"Apa kamu tidak merasa tertekan?" Ini suara lelaki bermata biru.
Aruna sekedar meliriknya. ia berharap bisa membalas pernyataan suaminya, sayangnya konsentrasinya tersita oleh rasa aneh yang meliuk-liuk di dalam perutnya. tangan kanannya bergerak, menuntunnya untuk membuat elusan pada perut.
"Aku tidak sanggup lagi," pria di samping Aruna tak ada hentinya mengeluh padahal ada sesuatu yang lebih tidak beres pada tubuh perempuan hamil. "Sayang please.. berhentilah ngambek, hukum saja aku sekarang juga, kalau.."
kalimat hendra terpotong. gendang telinganya sempat berdengung. Istrinya memekik, memukul kursi pengemudi di depan ia duduk.
"Herry carikan toilet, aku butuh toilet! sekarang!" Aruna memeluk perutnya dengan ekspresi wajah tersiksa.
"Iya.. iya nona.." spontan Herry panik.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com