webnovel

Bagian Sepuluh Pertikaian & Amarah

Part sebelumnya :

Aku mendekat ke arah Endy. Aku mencoba mendekatinya dan memegang tangannya untuk memastikan suhu tubuh Endy. Apakah ia terkenda demam hebat lagi? Atau bagaimana. Namun hal yang tidak kusangka-sangka akhirnya terjadi, sebuah sapuan tangan mengarah kepadaku dan mendarat tepat di wajahku, 'Plak!!'

"Lepaskan, bangsat!!! Pergi dari sini!" Endy mendelik ngeri ke arahku dengan suaranya yang berubah menjadi parau.

***

Aku masih belum menyadari dengan apa yang tengah terjadi sekarang ini. Endy tampak sangat marah dan kemudian mencoba untuk menyerangku. Ia melompat dan kemudian mencoba melayangkan tinjunya ke arahku. Aku dengan sigap menangkap tangannya dan memitingnya ke arah belakang, namun sesaat kemudian tangannya yang sebelah kiri mencoba untuk lepas dengan cara mencengkram salah satu tanganku.

"Sudahlah .... hentikan tindakan tidak perlu seperti ini, En!" cobaku menenangkan dirinya.

"Kau tidak tau apa-apa! Diam!!!" Endy membentakku dengan suaranya yang tinggi melengking.

Jawir, Tony dan Dwi hanya diam mematung, mereka tidak berani memisahkan perkelahian antara aku dan Endy.

Aku tidak paham dengan apa yang terjadi, kenapa anak ini menjadi begitu marah denganku. Aku masih mencoba menenangkan dirinya, walau kedua tanganku sekarang tengah memegangi kedua tangannya agar hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Lepaskan aku!! Lepaskan!! Jangan sok kuat kau manusia!!" ancam Endy kepadaku.

Tony hanya menggeleng, tampaknya ia melihat hal aneh di muka Endy. Aku yang melihat ke arah Tony cukup kebinggungan dengan apa yang terjadi, tampaknya benar anak ini kerasukan makhluk lain. Jawir hanya menatap Endy dengan tatapan sinis tak suka, sedangkan Dwi terlihat sedikit waspada dengan tindakan Endy.

Aku membalik tubuh Endy dan mendorongnya ke arah depan. Aku kemudian melihat perubahan Endy yang tidak manusiawi lagi, matanya seolah hanya terlihat putihnya saja dan kemudian sesosok bayangan hitam tampak berada di belakangnya, sosok ini sama persis dengan sosok yang berada di lantai dua rumah ini.

"Kau tidak usah bertingkah sok kuat disini! Kau memiliki penjaga? Kau pikir aku takut? Dengan Harimau putih yang ada di belakangmu itu? Sudah dari awal aku tidak suka dengan makhluk yang mengacak-acak tempat tinggalku ini!" umpat makhluk itu kepadaku.

Aku sebenarnya paham benar dengan apa yang dibicarakan oleh makhluk yang ada di dalam tubuh Endy. Namun aku masih mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dan berfokus dengan makhluk yang ada di depanku saat ini. Jawir yang mendengar hal itu hanya tersenyum dan berkata, "Pantas, pemilik Harimau putih!" sembari tertawa.

"Anak ini benar-benar kerasukan!" timpal Dwi bersikap waspada. Tony hanya diam membatu, dia tampaknya cukup takut dengan keadaan apa yang ada di depan matanya.

Endy kini bersiap, ia mencoba melayangkan sebuah tendangan kaki depan ke arahku. Aku yang memang memiliki basic semenjak SD belajar ilmu bela diri Tapak Suci hanya menanggapinya secara santai. Aku memblokir tendangan itu dengan kedua tanganku dan mencoba untuk membantingnya ke arah bawah, tendangan itu berhasil ditangkis dan berlanjut dengan sebuah tinju yang mencoba untuk meraih mukaku. Aku terdorong beberapa langkah ke belakang dan masih mencoba untuk berbicara dengan baik.

"Aku akan menghabisimu manusia! Kau pasti mati!" ancamnya kepadaku.

"Coba saja kalau bisa! Lebih baik kau keluar dari tubuh anak ini!" balasku.

