Xia Wanan merasa tidak ada yang salah, jadi ia menjawab sambil tersenyum, "Iya."
"Ohh, saya ingat lantai 27 itu ditinggali seorang pria tampan…" Wanita paruh baya itu menjelaskan pada Xia Wanan. "... Kamu jangan salah paham. Aku tidak memata-matai privasi orang. Aku adalah anggota komite lingkungan daerah..."
Karena penasaran, wanita paruh baya itu berkata lagi, "Aku sudah lama tidak bertemu dengan pria itu. Apa kamu pacarnya dan datang untuk mengunjunginya?"
Wanita itu berhenti berbicara dan memperhatikan Xia Wanan yang membawa barang berupa sayuran hijau serta beberapa kebutuhan sehari-hari. "Kamu tinggal di rumah pria itu, 'kan? Apa kamu istrinya? Bagus sekali, kalian adalah pasangan yang sempurna, sangat cocok…"
Kalimat yang diucapkan oleh wanita itu tidak salah. Menurut hukum, memang Xia Wanan adalah istrinya. Tapi, Han Jingnian tidak suka jika Xia Wanan bersikap ceroboh dengan berkata dirinya adalah istri Han Jingnian di mana-mana. Wanita paruh baya itu tinggal di gedung yang sama dengan Han Jingnian. Ada kemungkinan Han Jingnian dan wanita tersebut bisa bertemu kapan saja. Si wanita paruh baya terlihat sangat ramah pada orang yang baru dikenalnya. Jika suatu saat nanti Han Jingnian bertemu dan mengobrol dengannya, Xia Wanan takut Han Jingnian akan salah paham dan berpikir kalau Xia Wanan telah menyebarkan hubungan mereka berdua...
Setelah berpikir, Xia Wanan segera menyela kalimat sang wanita, "Bukan … Aku bukan istrinya..."
"Hah? Kamu bukan istrinya?" Wanita paruh baya itu berpikir sejenak. Seolah-olah memahami sesuatu ia berkata lagi, "Ohh, aku tahu. Kalian sekarang adalah seorang laki-laki dan perempuan yang memiliki hubungan. Nona, sudah berapa lama kamu tinggal bersama dengan pria itu? Sebenarnya akan lebih baik kalau kalian menikah sekarang dan segera punya anak, dengan begitu kamu juga bisa lebih cepat mendapatkan buku nikah dan menjadi istri sahnya..."
"Tidak, tidak..." jawab Xia Wanan lagi. Dia takut apa yang ada dalam pikiran wanita itu akan terus diucapkan. Tanpa menunggu wanita itu berbicara lagi, Xia Wanan menjawab, "Aku juga bukan pacarnya. Aku dan dia tidak memiliki hubungan apapun. Aku ... aku hanya tinggal di apartemennya sebagai ... sebagai...
Xia Wanan berpikir untuk menjelaskan sesuatu yang akan lebih mudah dipercaya. Dia berpikir dua kali agar bisa lepas dari situasi sulit ini. Lantas ia memikirkan kata-kata yang masuk akal. "... sebagai penyewa apartemennya."
Wanita paruh baya tiba-tiba menyadari apa yang terjadi. "Ohh, ternyata apartemen pria itu disewakan … Sebenarnya aku belum bertemu dengannya selama dua tahun terakhir ini. Dua tahun yang lalu, ketika aku turun ke bawah hampir setiap pagi untuk mengantar anak-anakku ke sekolah, aku sering bertemu dengannya saat ia akan pergi bekerja...
"Tapi, tuan itu seperti tidak pernah kekurangan uang. Lalu kenapa ia menyewakan apartemennya kepada orang lain? Lagipula, bukankah sewa rumah di sini tidak murah? Nona, pekerjaanmu pasti sangat bagus … Nona apa kamu tidak punya pacar? Begini saja, aku bisa membantumu mencarikannya…"
Lift sudah berhenti di lantai tempat wanita paruh baya itu tinggal, kemudian pintu lift terbuka. Dia berbicara dengan Xia Wanan sambil berjalan keluar.
"Nona, jangan khawatir. Jika aku bertemu denganmu lagi aku akan membantumu mencarikan teman laki-laki..."
Xia Wanan tidak menolak maupun mengiakan. Ia hanya mempertahankan senyum di wajahnya dan mengucapkan 'selamat tinggal' pada si wanita paruh baya.
Ketika pintu lift tertutup, di dalam lift hanya tersisa Xia Wanan seorang. Di dalam lift jadi terasa sangat sepi. Senyum di wajah Xia Wanan sedikit demi sedikit menghilang.
Tidak heran jika wanita paruh baya tadi berkata dua tahun terakhir ini belum pernah bertemu lagi dengan Han Jingnian. Dalam dua tahun terakhir ini, Han Jingnian sudah menikah dengannya, lalu Xia Wanan tinggal di apartemen ini. Apakah karena itu makanya Han Jingnian jadi sangat jarang pulang ke apartemen ini?