webnovel

Mari Kita Putus Saja

Editor: Wave Literature

Jika Gu Xicheng memikirkan ini. Dalam hatinya pasti ia merasa bersalah!

Apakah mungkin Chi Wan lebih penting daripada dirinya yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri selama bertahun-tahun? 

Sempat terlintas rasa takut yang membelenggu dalam hatinya. Gu Xicheg juga tidak luput dari pandangan mata Wen Mo yang tajam.

Wen Mo bergumam, "Chi Wan sudah menjadi wanitaku, aku tidak mengizinkan siapapun menghinanya!" 

Wen Mo yang saat itu mengenakan setelan jas yang rapi. Wajahnya yang tampan dan sikapnya yang acuh, ia melihat Rong Xi dengan tatapan yang tajam, kemudian berkata dengan tegas, "Kamu, juga tidak boleh!" 

Selesai berbicara, dia pergi meninggalkan ruangan tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Gu Laosan! Jika sekali lagi kamu menyakiti perasaan dewiku, jangan salahkan Laozi jika membunuhmu! Memang, tidak banyak yang Laozi punya, tetapi ia punya uang! Dia juga bisa menyingkirkan setengah hidupmu!"

(Gu Laosan adalah panggilan untuk Gu Xicheng)

Dari apa yang dikatakan Wen Mo sepertinya, Rong Xi mendapat suatu pelajaran baru.

"Keluar!" Teriak Wen Mo.

Gu Xicheng hanya meliriknya, lalu menumpahkan seteguk anggur ke sofa.

Rong Xi menatap Wen Mo kemudian bergegas lari keluar.

Memang tidaklah mudah menjalin suatu hubungan dengan orang yang di impikan, dan kini semuanya telah hancur oleh si brengsek ini!

  ...

Chi Wan berjalan di tepi sungai, angin sepoi-sepoi meniup rambutnya.

Air matanya sudah tidak dapat terbendung lagi, ia pun menangis. Memikirkan betapa kerasnya kehidupan yang dijalaninya.

Chi Wan berbicara pada dirinya sendiri, "Ini hanyalah pasir yang membuatnya menangis."

Dia berjalan perlahan tanpa memperhatikan sekitarnya, perlahan-lahan menuju mobil sportnya.

Pria yang berada di dalam mobil itu seharusnya ia tidak merokok. Namun kini, di ujung jarinya terlihat ia sedang memegang rokok yang telah terbakar, matanya menatap Chi Wan yang sedang berjalan melawan angin yang dingin, sambil sesekali mengangkat tangannya untuk menghisap rokoknya.

Rambut panjang Chi Wan melayang-layang di tepi sungai seperti bunga lili yang gugur.

Perasaan Wen Mo awalnya seperti angin yang terbang bebas, bukan untuk seseorang yang ingin tinggal.

Tapi setiap kali Chi Wan berada di sisinya, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya…..untuk tetap tinggal di hatinya.

Chi Wan pulang menuju apartemennya dengan berjalan kaki. Dia menundukkan kepalanya dan rambutnya yang panjang menutupi wajahnya, tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa dia adalah seorang bintang film.

Sampai di pintu apartemen, dia menyentuh sebuah kartu nama ketika mengeluarkan kunci. 

Kartu ini adalah kartu yang diberikan Wen Mo saat bertemu dengannya kemarin. 

Chi Wan menghela nafas, kemudian ia mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan dan mengirimkannya ke nomor yang ada pada kartu nama itu.

Di dalam mobil, Wen Mo mendengar suara getaran. Dia mengeluarkan hp dan membuka pesan dari Chi nWa.

[Mari kita putus saja.--Chi Wan]

Tatapan Wen Mo bersinar seperti cahaya berlian, kemudian sinar cahaya itu menghilang tanpa jejak. Dia mengepalkan tangannya hingga urat tangan yang berwarna hijau terlihat sangat jelas di dalam kulitnya yang putih itu. Ia menggenggam dengan sangat kuat.

Hp yang ada digenggamannya itu terjatuh dan rusak.

Setelah itu ia baru sadar, bahwa ponsel yang ada digenggamannya kini sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi.

Ia langsung melemparkan ponselnya ke belakang mobil, dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Lalu ia menyalakan mobil dan pergi.

Saat itu Chi Wan merasa lega, setelah ia mengirimkan pesan itu pada Wen Mo, seperti ada beban yang terlepas dari dirinya.

Antara dia dan Wen Mo seperti ada perbedaan yang memang harus memisahkan mereka suatu hari nanti.

Di dalam kehidupan mereka berdua, meskipun hubungan diantara mereka hanyalah sebuah sandiwara, tetapi juga sangat sulit untuk dilanjutkan.

Hari ini mereka sudah memainkan sandiwaranya dengan baik, kira-kira mereka bisa meredam amarah untuk sepuluh atau beberapa hari kedepan.

Ketika kondisi emosional mereka sudah membaik, mereka berencana akan mempublikasikan pada awak media tentang perpisahan mereka.

Yun Shanshan mendengar suara pintu terbuka, ia pun segera menyambut kedatangan Chi Wan.

"Kakak Wan, kamu sudah kembali?" 

Chi Wan melihat ruangannya sangat rapi bahkan lebih rapi daripada hotel bintang lima. Sampai-sampai ia hampir saja dia mengira salah masuk ruangan!

"Heheheh, ruanganmu tadi sedikit berantakan. Aku hanya ingin membantumu membersihkannya. Jangan salahkan aku telah mengacaukan barang-barangmu!"

Yun Shanshan berbicara sambil sedikit canggung.

"Seharusnya aku berterima kasih padamu, bagaimana mungkin aku menyalahkanmu?" Chi Wan tersenyum. "Bibi bilang kamu tidak punya tempat tinggal. Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa tinggal bersamaku."

Bab berikutnya