webnovel

Pollyaana

Pollyaana terlihat sangat fokus.

Nana (anak anjingnya) mulai diturunkan.

.

.

.

"Hua, apa itu?" Kejut Name.

"Ada lagi?" Kejut Butterfly.

"Ini... lebih besar!" Kata Night Hero.

"Dan juga... lebih kuat... aku bisa merasakannya!" Kata Name.

Anak anjing itu (Nana) meraung.

.

.

.

"Ayo, kamu sekarang bebas mengamuk, Pollyaana." Kata Shinaiaru.

"Baiklah." Jawab Pollyaana dingin.

.

.

Alexa merasa sangat kecewa.

"Seharusnya aku mencurigainya dari dulu.. seharusnya aku mendengarkan Kata-kata Nera dan Luciana dan juga Aerum.." tangis Alexa.

"Masa lalu sudah tidak bisa diubah... Alexa, aku tidak tahu harus apa.." kata Kurosa sedih.

"...."

"Apakah mereka bisa mendengar kita?" Tanya Rheinalth.

"Aku tidak tahu... sepertinya bisa, terakhir kali kita berkomunikasi dengan Shinaiaru." Kata Junko.

"Seharusnya ia mendengarkan tangisan sahabatnya!" Kata Rheinalth sedikit emosi.

"Rheinalth..." kata Ermin sambil memegang tangannya.

"Jika ia berkhianat... ia tidak akan mendengar tangisan siapapun.." kata Ermin sedih.

Mereka semua sedih.

.

.

.

"..."

"Ayo, Nana." Kata Pollyaana di dalam pikirannya.

.

.

.

"Graaaaaaaaaaaaaah!"

Nana mengaum, aumannya itu menggema.

Butterfly, Night Hero, Name, dan Nomu tidak dapat menahannya. Mereka semua terjatuh.

.

.

.

"Aaah.. apa ini?" Kejut Alvina.

"Awas!" Teriak Alfred.

Alfred segera menggendong Alvina, lalu membawanya ke tempat yang aman.

.

.

.

"Bagus, Nana.." kata Pollyaana.

.

.

.

"Eeh?" Kejut Name.

"Dia? Mengapa?" Tanya Nomu.

Raksasa itu membalikkan badannya, raksasa itu membelakangi Night Hero, Butterfly, Name, dan Nomu.

"Ada apa?" Kejut Name.

"Awas! Mungkin ia akan menyerang kita! Mungkin dia hanya mengecoh!" Kata Nomu.

Bab berikutnya