"Kemarilah, sayang. Hai, Jangan berlari," hal pertama yang didapatkan Mahendra ketika bertemu Aruna adalah pelukan manja dan bibir mungil yang mengecup pipinya —yang serta merta membuat lelaki tersebut menunduk agar istrinya dapat menggapai.
Dalam dekapannya, Mahendra memberi senyuman kepada dua orang ajudan perempuan di belakang Aruna. Seolah paham dengan kode tersebut, mereka segera mungkin undur diri.
"Kadang aku bingung?," kalimat seorang junior tatkala mereka melangkahkan kaki keluar dari hunian di puncak gedung Djoyo Rizt hotel.
"Bingung kenapa?" Jawab seniornya, Susi.
"Tuan Mahendra, dia sangat berbeda ketika di hadapan istrinya seperti saat ini dan saat nona Aruna menutup mata," Kihrani mengingat bagaimana dia merasa demikian sulit bernafas tatkala dihadapkan dengan lelaki bermata biru tersebut.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com