webnovel

Langkah Awal

Mulai lah hari yang sangat paling tidak di sukai oleh semua pelajar di dunia. Mungkin, karena apa? Hari ini akan di adakan ujian akhir yang telah di katakan oleh pihak yayasan dan sekolah. Dani yang memang sudah tau akan dilaksanakan ujian hanya bersantai ria. Bermain-main dan tidak perduli apa yang akan terjadi.

"Gue males banget sekolah gila!" Seru ali saat semua para siswi hendak berangkat sekolah.

"Lo mah emang ga niat sekolah li!" Balas agus santai.

"Bacot lo! Kaya lo niat sekolah aja. Yang di urusin pacaran mulu juga, urusin noh cewe lo! gatau malu najis!" Ujar ali yang tersulut emosi.

"Gausah bahas cewe gue bangsat."

"Udah, udah apaansi lo pada. Ribut aja masih pagi juga! pusing pala gue. Udah ayo mending berangkat ke kelas." Ujar zaki menengahi. Zaki memang tipikal orang yang sangat hurmonis. Tapi percayalah, ia tidak suka keributan. Ia lebih suka perdamaian.

Sebelum memasuki kelas yang di katakan oleh zaki semua peserta yang mengikuti ujian harus berkumpul di depan kantor terlebih dahulu. Entahlah apa yang akan di bicarakan guru piket.

"Assalamualaikum." Ujar bu mina yang akan memulai pembicaraan nya.

"Waalaikumsalam." Ujar para murid serempak.

"Disini saya mau kasih tau, bahwa jadwal kalian mengisi soal ujian hanya di beri waktu satu setengah jam. Jika ada yang belum selesai maka harus secara paksa akan di ambil oleh pengawas. Jadwal pelajaran serta nama pengawas sudah saya tempel di depan pintu kelas kalian masing-masing. Ada pertanyaan?"

"Yang belum ambil kartu bu?" Tanya salah satu murid yang mengambil jurusan multimedia itu.

"Yang belum mengambil kartu silahkan ambil di tata usaha. Jika sudah punya kartu silahkan cari kelas kalian dan langsung memasukinya. Terima kasih, sekian dari saya wassalamualaikum." Bu mina pun langsung mengatur para murid yang ingin mencari kelas nya agar tidak terjadi keributan.

"Zak, kira-kira kita bakal di gabung ga si ama jurusan lain?"

"Kalau ujian akhir kayak gini biasa nya semua di gabung dan. Emang kenapa?"

"Mustahil ga kalau gue sekelas sama inay anak kelas 10 akutansi itu?

"Mustahil lah bego! Nama lo Dani Irawan, nama dia Inayah Puji Lestari. Jelas bakal beda kelas. Lagian nih ya jurusan lo sama jurusan dia beda jauh. "

"Lah dari D ke I ga beda jauh ya. Lagian jurusan TKJ ke AK ga jauh-jauh amat zak. Kalau ulangan akhir semester gini biasanya juga kan di gabung semua."

"Yaudah gue doain supaya sekelas ya."

"Amin. Makasih zak! Lo sahabat gue banget dah."

"Hm. Ayo dan ambil kartu!"

Dani dan zaki pun bergegas mengambil kartu mereka, setelah mendapatkan nya barulah mereka hendak mencari kelas yang akan di tempati oleh mereka.

"Dan, ini ruangan gue." Ujar zaki yang melihat ruangan yang tertempel angka 5 pada depan pintu kelas itu.

"Lah lo ruang 5?" Tanya dani heran.

"Iya, lo ruang berapa dah emang?"

"Gue ruang 1. Jauh banget anjing."

"Sabar ya my bro,, yaudah gue masuk dulu. Dadahh." Ujar zaki dan dia pun langsung memasuki ruang 5 yang di bilang dani tadi.

Sedangkan dani masih mencari ruangan yang akan di tempati nya. Setelah mendapatkan ruangan yang di maksud dia pun langsung menduduki bangku yang sudah tertempel nama dirinya.

****

Tak terasa ulangan yang katanya akan terasa sulit nyata nya bagi dani sangatlah mudah. Hanya dengan menutup mata saja mungkin dia sudah selesai mengerjakan soal yang di berikan oleh pengawas yang katanya sangat menyeramkan itu. Padahal jam yang diberikan masih sangat banyak. Bel istirahat pun belum berbunyi.

Dani pun keluar kelas, memasuki asrama untuk mengistirahatkan otak nya sejenak. Baru beberapa saat dia tertidur, para siswa yang telah selesai ujian pun membuat gaduh asrama. Entahlah apa penyebabnya. Dia pun hanya berusaha menutup kuping nya rapat-rapat. Jika ia boleh jujur ia hanya ingin istirahat. Tubuh nya sangat lelah.

"Dan, Anjir lo! Gue kira lo belum selesai ujian nya. Gue tungguin di depan kelas lo gila! Eh lo nya udah duluan disini. Nyesel gue!" Ujar zaki yang tiba-tiba aja sudah berada pada tepi ranjang yang sedang dani tiduri.

"Bacot!" Balas nya namun sambil menutup mata.

"Kok lo udah selesai si?"

"Lo bikin contekan ya? Wah gila parah ga bilang-bilang gue."

"Eh iya tadi lo yang ngawas siapa? Seru gak?"

"Gue tadi yang ngawas Bu Ningsih anjir. Ga bisa nyontek sama sekali."

