webnovel

Menuju ke Grand Line

Nama Bajak Laut Flowers kali ini sudah di kenal oleh banyak orang karena kejadian yang terjadi di Pulau Mantai yang berada di East Blue.

Dalam Bajak Laut tersebut ada 3 Anggota yang mendapatkan Nilai Buronan lebih dari 100 juta Berry.

Sekarang aku dan teman temanku sedang menuju ke Loguetown sebelum pergi ke Grand Line.

Aku membawa Korban Korban dari Pulau Mantai ke Loguetown karena Pulau mereka sudah tidak bisa di tinggali lagi.

Hari hari yang kami lewati juga tidak ada masalah.

"Leon, apa kau sudah melihat Pulaunya?"

"Ya, itu adalah Kota awal dan akhir, Loguetown"

Karena aku yakin Luffy dan yang lainnya sudah meninggalkan Loguetown, kami tidak perlu takut lagi untuk berlabuh di tempat itu.

Aku juga yakin sejak kejadian Luffy dan teman temannya di Loguetown membuat Smoker tidak berada di Pulau tersebut lagi.

Tujuan kami berada di Loguetown hanya untuk mengisi persediaan makanan, minuman, dan lain lain yang akan kami gunakan menuju ke Grand Line.

Tempat yang ingin aku datangi pertama kali di Grand Line adalah Alabasta karena aku tertarik dengan dua Poneglyph di tempat tersebut.

Poneglyph yang pertama berada di reruntuhan bawah tanah yang ditemukan oleh Luffy, Zoro, dan Chopper ketika mereka tersesat karena Luffy.

Poneglyph yang kedua berada di bawah tanah Ibu Kota Alabasta.

Di dunia ini ada 2 orang yang bisa membaca tulisan Poneglyph di dunia. Yang pertama adalah Nico Robin dari Kru Bajak Laut Topi Jerami Luffy dan yang kedua adalah diriku sendiri sebagai Kapten Bajak Laut Flowers atau Shirogami.

Ketika kami sudah menghentikan Kapal di Pelabuhan, aku memberikan Uang sebesar 20 juta Berry kepada Masing Masing Korban di Pulau Mantai.

Tempat yang ingin aku kunjungi di Loguetown ini hanya Tempat Eksekusi Raja Bajak Laut Gol D. Roger saja dan juga Toko Pedang.

Meskipun aku pengguna Sniper dan Pistol, teknik berpedangku juga tak kalah baik dari keahlianku sebagai Penembak Jitu.

"Kalian tidak masalah bukan jika aku turunkan di Kota ini?" tanyaku kepada korban Pulau Mantai

"Ya, Terima kasih banyak atas bantuan kalian" jawab salah satu dari mereka

"Gunakan uang yang saya berikan dengan baik baik. Jangan terlalu banyak banyak mengeluarkan uang"

"Baik! Terima kasih banyak"

Setelah aku mengatakan hal seperti itu, mereka semua langsung berpencar dan memulai kehidupan baru mereka di Loguetown.

Mereka semua berhasil berpencar dengan selamat karena tidak ada satu pun Angkatan Laut yang berada di Pelabuhan Loguetown.

"Sekarang, kita berpisah disini. Kita berkumpul kembali di Kapal pada malam hari nanti dan melanjutkan perjalanan pada besok siang"

Setelah aku mengatakan hal tersebut, kami berpisah masing masing untuk berbelanja kebutuhan kami masing masing.

Dengan membawa Sniperku di Punggung dan Pistol di paha kanan dan kiri, aku langsung berjalan jalan menikmati pemandangan Kota Loguetown.

Pakaian yang aku pakai saat ini adalah Kaos berwarna Putih dengan lambang Bajak Laut Flowers di depan dan Jaket Bajak Laut Flowers serta Celana pendek seperti milik Luffy.

Orang orang disekitar tidak akan mengetahui kalau aku membawa Sniper karena aku menaruh Snipernya setelah Baju yang berarti Sniperku ditutupi oleh Jaketku.

Ketika dalam perjalanan menuju ke Tempat Eksekusinya, aku tidak dicurigai oleh orang orang setempat meskipun aku adalah Orang yang telah membunuh Tenryuubito serta memiliki Bounty sebesar 550 Juta Berry.

Ketika aku sampai di tempatnya, aku lupa dengan satu hal yang sangat dasar.

"Pergi ke tempat lain saja lah. Tidak ada gunanya pergi ke tempat Eksekusi padahal tempatnya sudah hancur oleh Petir ketika Buggy ingin mengeksekusi Luffy" ucapku sendirian

Meskipun tidak ada apa apa lagi, aku tetap bersumpah di hadapan Tempat Eksekusi Raja Bajak Laut untuk mengarungi Dunia yang luas ini dan membongkar apa yang terjadi pada Abad Kekosongan.

