webnovel

Pengaruh James

Gue emang sengaja pergi kekampus tanpa pamit sama dia secara langsung ini akan menjadi kebiasaan gue. Toh tuk apa gue harus nunggu itu anak, kalau ujungnya dia pergi sama Sera. Dan seperti biasa gue pergi naik bis. 

Hemm...., sebenarnya gue rindu banget sama dia. Pergi kekampus bareng, apa lagi tingkah kami kalau dimobil, yang ga teriak nyanyi lah,  joget lah tanpa ada malunya. Rasanya gue pengen cepet pisah deh sama dia ketimbang gue semakin lama sakit hati. "sedih banget rasanya ya Tuhan,, gue kangen banget sama masa itu dulu.. 😢".

Suara riuh pagi ini kembali terulang,  sepertinya gue tahu deh apa yang dilebaykan mahsiswa disini.

"Ya ampunnn, semakin romantis aja sih mereka."

"Pacaran kagak sih mereka ya?"

"Tunangan kali Dirles sama Sera.."

Omongan penuh omongan,  ngebuat gue semakin mempercepat langkah gue, gue ga mau kepergok lagi lihat dia. Ga sanggup gue lihat mereka yang mesra terus, gue pun langsung masuk lorong sembunyi dibalik dinding. gua menunduk sambil menepuk pelan jantung gue yang berdetak ga karuan.

Mencoba menahan jangan sampai gue nangis lagi. Gue berdoa semoga langkah mereka cepet pergi dari hadapan gue. Tetiba kepala gue terangkat, gue mendenger derap langkah semakin mendekat dan suara Dirles yang udah gue hapal.

Gue menoleh kesamping yang berpapasan dengan langkah nya mereka, mata gue lagi-lagi terfokus sama genggaman erat mereka seakan mereka ga mau terpisah. Gue melihat senyuman tertawa dari wajah Sera. Lagi-lagi gue gagal tuk ga menangis.

Blassshh, air mata yang semakin deras jatuh, gue menggigit punggung tangan gue menahan suara isak tangisan gue supaya ga terdengar. Beruntung Dirles memunggungi gue, setidaknya dia ga melihat gue. Ga lama mereka pun menghilang dari pandangan mata gue.  

Gue cuma bisa diam mematung menatap kosong kedepan. Ga lama gue merasakan ada jari yang mengusap air mata gue dipipi,  gue pun menoleh kesamping, James,  ya james yang mengusap air mata gue sambil tersenyum. 

Astagaa,  gue ketahuan menangis,  semoga dia ga tahu kalau gue menangisi sahabatnya. Gue pun langsung menepis tangannya pelan,  gue ga mau cowok lain mnyentuh gue sembarangan apa lagi sahabat Dirles.

"Ekh, maaf James gue pamit masuk kelas dulu."

"Lo menangisi suami lo Dirles kan?"

Langkah gue pun terhenti denger omongannya. Kok tahu sih? jangan-jangan dia udah lama kali lihat gue nangis, anjirrr.. bego sih gue. Gue pun menoleh kebelakang natap dia.

"Enggak kok, gue cuma kelilipan doank kok."

"Ya..ya..ya, alasan klise banget para cewek semua, ga usah bohong deh lo. Gue udah dari tadi lihat lo masuk lorong ini."

Wah, bahanya ini kalau dia tahu,  ntar pasti dia laporin sama dirles kalau gue cinta sama dia. Aduh....gue pun kembali mendekati James.

"Hum..ham.."

"Apa? ham.. hemm.. humm?" njir nih anak. Palak gue dalam hati.

"Humm, James gue mohon jangan kasih tahu Dirles ya, plisss.."

"Kasih tahu apa? kasih tahu kalau lo habis menagisi dia dan kasih tahu kalau lo ternyata mencintai dia. " ntah kenapa gue tiba-tiba menangis lagi.

"Hiks..hiks, pliss jangan kasih tahu dia. Gue ga mau dia semakin membenci gue James. Pliss jangan kasih tahu dia." ucap gue memohon.

"Kenapa dia ga boleh tahu? kenapa jadi dia menbenci lo? kan wajar kalian saling tahu perasaan apa lagi saling cinta, kalian kan suami istri."

"Hiks..hiks, dia ga mncintai gue James. Dia mencintai Sera. Pliss jangan kasih tahu dia. Gue mohon James. Hiks..hiks."

Drapp..!!

Tiba-tiba James udah meluk gue aja. Gue pun sempat berontak. Tapi gagal karena dekapannya erat banget. Dan gue mulai tenang, saat dis mengelus kepala gue.  Seakan menenangkan gue.

