webnovel

Lock Down

DEAD ZONE

                  Zombie Crisis

                  ™Alice POV™

Dengan bermodalkan sebuah senter yang berfungsi untuk menyinari gelapnya sebuah ruangan, kini Michael tengah mencoba untuk memeriksa disetiap sudut yang terdapat pada kamar pasien tersebut.

Cahaya senter yang berfungsi untuk menyinari gelapnya malam pada suatu ruangan, kini mulai padam hanya dalam sekejap mata. Entah apa yang telah terjadi padanya, aku pun sama sekali tidak mendengar apapun, terkecuali bunyi suara konsleting pada arus pendek listrik.

"Michael? Mich..." ucapku memanggil namanya.

Tak ada sedikit jawaban yang dapat kudengarkan, hingga pada akhirnya aku pun memutuskan untuk berjalan mendekati ruangan tersebut.

Remang-remang, itulah yang dapat aku lihat dengan indra pengelihatanku. Kini aku tengah mendapati Michael yang tampak disibukan dengan beberapa lembaran kertas dokumen milik kedokteran yang terletak pada salah satu meja kerja.

Belum sempat aku bertanya kepada rekanku mengenai apa yang tengah ia lakukan seorang diri di dalam ruangan ini, tiba-tiba kami mulai dikejutkan oleh sebuah hantaman kaleng yang mampu menembus jendela berlapis kaca pada ruangan tersebut.

*PYAAR!

Masuknya sebuah kaleng logam seukuran kepalan tangan tampak terlihat mencurigakan setelah menggelinding di dasar lantai bernuasa klasik. Hanya dalam hitungan detik kepulan asap putih nan pekat semakin menyebar kesepenjuruh ruangan dengan ketebalan yang tak terhingga.

"Uhuk! Uhuk! Itu adalah granat asap, Alice! menyingkirlah dari tempat ini."

ucap Michael memberikan perintah kepadaku.

Ketebalan kepulan asap tersebut kian menghalangi pandangan mataku, membuatku kesulitan untuk melihat rekanku, hingga pada akhirnya dadaku terasa sesak dan aku pun kesulitan untuk bernafas. Hanya dalam hitungan menit kami pun mulai tergeletak pada lantai yang terdapat pada ruangan itu.

Untuk jangka waktu yang lama aku telah tertidur pulas tak sadarkan diri. Perlahan kucoba untuk membuka kedua mataku, kini aku mendapati bahwa diriku telah berada di sebuah tempat yang berbeda dari yang sebelumnya.

Disebuah ruangan gelap nan lembab, di sinilah aku yang tengah berada. Tepat berada di hadapanku, tampak terlihat jeruji besi membentuk pagar, berfungsi untuk menghalangi jangkauan langkah kakiku lebih luas. Ya! Tak hanya diculik, tapi kini aku telah di tempatkan pada salah satu ruangan penjara yang terletak di bawah tanah.

Seorang pria berambut cokelat keemasan tampak terlihat merenung dengan kedua tangan yang masih menggengam erat salah satu jeruji besi tersebut. Tak lain, ia adalah rekan baruku yang bernamakan Michael.

"Mich..." ucapku lirih, menyebut namanya.

Perlahan Michael mencoba untuk memalingkan pandangannya, dimana ia yang kini tengah melihatku bangkit dari tidur panjangku.

"Kau sudah sadar rupanya."

aku berjalan mendekatinya dan berkata, "Dimana kita sekarang?"

"Didalam penjara, dan pelakunya adalah sekumpulan orang yang memberontak kepemimpinan

Helena,"

"Sudah kuduga... Seharusnya aku mengerti bahwa Steven telah menjebak kita pada saat itu agar anggotanya berhasil menyergap kita berdua di dalam ruangan tersebut."

"Percuma Alice, semuanya telah terlambat. Setidaknya kita harus mencari cara agar dapat keluar dari tempat ini."

Sesaat aku terdiam sejenak, membayangkan suatu hal yang dapat di jadikan siasat. Ya! Mungkin aku harus melalukan sesuatu dengan rencana yang cukup matang, namun apa yang bisa aku lakukan? Entahlah, aku harus bersabar untuk tetap memikirkannya.

"Jika ada pengawas yang datang maka berpura-puralah kesakitan layaknya kau yang telah terkena gigitan zombie pada pinggangmu." ucap Michael berbisik pada telingaku.

"Setelah pengawas datang dan membuka jeruji, biarlah ia menyentuh tubuhmu dan pada saat itulah aku yang akan beraksi." ucapnya sekali lagi, memberiku siasat busuk yang telah dipikirkannya secara matang.

Untuk jangka waktu yang lama aku telah tertidur pulas tak sadarkan diri. Perlahan kucoba untuk membuka kedua mataku, kini aku mendapati bahwa diriku telah berada di sebuah tempat yang berbeda dari yang sebelumnya.