Setelah itu aku langsung pergi ke Toko Pedang yang pernah dikunjungi oleh Zoro dan dia membeli Sandai Kitetsu di Toko tersebut.

Ketika aku memasuki tempatnya, orang tua itu sama sekali tidak menyapaku dan aku langsung memutuskan untuk melihat lihat pedang yang ada.

Dari banyaknya pedang yang ada, hanya ada dua pedang yang membuatku tertarik.

"Ossan, apakah kau menjual pedang ini?" ucapku kepada Pemilik Toko sambil menunjukkan pedang Kayu yang aku pegang

"Ya, itu hanya berharga 1 Juta Berry saja"

"Pedang ini berasal dari Kayu Pohon Adam yang kuat bukan?" tanyaku lagi

"Ya. Meskipun itu pedang kayu, tetap akan sakit jika digunakan untuk melawan orang"

"Aku akan membelinya"

Meskipun pedang kayu, aku tidak masalah karena aku ingin seperti Gintoki dari Anime Gintama yang hanya memakai Pedang Kayu akan tetapi pedangnya bisa menghancurkan apa saja.

Selain itu, aku akan meminta tolong kepada Orang Tua itu untuk menuliskan 'Danau Toya' pada bagian Ganggangnya supaya seperti milik Gintoki.

Pedang lain yang menarik perhatianku adalah Pedang berwarna merah dengan ukiran berwarna putih pada ganggangnya.

Selain itu, pedang ini berada di Barel yang menunjukkan semua pedang yang ada disini dijual dengan harga 50 ribu Berry saja dan langsung membawa dua pedang yang aku beli kepada Orang Tua tersebut.

"Ossan, aku beli dua pedang ini"

Ketika aku menyerahkan Pedang Merah itu tadi, orang tua itu langsung sedikit gugup dan mengeluarkan keringat di wajahnya.

"Ossan, apa kamu sakit?" tanyaku

"Tidak. Apa kamu serius ingin membeli pedang merah ini?"

"Ya" jawabku polos

"Jika kamu melukai seseorang meskipun menggoresnya sedikit, maka orang tersebut akan terkena Racun yang mematikan dan bisa menyebabkan Kematian. Ini adalah Pedang Terkutuk, Murasame"

Murasame?

Aku pernah mendengar nama itu sebelumnya tapi aku tidak mengingatnya.

Setelah perlahan lahan mencoba mengingatnya, akhirnya aku berhasil mengingat pedang Murasame.

Pedang Murasame adalah Senjata Teigu yang digunakan oleh Akame dari Anime Akame ga Kill.

Tidak pernah kusangka kalau aku menemukannya di dunia ini.

"Jadi, apa kamu tetap membeli pedang ini?"

"Ya, aku tidak peduli dengan hal seperti itu. Ohh iya, aku minta tolong kepadamu untuk menuliskan 'Danau Toya di Ganggang Pedang Kayu ini"

"Baiklah. Total semuanya adalah 1 juta 75 ribu Berry. Silahkan ambil Pedang Kayumu ini nanti sore"

"Baik. Saya mempercayakannya kepada anda"

Setelah itu aku membawa Murasame dan meletakkannya di Pinggangku seperti Zoro dan juga Shanks.

Karena belum makan, aku memutuskan untuk makan Daging di Restoran yang ada untuk mengatasi Kelaparanku.

Meskipun tempatnya berisik karena gangguan dari banyaknya orang, aku tidak mempermasalahkan hal itu karena aku tidak merasakan gangguan.

Setelah selesai makan sampai kenyang, aku kembali lagi ke Toko Pedang tadi untuk mengambil Pedang Kayu yang sudah aku beli.

"Terima kasih ya, Ossan"

"Ya, jangan rusak pedangku loh"

Aku menjawab ucapan Orang Tua itu tadi dengan lambaian tangan saja dan pergi keluar dari Toko.

Kali ini aku berjalan jalan sambil mencari Makanan yang enak lagi karena meskipun sudah kenyang, aku tetap saja merasakan lapar jika itu bukan masakan dari Firo, Nojiko, atau Bibi Julia.

Setelah berkeliling Kota Loguetown, aku memutuskan untuk kembali ke Kapal dan tidur karena hari sudah malam.

Pada Pagi harinya aku langsung Makan Makanan yang sudah disiapkan oleh Firo untukku pribadi dan setelah itu berkeliling Kota lagi.

Matahari perlahan lahan berada di atas kepala dan hari mulai Siang.

"Shiro, Kapal sudah siap untuk berlayar" ucap Leon

"Baiklah. Tujuan kita adalah Grand Line. Turunkan Layar dan segera berlayar menuju ke Grand Line lewat Calm Belt"

"BAIK" ucap mereka serentak

Setelah itu kapal kami berlayar menuju ke Grand Line.

Bab berikutnya