"Semua baik aja Khristal, maaf kan sahabat gue Dirles, Dia hanya aja belum menyadari perasaannya."

"Hiks..hikss, sakit James. Hati gue sakit james. Gue udah lama memendam cinta sama dia James. 7 tahun James.. 7 tahun gue memendam cinta sama dia. Tapi dia ga menoleh sedikit pun ke gue. Gue harus apa James?"

"Iya, gue ngerti perasaan lo Khris. Tapi gue mohon pliss, tetap bertahan buat dia, tetap mencintai dia. Lo lebih pantas mendapatkan cinta Dirles dari pada Sera. Karena lo istrinya."

"Lo ga bakalan ngerti James. Harus berapa kali gue bilang, Dirles ga mencintai gue. Hiks..hiks..bahkan dia mau nikahin Sera dan akan mnceraikan gue James." gue merasakan dia sepertinya syok dengan ucapan gue.

"Hey..hey, Khris lihat gue. Lihat gueKhris..." gue pun akhirnya meliat James.

"Jangan berhenti mencintai Dirles, lo lebih berhak." gue menggelengkan kepala petanda ga mungkin.

"Gue akan membuat Dirles membuka mata dan hati nya buat melihat lo, lo hanya perlu bersabar, dan tadi apa kata lo? dia ceraikan lo?  gue mohon sama lo, perlambatkan rencana gilaknya itu."

"Jangan James, justru gue mau mempercepat perceraiann itu, biar dia bahagia sama Sera."

"Engga, maksud gue lo hanya memperlambat rencana gilak dia itu. Nih lah waktunya buat dia buka hati sama lo."

"Tapi_"

"Hey, dengerkan gue ngomong. LO CINTA sama DIRLES?" gue pun mengangguk pelan.

"Lo mas buat dia bahagia?" gue pun mengangguk lagi.

"Buat dia bahagia bersama dengan lo."

"Tapi itu ga mungkin, karena gue udah janji mau bantu dia dapatin Sera."

"Akh, lo sama aja begonya sama Dirles." njir nih anak ngatain gue bego.

"Maksud gue, lo tetap bantu dia sama Sera. Tapi diperlambat. Dan maksud gue,  disaat lo memperjuangkan Dirles sama Sera, gue yakin dia akan menyadari perjuangan lo ke dia. Dia pelan-pelan akan menyadari ketulusan lo ke dia lebih dari kata sahabat, dia pelan-pelan akan menyadari bahwa lo yang dibutuhkannya, dia akan pelan-pelan mulai ketergantungan sama lo, dan dia akan mulai takut kehilangan lo,  disaat dia kehilangan lo dia menyadari bahwa dia mencintai lo." gue pun terdiam apa yang dibilang James.

"So, mau kan berjuang buat dia bahagia bersama lo?" gue pun lagi-lagi mengangguk. Nasehat James bener-bener jadi mantra buat gue.

"Jadi, kalau pun dalam waktu dekat nih buat lo sakit hati. Lo tetap harus bersabar. Semua hanya tinggal menunggu waktu yang baik. Lo harus kuat ya, ga apa kalau lo nangis, itu wajar tapi seperti gue bilang. Tetap  kuat dan berjuang, oke adik kecil gue?" hah? dia bilang gue adik kecil.

"Lo bilang gue adik kecil?" ucap gue ketus.

"Ya iya lah, gue udah anggap lo seperti adik gue. Ntah kenapa gue merasa tanggung jawab sama lo Khris,  mungkin nih efek gue kangen sama mendiang adik gue Cleo. Sifat kalian hampir sama. Sama-sama petakilan,  sama-sama tukang baper sama cowok idamannya." gue pun mengerucutkan muncung gw. Tapi ntah kenapa gue jadi senang, jadi sekarang gue punya abang.

"Hehehe, maksih abang James. Maaf kalau jadi mengingat mendiang adik lo Cleo."

"Iya, gapapa yaudah lo sekarang masuk kelas ya. Ingat pesan gue tadi ya dek." gue pun tersenyum tertawa.

"He em.., sekali lagi makasih ya abang buat supportnya. Ekh, tapi janji ya rashasia jangann ada yang tahu apa lagi Dirles."

"Oke adik kecil ku." balasnya dengan jari 👌. Gue pun langsung lari kekelas.

"Kris.. Khris, lo beneran mirip banget sama adik gue Cleo. Tuh sebabnya gue merasa tanggung jawab sama lo. Semoga kamu bertahan tuk sabar ya Khris,  gue yang akan menghajar tuh sikampret Dirles." james pun hanya menggeleng kepala mengingat drama abang adik tadi. Dan akhrinya james pun melangkah masuk kelas.

Bab berikutnya