webnovel

Darah Langka yang memabukkan

" Oni..."

Tetsuya berdiri dengan tatapan dingin kerah Oni yang ada di luar Gubuknya saat ini, Oni yang kelihatan sangat lapar itu mengingatkan Tetsuya dengan Pengalaman buruknya 4 tahun lalu. Seorang Oni kelaparan yang membunuh ibunya.

Wajah Tetsuya langsung kelihatan sangat marah, Dendam dan Niat membunuh terpancar dari tubuhnya dengan sangat liar, sepertinya ia tidak berpikir lagi, yang Tetsuya pikirkan saat ini hanyalah bunuh dan bunuh.

" Bunuh!!! "

Namun, sebelum Tetsuya dapat mengambil langkah pertamanya, ia berhenti karena sebuah ingatan tiba-tiba saja terbesit di dalam pikirannya.

" Jika kau kehilangan pikiranmu dalam Pertarungan, maka kau tidak lebih dari seekor Binatang. "

Mengingat perkataan dari Shishio yang disampaikannya di sela-sela latihan itu, Dendam dan segala macam kemarahan Tetsuya langsung teredam, ia kemudian melepas pegangannya dari gagang Katana dan menampar kedua pipinya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

' Tidak perlu memikirkan kejadian saat itu, fokuslah kepada Oni dihadapanmu saat ini, Tetsuya! '

Tetsuya meneriakkan hal itu kepada dirinya sendiri, setelh beberapa saat, Tetsuya kembali tenang dan pandangannya dingin seperti biasa, walaupun Dendam masih terus berkecamuk di dalam dirinya, Tetsuya sama sekali tidak mau lagi dikontrol oleh amarah seperti tadi.

" Hufff... "

Tetsuya menghembuskan Nafas, dan saat Tetsuya kembali melihat kedepannya, Oni itu telah semakin dekat dan dekat, hingga suara di yang keluar dari mulutnya terdengar di telinga Tetsuya.

" Marechi! MARECHI! "

Oni itu terus mendekat kearah Gubuk tetsuya dengan penuh Antisipasi, suasana menjadi tenang saat tidak ada seorangpun baik Oni maupun Tetsuya memulai serangan, bunyi desiran angin malam menggoyang pepohonan di dekat Gubuk Tetsuya, hingga sehelai daun perlahan jatuh.

Ia mulai sedikit demi sedikit mendekat ke tanah, dan saat Daun itu menyentuh tanah...

" MARECHI!!! "

Oni berteriak seperti orang kerasukan saat ia dengan sangat bersemangat menyerbu kearah Tetsuya yang ada di dalam Gubuk, Pada saat yang bersamaan, terdengar suara gesekan besi yang menjadi tanda, bahwa katana telah ditarik dari sarungnya.

* CING *

Sementara disaat yang sangat krusial, pikiran Tetsuya terus berjalan lebih cepat dan lebih cepat, ia memikirkan segala bentuk dari Teknik Pernafasannya dan memikirkan dampaknya, namun Tetsuya saat ini membutuhkan Informasi tentang apa yang terjadi di Desa akhir-akhir ini, siapa tahu jika Oni didepannya saat ini adalah penyebab dari peristiwa di Desa.

' Kalau begitu... '

Angin dingin berhembus dari mulut Tetsuya, saat ia membuat Kuda-kuda yang sedikit condong kesamping, sambil mengucapkan beberapa patah kata.

" Kori no Kokyu, Roku no Kata... ( Pernafasan Es, Jurus Keenam ) "

*Fwuossh*

* Crack. *

Dinding Gubuk Hancur saat Oni itu dengan gila menghantamnya dengan hanya menggunakan kedua Tinjunya kearah Tetsuya, dia masih berteriak dengan keras, yang langsung dipotong dengan perkataan dingin Tetsuya.