Aku memberikan isyarat kepada Tony, Jawir dan Dwi. Endy mencoba menyerangku sekali lagi, hingga hampir membuatku menabrak jendela kaca yang berada tepat di belakangku. Aku tidak berharap hal itu terjadi, karena pecahan kaca jendela itu bisa saja melukai tubuhku. Aku kemudian menangkap tangan Endy dan mencoba untuk menguncinya lagi, disusul dengan Tony, Jawir dan Dwi yang kini juga ikut memegangi Endy. Aku mengambil inisiatif, memegang kepala Endy dan membacakan ayat-ayat suci al-qur'an terutama ayat kursi dan an-nass secara berulang-ulang, hal aneh kemudian terjadi, tubuh Endy mengerang hebat. Ia menjerit dengan keras, "Arghhhh!!!" tubuhnya meliuk-liuk mengerang kesakit sembari memegangi perutnya.

"Arghhhh!!! Sakittt!!! Sakittt!!! Aku ingin pulang!!!!" Endy masih berteriak-teriak, beruntung pintu ditutup dari dalam, jadi tidak banyak yang mengetahui mengenai keadaan Endy saat ini.

"Pulanglah ke tempatmu! Kami tidak menganggu kalian!"

Sosok ini kemudian menjawab, "Antarkan aku kembali ke tempatku!" Ia kemudian menunjuk ke salah satu arah yang membuatku seolah tak percaya. Makhluk yang berada di dalam tubuh Endy ini menujuk ke arah salah satu sudut desa, tempat itu adalah pemakaman tua yang merupakan pemakaman pertama dari desa ini. Memang banyak gosip yang beredar mengenai angkernya pekuburan tersebut, bahkan kami para anak-anak KKN pernah diberitahu, untuk agar tidak mendekati atau berada di daerah tersebut.

Aku masih mencoba berfokus, membacakan ayat-ayat suci al-qur'an tersebut, hingga kemudian tubuh Endy melemas dan seketika itu juga pingsan. Jawir, Tony dan Dwi yang memegangi tubuh Endy kemudian mengangkat tubuh itu dan membaringkannya di atas tempat tidur. Ternyata keributan ini memancing beberapa tetangga berdatangan ke rumah KKN. Aku dan anak-anak yang lain menjelaskan mengenai keadaan Jawir barusan yang tampak seperti orang yang sedang kesurupan, lalu seorang tua dengan kopiah haji berwarna putih maju mendekat dan berkata kepadaku, "Panggil saja Abdur! Mungkin anak ini masih bisa diselamatkan!"

Aku kemudian meminta Tony dan Dwi untuk segera pergi ke rumah Pak Abdur yang berada di sebelah Masjid, sedangkan anak-anak yang lain terutama yang wanita cukup ketakutan dan mengunci diri di dalam kamar, barulah setelah para warga pulang mereka akhirnya mau bertanya mengenai keadaan Endy yang sebenarnya.

Jawir kemudian berkata kepadaku, "Pantas saja keris putih ingin kau yang menjadi tuannya! Ternyata karena itu!" ia tidak melanjutkan ceritanya dan kemudian berangsur pergi meninggalkan kami semua. Entah kemana perginya.

Aku kemudian hanya terduduk diam di dalam kamar mencoba mencerna semua yang terjadi belakangan ini. Endy yang kesurupan. Ia juga sempat menyindir makhluk yang memang sudah menjadi dongeng di dalam keluarga besarku, mengenai kami yang memang memiliki penjaga berupa harimau. Pamanku rumornya memiliki penjaga seekor macan kumbang, kakek yang memiliki harimau kuning dan katanya aku juga memiliki penjaga seekor harimau putih. Aku sendiri sebenarnya setengah percaya tidak percaya, namun ucapan dari makhluk tadi cukup membuatku berpikir keras dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Pak Abdur kemudian datang bersama dengan Dwi dan juga Tony. Ia kemudian mencoba untuk meruqiah Endy dengan lantunan ayat suci al-qur'an prosesi ruqiah ini berjalan sekitar 1 jam, hingga kemudian tubuh Endy melemas dan kembali pingsan. Pak Abdur berpesan agar Endy harus segera dipulangkan ke rumahnya. Ia berangapan kalau Endy tampaknya terlalu banyak melamun dan menyebabkan dirinya rentan dimasuki Jin. Aku segera menelepon Pak Rahman Dosen Pembimbing Lapangan kami untuk menanyakan kontak telepon keluarga Endy. Aku harap Endy dapat segera sembuh.

#Bersambung

Bab berikutnya