damian seperti itu. Dia seolah mati rasa karena itu. Karenanya Nyonya Damian sangat acuh terhadap Jessika. Dia tak peduli dan tak mau tahu apapun soal Jessika.
Sean melihat betapa dinginya sikap nyonya Damian kepada Jessi. Sean merasa sangat iba dibuatnya. Rasa sayang Sean bertambah karena merasa kasian. Tidak tega melihat Jesi yang diacuhkan dan dianggap seolah tak ada.
"Kasihan sekali kekasihku, dia tidak mendapatkan kasih sayang dari Ibunya." Ucap Sean dalam hatinya. Sambil menatap kepergian Nyonya Damian. Sean lalu segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju ke kamar atas. Tempat dimana Jessi beristirahat. Sean tahu jelas dimana letak kamar Jessi. Kamar itu menjadi saksi penyatuan mereka malam itu.
Sean masuk ke kamar itu kembali. Sean melihat Jessi sudah terbaring lemah dengan mata yang terpejam. Sean lalu duduk di samping Jessi dan Menggenggam tangan Jessi dengan lembut.
"Apa Mbak Yayu sudah memanggil Dokter?" Ucap Sean sambil terus memandangi wajah Jessika yang kesakitan.
"Sudah Sean, jangan khawatir, sebentar lagi Dokter akan segera datang!" Ucap Mbak Yayu. Namun Mbak Yayu mengerutkan keningnya. Menatap ke arah Sean dan Jessi. Sean masih erat menggenggam tangan Jessika.
"Hmmm, Sean kenapa kamu disini?" Mbak Yayu melihat Sean dengan mata terpicing.
"Aku ingin menemani Jessika mbak, apa tidak boleh?" Ucap Sean dengan nada yang halus.
"Boleh sih, tapi, hubungan semacam apa yang kalian miliki?" Mbak Yayu mulai memberikan pertanyaan kepada Sean. Sebuah pertanyaan yang sulit Sean jawab.
"Kenapa, apa Mbak sangat penasaran?" Sean menjawab dengan tatapan Masih terpokus pada Jessika saja.
"Karena merasa aneh saja kenaoa kamu begitu perhatian kepada jesi."
Mbak yayu menatap sean penuh tanda tanya.
"Aku kakaknya Selo, tunanganya Jessi!" Ucap Sean menatap mbak yayu. Lalu pandangan beralih menatap Jessi kembali.
"Jawaban seperti ini membuat aku tidak puas. Seorang kakak ipar begitu perhatian dengan adik iparnya, sungguh terlalu keren Sean."
"Aku memang keren!" Sean tersenyum manis.
"Katakan saja semuanya padaku, aku bisa menjaga rahasia, sika sudah seperti adiku!" Mbak Yayu menunggu jawaban dari Sean.
Sesaat suasana terasa sunyi. Sean tidak kunjung menjawab pertanyaan dari sang manager jesi. Sean hanya diam sambil menatap sang kekasih.
"Ah kalian menyebalkan." Ucap mbak Yayu merasa kesal si kacangi.
"Aku mencintainya, sangat mencintainya." Ucap Sean pelan. Dan itu sontak membuat Mbak Yayu begitu terkejut. Mulut Mbak Yayu menganga dan matanya membulat mendengar ucapan Sean.
"Be ,benarkah?" Mbak Yayu masih syok.
"Iya , aku sangat mencintai Jessika. Dan akan selalu mencintainya sampai kapanpun!" Ucap Sean dengan lembut. Jessika sebenarnya mendengar semua pembicaraan Sean dan Mbak Yayu. Namun kini Jessi hanya bisa memejamkan mata menahan rasa sakitnya.
"Kamu , apa kamu gila Sean?" Mbak Yayu berbicara pelan, karena takut terdengar oleh orang rumah.
"Iya, aku gila, aku sudah tergila-gila oleh Jessi, kegilaan ini hanya bisa sembuh kalo ada obatnya, dan obatnya cuma Jessi saja!" Ucap Sean menatap Jessika tanpa melihat sedikitpun kepada Mbak Yayu. Mbak Yayu menggelengkan kepalanya. Dan menghela nafas sembarang. Dia tidak habis pikir. Kenapa Sean bisa segila itu. Pemuda yang sangat nekad.
"Kamu sudah tau kan Jessi itu cakon adik iparmu, seharusnya kamu berfikir lagi!"
"Aku tidak tahu, kalo saja aku tahu, aku tidak akan memberikan hatiku pada Jessika, saat pertama aku mnegenalnya. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku mencintai Jessika tulus, biarpun Jessi tidak menyukaiku, aku akan tetap mencintainya." Ucap Sean dengan nada pilu. Wajah Sean terlihat sedih. Mbak Yayu menjadi sangat iba dibuatnya. Mbak Yayu bahkan hanya terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Bisakah Mbak Yayu merahasiakan ini untuk senetara waktu, karena Jessika tidak mau hubungan kami terbuka!"
Sean berkata sambil menatap Mbak Yayu.
"Ahm. Emmm.. tunggu, kalian benar-benar berhubungan?" Mbak Yayu mengerutkan keningnya
Sean mengangguk "iya."
"Su, sudah sejauh mana hubungan kalian?"
"Sudah seperti suami istri." Sean menjawab tanpa ragu.
"APA?" Mbak Yayu berteriak karena begitu terkejut mendengar jawaban sean.
Jessi membuka matanya dan menatap Mbak Yayu dengan mata sendu penuh. Kesakitan.
"Bisakah kalian diam, aku sungguh kesakitan!" Jessika mulai menitikan air matanya menahan rasa sakit pada perutnya. Sean mengelus perut jesika dengan lenbut. Sedang mbak Yayu mengangguk " Iya, sika."
Jessika kembali memejamkan mata. Dan beberapa saat kemudian Dokter baru datang. Dokter itu dengan segera memeriksa keadaan Jessika. Dan hasilnya memang Jessika terlalu lelah. Rasa sakit pada perutnya diakibatkan oleh gunpalan darah haid yang belum keluar hingga menimbulkan kontraksi. Dan sakit haid seperti ini dinamakan dismenorea.
🌺Bersambung🌺