Pemandangan hari ini tampak sedikit berbeda. Mereka berdiri memanjang ke belakang di belakang sebuah komputer dengan rapi.
Ada apa ini?
Xi Qi memandang sekilas ke arah papan tulis kecil lalu berkata, "Akhir-akhir ini warnet menjadi semakin populer. Jika tak ada kursi lagi, silakan berdiri di dalam antrian!"
"...." Xi Qi kemudian menunjuk ke papan tulis dengan wajah suram lalu bertanya, "Pak, apakah sekarang kami harus berbaris untuk mengantri?"
Fang Qi tertawa lalu menjawab, "Tak ada pilihan lain, karena pengunjung sudah makin banyak."
Wajah Xi Qi berubah menjadi suram saat tahu bahwa ia harus ikut berbaris, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain berbaris dan mengantri.
"Pak, apakah sudah tak ada kursi?" Tanya pria berjanggut yang baru masuk ke dalam warnet. Warnet tersebut tidak hanya penuh, tetapi juga sudah tak ada tempat untuk bisa menonton pemain yang sedang bermain.
Pria berjanggut itu tertawa pahit lalu berkata, "Pak, aku rasa kamu perlu memperluas warnetmu."
Fang Qi kemudian menjawab sambil memasang tampang sedih. "Aku rasa juga begitu, bahkan aku juga tak bisa bermain."
"Pak, kapan kamu mau menambah komputer lagi?" Tak hanya pria berjanggut, bahkan pelanggan setianya seperti Liang Shi dan lainnya juga mulai mengkhawatirkan masalah tersebut.
Meskipun pengunjung warnetnya semakin banyak, tetapi karena mereka mematuhi peraturan, jadi suasana di dalam warnet sangat kondusif. Hal itu membuat Fang Qi merasa lebih tenang.
"Mungkin sebentar lagi."
"Baguslah!" Liang Shi merasa pusing saat melihat ada begitu banyak orang yang berdiri di dalam warnet.
Saat Xi Qi mendengar orang-orang membicarakan tentang versi film dari Resident Evil Satu, dan menyebut-nyebut nama Alice, Xi Qi pun segera bertanya pada Fang Qi. "Pak, apakah ada film baru?"
Fang Qi menggeleng, lalu tertawa sambil menunjuk poin kedua yang ada di papan tulis kecil.
[2) Harga per jam 2 roh kristal. Mengaktivasi akun baru Resident Evil Satu, 5 roh kristal. Pembelian tiket Resident Evil Satu: Versi Film, 3 roh kristal. Setiap orang maksimal bermain selama enam jam per hari]
"Apakah sudah jelas?"
"Versi film?" Xi Qi merasa bingung setelah mendengar ucapan barusan, lalu melihat ke arah Fang Qi dengan tatapan tertarik. "Permainan apa itu?"
"Cerita dalam game mengambil tempat di pinggiran kota Rakun, kan?" Ujar Fang Qi. "Cerita dalam filmnya membahas tentang apa yang terjadi dalam kota Rakun, tetapi kamu hanya bisa melihatnya, dan tak bisa ikut bermain bermain."
"Hanya bisa melihat apa yang dialami oleh tokoh utama? Tanya Xi Qi yang bingung. "Apa maksudnya? Bukankah lebih asyik kalau bisa bermain?" Tanyanya lagi.
Xi Qi berpikir kalau versi film tidak menarik, karena itulah ia berhenti menanyakan tentang film tersebut.
Lalu pemuda berwajah kotak tiba-tiba berdiri dengan raut wajah yang tampak terkejut. "Song Qingfeng sedang melawan seekor ular besar! Ya Tuhan! Ularnya besar sekali!"
Karena kemampuan bertarungnya sudah meningkat, Song Qingfeng pun bisa membunuh semua monster dengan lebih cepat dibandingkan dengan yang dulu.
"Sepertinya sebentar lagi aku bisa segera menyelesaikannya!" Hati Song Qingfeng berdebar bahagia.
Di layar komputer Song Qingfeng ada seekor ular besar yang muncul tepat di depan karakter yang sedang ia mainkan. Mulut ular itu lebih besar daripada bahu pria dewasa, dan mampu menelan semua manusia dengan sekali lahap.
Untungnya ia bisa menghindari serangan ular raksasa itu dengan sangat gesit.
"Siapa yang bisa menandingi keahliannya?" Seru seorang prajurit muda.
Prajurit itu sepertinya baru datang hari ini.
"Ada, pemilik warnet ini bisa mengalahkan tiran tanpa terluka sedikitpun. Tapi lihatlah, Song Qingfeng sudah terkena serangan ular itu! Itu berarti ia tak sehebat pemilik warnet ini." Ujar seorang prajurit yang mengenakan baju prajurit berwarna hitam, yang sempat melihat pertarungan Fang Qi dengan tiran.