Dunia melambat bagi Tetsuya saat pandangan dingin menyapu Oni yang menerjang kearahnya, ia kemudian menebaskan pedangnya kedepan seraya berkata.

" Hyōga no nami!!! ( Gelombang Gletser ) "

*Fwoshh*

Hawa dingin tersebar diudara, diiringi dengan suara terbentuknya Es.

Lalu dari udara kosong diantara Tetsuya dan Oni, secara ajaib Es terbentuk dengan sangat cepat dan langsung menerjang Oni yang ada di udara, Es itu seperti namanya seperti Gelombang yang keluar dengan serentak dan langsung membuat sebuah gunung Es kecil.

Dan didasar Gunung Es itu, terlihat Oni yang seluruh bagian tubuhnya kecuali kepala bagian matanya membeku oleh Es, Bahkan mulutnya terlihat tertutup oleh Es sehingga ia sama sekali tidak dapat berbicara.

Jurus Keenam, Gelombang Gletser adalah salah satu dari 9 bentuk dari Pernafasan Tetsuya, yaitu Pernafasan Es. Pernafasan Es adalah pernafasan yang dibuat sendiri oleh Tetsuya setelah ia menyadari bahwa tubuhnya tidak memiliki kecocokan untuk menggunakan Teknik Pernafasan apapun.

Namun, setelah kejadian hari itu, Tetsuya akhirnya mempunyai ide untuk memanfaatkan Suhu Dingin di seluruh tubuhnya untuk menciptakan sebuah Teknik Pernafasan, Teknik Pernafasan Es.

Tentu saja latihan Tetsuya tidak sampai disitu, ia juga terus berlatih di tempat dengan dingin yang Ekstrem, terutama saat musim dingin, Tetsuya berlatih diantara badai salju dan diatas Danau yang membeku dengan bertelanjang dada, semua itu ia lakukan demi menemukan sebuah Teknik Pernafasan yang dapat diterima oleh tubuhnya,yaitu teknik pernafasan Es.

Syal putih Tetsuya berkibar saat ia berjalan mendekat kearah Oni didepannya dan berdiri tepat didepannya. Oni itu terus mencoba memberontak, namun tubuhnya sama sekali tidak dapat bergerak, ia bahkan tidak bisa meneriakan kekesalannya.

" Mmmmm!!! "

Setelah beberapa saat, Tetsuya akhirnya menyentuhkan Pedang Nichirin putihnya ke arah Es yang ada di mulut Oni itu, yang langsung membuatnya terpecah berkeping-keping.

" ARGGH! Marechi! Marechi! "

Oni itu terus mengulangi kata yang sama sambil mencoba menggigit Tetsuya yang ada didepannya. Tetsuya tentu saja bingung, apa Oni ini memiliki dendam dengannya, huh? Namun, Tetsuya tetap mencoba untuk bertanya kepada Oni didepannya.

" Oi Oni, sebelum aku membunuhmu, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan. "

Namun, Oni itu yang awalnya berisik menjadi diam, namun Nafasnya terengah-engah, sepertinya seluruh bagian tubuhnya terasa sangat sakit karena berada didalam bongkahan Es yang sangat dingin.

" *Pant* *Pant* *Pant* "

Tetsuya kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

" Pertama, apa kau masih memiliki rekan disekitar desa ini, dan Yang Kedua, apa kau ataupun Rekanmu melakukan sesuatu kepada Desa ini, dan yang ketiga, Apa itu Marechi, jawab dengan cepat atau kupenggal kepalamu! "

Ucap Tetsuya dengan dingin, namun Oni itu tidak menjawab satupun pertanyaan Tetsuya, dan malah mengulangi ucapannya sebelumnya, namun dengan nada yang lebih lemas, karena tubuh Oni itu mulai hancur oleh Es.

" Ma...Re...Chi! "

Mendengar itu, Tetsuya menggertakan giginya karena kesal, dan dalam sekejap, sebuah flash putih memotong leher Oni itu dengan sangat cepat, yang langsung membuat kepala Oni itu terbang dan terpisah dari tubuhnya.