"Dan, ngomong kek lo! Garing amat gue ngomong sendiri."

"Dan.." zaki pun menggoyangkan tubuh dani yang membelakangin nya itu. Dengan kesal dani pun membuka mata nya dan berkata

"Bacot anjing! Gue ngantuk zak! Diem lo!"

"Padahal gue mau kasih tau sesuatu."

"Yaudah si, kalau lo gamau tau juga gapapa. Gue ga maksa kok." Zaki pun hendak berdiri, namun suara dani menghentikan gerakannya

"Kalau yang lo omongin ga penting, gue tendang!"

"Tadi gue sekelas sama inay." Dani yang mendengar ucapan zaki langsung membuka sempurna mata nya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Trus, trus?!" Tanya dani antusias.

"yaudah gitu doang. Inay tuh kalem banget tau dan dikelas. Ternyata selera lo emang ga pernah salah. Dia manis."

"Salamin dong ke dia dari gue. Sekalian minta nomer WA nya gitu."

"Nanti kalau gue inget gua mintain."

"Makasih zak, gue sayang banget deh sama lo!"

"Jijik dan! Eh tapi gue gamau ya lo jadiin si inay main-main. Dia ade kelas, dia ga pantes jadi mainan lo!"

"Iya zak tau gue. Gue serius kok sama dia! Kalau emang udah waktu nya gue bakal seriusin dia."

"Gua pegang omongan lo! Udah ah gue mau ambil makan dulu." Zaki pun meninggalkan dani yang masih hanyut dalam pikiran nya.

Gue emang penasaran sama inay. Tapi rasa sayang gue tetep sama bu lili. Gue udah bilang kan kalau gue cinta sama bu lili. Kenapa gue gabisa lupa sama bu lili sedetik aja si tuhan? Semoga lo bisa gantiin posisi bu lili di hati gue ya nay. Gumam dani.

***

Istirahat pun telah berakhir, materi ujian yang akan dilaksanakan sisa satu pelajaran lagi. Dani dan zaki pun segera bersiap untuk segera memasuki kelas agar bisa cepat-cepat pulang.

"Zak. Udah belom si lama banget anjir!"

"Udah ayo."

"Zak, jangan lupa salamin trus minta nomor nya!" pesan dani kepada zaki saat dani hendak memasuki ruangan nya.

Zaki pun memasuki ruangan nya. Ia melihat ternyata pengawas sudah datang. Ia pun menduduki bangku nya, entah secara kebetulan atau tidak inay lah yang membagikan soal ulangan yang akan di kerjakan. Pada saat inay memberikan soal kepada zaki, zaki langsung menahan tangan inay.

"Iya kenapa ka?" Tanya inayah bingung namun tetap terkesan sopan.

"Emm. Nanti abis ulangan lo udah kelar tunggu gua ya. Gue mau ngomong!"

"Ngomong apa ya ka?"

"WOYY MANA SI ULANGAN NYA LAMA BANGET ANJIR!" Belum sempat zaki menjawab mereka medengar suara nyaring itu. Inay pun terpaksa meninggalkan zaki dan membagikan ulangan kembali.

"Zak, lo suka sama inay?" Tanya Rifa yang duduk di belakang zaki.

"Kaga."

"tapi tadi lo narik tangan dia gitu, ngomong sesuatu lagi. Kayaknya penting. Mau ketemuan lo yaa!" Ledek rifa kepada zaki.

"Kepo lo!"

"Siapa itu yang masih ngobrol? Bisa diem ga? Kalau tidak bisa silahkan mengerjakan ulangan nya di luar saja."

"Lo si bacot!" ujar zaki kepada rifa. Rifa yang dimarahi hanya diam dan mengerjakan kembali ulangan nya.

Tak terasa zaki sudah selesai mengerjakan ulangan itu. Entah waktu yang terlalu lambat atau memang otak zaki saja yang sedang berjalan cepat. Ia pun keluar kelas, menunggu di depan pintu untuk berbicara dengan inay. Beberapa menit kemudian inay pun selesai dan menemui zaki. Mereka berjalan ke arah kantin sekolah dan berbicara disana.

"Ada apa ya ka?"

"Sebelum nya. Kenalin nama gue zaki."

"Inay ka."

"Iya tau kok. Gue ngajak lo ketemuan disini soal nya gue mau ngasih tau kalau temen gue nitip salam buat lo."

"Hah salam? Dari siapa ka?"

"Kenal dani ga?"

"Ka Dani Irawan temen sekelas kaka?. Emm, Iya kenal kok ka." Jawab nya malu-malu.

"Kok kenal? Wah jangan-jangan lo stalker nya dani ya?!"

"E-eng-engga ka. Kan banyak yang kenal sama ka dani. Makanya aku kenal sama dia."

"yaudah santai aja kali gausah gugup gitu. Si dani minta nomer WA lo. Boleh ga?"

"Aku gabisa ngasih nomer aku ke sembarangan orang ka."

"yaudah deh. Nanti gue suruh dia minta sendiri aja ke lo."

"Ga ada lagi kan ka yang mau di omongin? Kalau gitu aku permisi dulu ya ka."

"Iya hati-hati ya." Zaki pun mengulum senyum nya. Menciptakan dua lesung pipi nya yang dalam itu. Lalu berjalan ke arah asrama putra untuk menemui si dani itu.

*****

Bab berikutnya