"Apakah pemilik warnet ini sehebat itu?" Tanya prajurit tersebut dengan tatapan tak percaya, karena ia sudah cukup terkejut dengan keterampilan Song Qingfeng yang mampu menghindari serangan ular raksasa. Hal itu benar-benar membuat orang-orang sangat terkejut.
"Dengan kemampuan Song Qingfeng yang sekarang, aku rasa ia juga tak akan terluka saat melawan tiran." Komentar seorang pemain Resident Evil Satu yang baru saja bermain kemarin. Sepertinya ia kenal dengan Song Qingfeng, mungkin mereka adalah teman sekelas. "Saudara Song adalah siswa jenius di sekolah Lingyun. Ia adalah salah satu dari peringkat lima besar. Ia pasti tidak akan mudah dikalahkan."
"Benar sekali. Kamu tadi tidak melihat bagaimana Song Qingfeng membunuh monster pemburu dengan belati? Semakin sering ia melakukannya, ia menjadi terbiasa dan akan semakin mudah baginya!"
"Hei, kalian lihat gadis itu." Ujar siswa lain dari sekolah Lingyun. "Sepertinya ia adalah senior dari asrama Xuan. Kalau dilihat dari progres permainannya, ia akan segera bertemu dengan ular raksasa, kan?"
"..." Xi Qi merasa iri sampai ingin menangis. 'Baru juga sehari, tapi bagaimana bisa mereka sudah bisa membunuh monster pemburu dengan belati?'
Dan sekarang mereka baru saja membunuh bos monster pertama!
"Ngomong-ngomong… apakah pemilik toko juga main game?" Pertanyaan tersebut membuat pria berjanggut sedikit terkejut.
"Apakah aneh kalau aku juga ikut main?" Tanya Fang Qi yang menganggap pertanyaan barusan itu lucu. Ia kemudian berkata, "Tapi beberapa hari ini ada banyak orang di warnet, jadi aku hanya main di pagi atau malam hari saat sepi."
Selain pagi dan malam hari, warnet Fang Qi selalu ramai pengunjung.
Tetapi ia sengaja tak mengatakan kalau ia juga bermain game saat warnetnya ditutup.
Pria berjanggut itu pun tak menyerah untuk bertanya, "Apakah kamu benar-benar tak ingin menjual komputernya?"
Fang Qi tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku rasa aku tidak bisa meninggalkan kota Jiuhua." Ujar pria tersebut lalu senyuman pahit lalu dan berkata, "Apakah nanti akan ada Resident Evil 2?"
Fang Qi kemudian menjawab, "Tentu saja."
"Kapan?!" Mendengar apa yang dikatakan Fang Qi, Liang Shi, Xi Qi dan lainnya langsung menatap ke arah Fang Qi.
Fang Qi lalu menunjuk ke atas seraya berkata, "Tanya saja padanya."
"Bertanya pada... langit?" Liang Shi tak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa.
...
Mereka yang sudah kehabisan waktu bermain, kini berdiri di belakang Song Qingfeng dan menontonnya bermain.
"Bukankah Song Qingfeng dan lainnya akan segera logout?" Tanya Xi Qi yang menunggu Song Qingfeng dan lainnya selesai bermain. Ia lalu menunjuk Song Qingfeng dan bertanya ke Fang Qi. "Pak, waktu bermain mereka tinggal berapa lama lagi?"
Fang Qi melihat jam lalu menjawab, "Satu menit lagi."
"Sial! Kenapa kamu tanya?" Setelah mendengar kalau waktu bermainnya akan segera habis, Lin Shao pun menjadi panik.
"Kamu mau logout atau tidak?" Tanya Xi Qi yang merasa senang.
"Dasar sialan!" Wajah Lin Shao berubah menjadi suram, dan tak lama kemudian ia pun logout dan beranjak dari kursinya. Xi Qi dan lainnya tertawa terbahak-bahak lalu segera menduduki kursi tersebut sebelum direbut orang lain.
Ia berbalik dan tersenyum pada Song Qingfeng dan lainnya yang sudah logout. "Sampai jumpa!"
"Pergi sana!"
Xi Qi datang dengan sepuluh orang lainnya. Tentu saja setengah dari mereka hanya ingin tahu tentang sihir apa yang dilakukan oleh warnet ini, dan tidak benar-benar tertarik untuk bermain game. Karena itulah, mereka mengelilingi Xi Qi dan temannya.
Xi Qi dan lainnya langsung login dan segera memulai permainan. Ia mengajari beberapa anak muda yang ada di belakangnya. "Lihat ini, ini adalah pistol. Kekuatan pistol ini setara dengan teknik bela diri seorang prajurit, dan tembakan pelurunya dapat menembus kepala seseorang dengan sangat cepat."