Setelah membunuh Oni itu, Tetsuya mendecak sambil mengutuk.

" Cih, Dasar Tidak Berguna! "

Tetsuya kemudian mengarahkan pedangnya ke Gunung Es Kecil yang ia buat, dan menyentuhnya sedikit, namun, Gunung Es itu langsung hancur berkeping-keping.

*Cing*

Seteah menghancurkan gunug Es untuk menghindari kekacauan, Tetsuya kemudian menyarungkan pedang nichirinnya, dan langsung berbalik pergi, karena dia harus segera mencari keberadaan dari

Inoda, karena dia sudah ada disini, mau tidak mau ia harus ikut campur terhadap Permasalahan di desa ini.

...

Sementara itu, Disebuah Gua yang gelap, terlihat seorang Oni mengerikan dengan tinggi 2 meter duduk dengan belasan wanita disekelilingnya. Wanita-wanita itu terlihat sedang melayani Nafsu dari Oni itu dengan sukarela, namun jika diperhatikan dengan jelas, pandangan wanita-wanita itu terlihat kosong.

Oni itu duduk dengan senyum menjijikan diwajahnya, suasana panas masih terus brlangsung hingga terdengar langkah kaki cepat mendekat, sambil terengah-engah. Kemudian muncullah seekor Oni yang sangat kekar ke tempat dimana Oni setinggi 2 Meter itu berada.

" *Pant* *Pant* *Pant* Kioo-sama, Kioo-sama, Ini berbahaya! Kami kehilangan jejak dari Otengu dan kami juga melihat Gunu- "

Namun, sebelum Onikekar itu menyelesaikan ucpannya, sebuah Kapak dengan ganasnya memotong lehernya sehingga kepalanya terpisah dari tubuhnya. Kemudian terdengar suara kemarahan dari Oni Raksasa itu.

" Sudah Kubilang berapa kali kepadamu, jangan mengangguku disaat-saat seperti ini, Ginjou!!! "

Kemudian, Kepala dan Badan yang awalnya terpisah perlahan-lahan saling terhubung oleh semacam Cairan Merah, sebelum akhirnya tubuh Oni yang telah dipisahkan menjadi dua itu kembali menyatu. Oni yang dipanggil Ginjou itu tidak marah kepada Oni Raksasa bernama Kioo, ia malah berlutut didepannya.

" Maafkan hambamu, Kioo-sama."

Melihat itu, Kioo kemudian sedikit meredam amarahnya dan bertanya kepada Ginjou.

" Jadi, kenapa nafasmu terengah-engah seperti itu? Apa yang ingin kau beritahu kepadaku. "

Ginjou, kemudian sedikit menunduk dan berkata kepada Kioo.

" Um! Otengu telah mati dan muncul Gunung Es kecil di pinggir Desa kecil itu, aku juga merasakan Hawa Keberadaan manusia ditempat terakhir nafas dari Otengu berhembus. Apa yang harus kita lakukan, Kioo-sama?"

Mendenga itu, Kioo malah tertawa keras.

" HAHAHAHA, Otengu dibunuh oleh Manusia, geh! Biarkan saja orang rakus itu mati, yang ada dipikirannya hanya darah, darah, dan darah, dia sama sekali tidak mengerti bagaimana cara bersenang-senang. Sementara itu... "

Kemudian senyum menjijikan muncul di wajah Kioo.

" HEH, epertinya kita kedatangan seorang tamu malam ini, Ginjou, lakukan yang terbaik untuk menyambutnya! "

Perintah Kioo, mendengar itu, Ginjou yang patuh langsung mengiyakannya.

" Baik! "

Kemudian Ginjou menghilang dari tempatnya, sementara Kioo terus dipuaskan hasratnya oleh wanita-wanita manusia disekelilingnya.

Bab berikutnya