Disebuah ruangan gelap nan lembab, disinilah aku yang tengah berada. Tepat berada di hadapanku, tampak terlihat jeruji besi membentuk pagar, berfungsi untuk menghalangi jangkauan langkah kakiku lebih luas. Ya! Tak hanya diculik, tapi kini aku telah di tempatkan pada salah satu ruangan penjara yang terletak di bawah tanah.

Seorang pria berambut cokelat keemasan tampak terlihat merenung dengan kedua tangan yang masih menggengam erat salah satu jeruji besi tersebut. Tak lain, ia adalah rekan baruku yang bernamakan Michael.

"Mich..." ucapku lirih, menyebut namanya.

Perlahan Michael mencoba untuk memalingkan pandangannya, dimana ia yang kini tengah melihatku bangkit dari tidur panjangku.

"Kau sudah sadar rupanya."

aku berjalan mendekatinya dan berkata, "Dimana kita sekarang?"

"Didalam penjara, dan pelakunya adalah sekumpulan orang yang memberontak kepemimpinan

Helena,"

"Sudah kuduga... Seharusnya aku mengerti bahwa Steven telah menjebak kita pada saat itu agar anggotanya berhasil menyergap kita berdua di dalam ruangan tersebut."

"Percuma Alice, semuanya telah terlambat. Setidaknya kita harus mencari cara agar dapat keluar dari tempat ini."

Sesaat aku terdiam sejenak, membayangkan suatu hal yang dapat di jadikan siasat. Ya! Mungkin aku harus melalukan sesuatu dengan rencana yang cukup matang, namun apa yang bisa aku lakukan? Entahlah, aku harus bersabar untuk tetap memikirkannya.

"Jika ada pengawas yang datang maka berpura-puralah kesakitan layaknya kau yang telah terkena gigitan zombie pada pinggangmu." ucap Michael berbisik pada telingaku.

"Setelah pengawas datang dan membuka jeruji, biarlah ia menyentuh tubuhmu dan pada saat itulah aku yang akan beraksi." ucapnya sekali lagi, memberiku siasat busuk yang telah dipikirkannya secara matang.

"Bagaimana jika ia tidak mau membuka jerujinya dan hanya melihat kita di luar sel? Bagaimana juga jika rencana kita gagal, itu akan berakibat fatal." jawabku membalas bisikannya.

"Seorang polisi dirancang dengan struktur pemikiran yang cerdas. Jika otakku sama halnya sepertimu, mungkin aku tidak akan pernah naik pangkat seumur hidupku." ucapannya memang terdengar lirih pada saat terdengar oleh indra pendengaranku, namun kata-katanya dapat membakar isi hatiku dan mampu meluapkan seluruh emosiku.

Tapi aku sadar bahwa bukan waktunya untuk menghajar pria ini.

"Jadi, bagaimana rencananya?"

"Mudah! Kau cukup berakting layaknya seorang bintang film di dalam drama, saat ia datang... Bersikaplah seolah-olah kau memang membutuhkan bantuannya. Apa kau paham maksudku?"

"Ya, aku mengerti."

Aku melangkah mundur hingga pinggungku menyentuh dinding penjara, dimana aku yang kini mulai melakukan aktingku sesuai dengan apa yang telah di perintahkan oleh rekanku. Disisi lain, Michael segera berteriak meminta pertolongan sehingga mampu memancing salah seorang pengawas yang tengah berjaga di posnya.

Seorang pria bertubuh tambun segera berlari menghampiri ruangan sel tempat kami di kurung, sesaat itulah Michael yang kini tengah melakukan aksinya,

"Pak! Tolong saya... Teman saya telah terinfeksi dan dia dapat berubah kapan saja."

"Kalau begitu aku akan menembaknya." sahut pria bertubuh tambun tersebut.

"Jangan! Kau hanya cukup mengambil obat penenang pada sakunya dan segera meminumkannya, sedangkan aku akan memegangi kedua tangannya agar dia tidak merontah."

"Baik, aku akan segera masuk kedalam."

Tanpa berpikir panjang pria itu segera membuka gembok pada pintu penjara tersebut dan datang untuk menghampiriku yang tengah berlagak seperti orang yang tengah kesurupan.

Sesaat setelah ia berada di hadapanku, dengan cepat aku segera menendang kemaluannya sehingga membuatnya membungkuk di depanku. Kini giliran Michael yang segera memegang kepalanya lalu mematahkan lehernya hanya dalam hitungan detik. Alhasil rencana kami dapat terselesaikan. Kini aku dan Michael segera bergegas untuk melarikan diri dari penjara bawah tanah, tidak lupa aku untuk merampas sebuah pistol beserta amunisi yang terselip pada pinggang pria tsrsebut.

-Bersambung-

Bab berikutnya