Sebenarnya "Washington Times" bukanlah koran mainstream, namun berita itu sudah menjadi populer.
Tidak ada topik yang bisa menjadi lebih populer ketimbang soal rasisme.
Para petinggi Korea pemilik koran telah menyatakan perang, dan diskusi tentang kejadian ini terjadi dimana-mana, mulai dari Twitter hingga Facebook.
Tentu saja, para mahasiswa dari China dan warga negara China yang tinggal di luar negeri memihak kepada Luzhou, sementara para warganet kulit hitam dan kulit putih penganut kiri merasa marah.
Namun, Luzhou tidak terlalu peduli.
Ia sendiri jarang menggunakan Twitter dan Facebook, sehingga ia tidak merasa sebal. Ditambah lagi, ia masih banyak pekerjaan, ia tidak punya waktu untuk terlalu memedulikan ocehan warganet asing.
Namun, di sisi lain, pihak media telah menyatakan perang, dan mau tidak mau, ia harus merespon.
Waktu berlalu dengan cepat, dan hari konferensi pun tiba.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com