"Kami sudah mempunyai magnum revolver, ini bisa dipamerkan sebagai pistol Pedang Para Prajurit.'" Gumam Lin Shao yang masih belum pergi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Xi Qi.
Xi Qi hampir muntah darah di layar. Dengan wajah dinginnya ia bertanya, "Bukankah waktu bermain kalian sudah habis? Kenapa masih belum pergi?"
Xu Luo tertawa dan menjawab, "Waktu kita memang habis, tapi apakah kami tidak diizinkan untuk menonton? Pemilik warnet tidak melarang untuk menonton, kan?"
Xi Qi segera menjawab dengan wajah marah. "Terserah kalian saja! Aku berani bertaruh kamu juga seperti ini saat pertama kali bermain!"
"Di sini ramai sekali…." Lan Yan dan Nalan Mingxue terkejut dengan apa yang mereka lihat saat memasuki warnet.
Apalagi tidak ada orang yang menyambut kedatangan mereka. Para pelanggan dan pemilik warnet tampak berkerumun menjadi satu, entah apa yang sedang mereka lakukan. Meskipun tempat ini sangat ramai, tetapi tempat ini sama sekali tidak berantakan.
Tempat ini memang benar-benar ramai pengunjung seperti yang orang-orang bicarakan.
Dengan tatapan tenang, Nalan Mingxue melihat ke arah papan tulis kecil yang terletak di dekat pintu.
"Tempat yang menarik."
"Apakah kamu tidak merasa aneh?" Tanya Lan Yan yang tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Ia kemudian mengarahkan pandangannya ke arah yang sama dengan Nalan Mingxue, melihat penjelasan yang ada di sebuah papan tulis kecil.
Jika ingin bermain game di warnet ini ternyata harus membayar beberapa keping roh kristal yang jumlahnya bisa membuat orang terkejut, bahkan pemilik warnet juga tidak segan-segan untuk mengusir pelanggan dengan menuliskan kalimat; 'Jika ingin bermain, bermainlah. Jika tidak, pergilah!'
Ternyata para pelanggan di sini bahkan sampai berebut agar bisa bermain game!
"Lihatlah, bukankah itu siswa dari sekolah Lingyun?" Tanya Lan Yan sambil membelalakkan mata karena tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat. "Apa mungkin selama ini yang mereka bicarakan adalah tempat ini?"
"Mengapa tempat ini begitu populer?" Lan Yan menduga kalau pemilik tempat ini pasti menggunakan sihir iblis untuk memikat orang.
Tetapi semua yang ada di tempat ini tertata dengan sangat baik. Sepertinya tidak mungkin pemilik tempat ini berbuat seperti itu.
Ia kemudian mencibir, "Tempat ini terlalu kecil!"
Fang Qi lalu memperhatikan orang-orang yang masuk.
Seorang perempuan berbaju putih bertubuh tinggi semampai yang berbadan kurus, tampak sedang berjalan masuk ke dalam warnetnya.
Perempuan itu sangat cantik, tetapi mengeluarkan aura dingin yang membuat orang lain sulit untuk mendekatinya.
Begitu ia melihatnya, Fang Qi pun membatin, 'Perempuan ini pasti dari kalangan atas.'
Tapi perempuan itu memiliki kesan dan auran yang berbeda dari Song Qingfeng dan lainnya.
Seperti perbedaan antara bulan dan bintang.
Ketika perempuan berbaju putih itu berjalan masuk, ia langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh isi warnet. Song Qingfeng dan lainnya tampak menatap Fang Qi yang sedang berbaring santai di kursi raksasa dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan Xi Qi tampak sedang serius bermain game.
"Gadis ini tidak mudah didekati." Ujar pria berjanggut pada Fang Qi dengan suara rendah. "Ia tidak mungkin datang ke sini dengan niat baik."
Fang Qi hanya mengangkat bahunya dan tertawa seraya berkata, "Aku tidak pernah membeda-bedakan status pelangganku. Mereka semua sama di mataku."
"Apakah kamu mau bermain game? Atau menonton film?" Fang Qi bertanya dengan tenang, "Tapi maaf, sudah tidak ada tempat lagi."
"Kalau kamu ingin mencobanya, kamu harus mengantri dulu."
Ekspresi Lan Yan berubah menjadi suram. Ia belum pernah melihat pemilik toko seperti Fang Qi.
Selain itu, mengapa untuk bermain game saja harganya sangat mahal?
Apalagi mereka masih harus mengantri!
Bagaimana bisa Fang Qi menyuruh mereka yang berasal dari keluarga Nalan untuk mengantri?!